Kalah Telak 5-1 dari Australia, Harapan Timnas Indonesia Lolos di Kualifikasi Piala Dunia Masih Ada
Sabtu, 22 Maret 2025 | 02:30 WIB
Rudi Sirojudin Abas
Kontributor
Terjawab sudah penantian publik sepakbola tanah air atas laga debut pelatih baru Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. Di laga perdananya, pelatih kelahiran Belanda itu belum mampu memberikan hasil yang maksimal untuk Timnas di lanjutan babak kualifikasi Piala Dunia 2026 grup C Zona Asia. Dikalahkan Australia 5-1, tampaknya Kluivert harus lebih bekerja keras menatap pertandingan yang akan datang.
Memang kekalahan ini menyakitkan, bukan hanya menurunkan peringkat klasemen Timnas di Grup C, juga secara mengejutkan meluluh lantahkan ekspektasi pecinta sepak bola Indonesia.
Sebelum pertandingan, optimisme semua orang tinggi. Hal ini wajar, selain karena dilatih pria yang pernah menjadi bintang sepak bola dunia, Timnas juga dihuni pemain tambahan naturalisasi. Belum lagi pemberitaan yang masif atas kualitas pemain di berbagai media seolah menambah keyakinan Timnas akan mudah mendapatkan poin. Namun apalah daya, harapan itu semua belum cukup membuat Timnas bisa unjuk gigi.
Ada beberapa catatan yang kiranya perlu dicermati sehingga Timnas Indonesia kalah.
Pertama, faktor singkatnya latihan para pemain. Seperti diketahui, para pemain baru bisa berkumpul dan bergabung dua hari sebelum pertandingan. Tentu waktu yang singkat ini, tidak bisa serta merta akan mampu menyamakan persepsi, apalagi kebanyakan para pemain Timnas kali ini banyak yang berlaga di liga luar Indonesia. Kedepannya, jika tidak ingin hal serupa terjadi, maka faktor waktu untuk bertemu dan latihan para pemain harus dioptimalkan.
Kedua, belum terbangunnya chemistry antar tim kepelatihan dengan para pemain. Kita tahu, tiga bulan fasca pergantian pelatih dari Shin Tae-yong, Kluivert dan Timnas belum banyak bertemu secara tim sehingga secara teknis, komunikasi antar pelatih dan semua pemain belum terbangun seutuhnya. Kita bisa lihat saat dipermalukan Australia, meskipun para pemain cukup bisa mematuhi instruksi pelatih, namun semua itu belum mampu membuktikan bahwa setiap intruksi akan sesuai dengan karakter personal pemain. Disinilah kedepannya, perlu ada usaha bagaimana instruksi, keinginan seorang pelatih berbanding lurus dengan karakteristik individu para permain.
Ketiga, saat pertandingan, Timnas Indonesia kalah agresif dan responsif dengan pemain lawan. Terutama pada gol keempat dan kelima Australia dimana secara pergerakan, terjadinya gol ditenggarai karena kurangnya respon pemain Timmas mengamati, menjaga, serta menutup ruang gerak lawan. Padahal, dua gol tersebut berawal dari bola mati tendangan penjuru. Harusnya para pemain sigap, dan memahami bagaimana cara mengatasi kondisi dalam position ball demikian.
Keempat, overconfidence. Para pemain terlalu percaya diri. Sebelum pertandingan, berbagai statistik menyebut Timnas Indonesia diatas Australia. Media setempat pun seolah mengaminkan hal demikian. Bahkan satu pernyataan dari salah satu kontestan di grup C menyebut dua tim yang akan lolos otomatis ke putaran Piala Dunia tanpa melewati babak playoff keempat salah satunya adalah Indonesia. Boleh jadi ini bisa semacam strategi lawan untuk meredam dan secara langsung memudarkan motivasi Timnas Indonesia atas kenyataan statistik yang ada.
Soal percaya diri yang berlebihan, Timnas Indonesia pernah punya pengalaman pahit akan soal itu. Di Piala AFF 2010, Timnas menjadi runner up di bawah Malaysia, padahal di babak penyisihan, Indonesia mampu menumbangkan Malaysia dengan skor telak 5-1. Kita bisa flashback bagaimana saat sebelum leg pertama final di Malaysia, timnas, media, dan publik Indonesia seolah yakin akan membuat hal yang sama seperti pada babak penyisihan. Namun kenyataan berbalik, kalah 0-3 di leg pertama dan menang 2-1 di kandang membuyarkan harapan Timnas Indonesia untuk menjadi juara.
Hal semacam itu, sedikit hampir sama jelang melawan Australia, kepercayaan diri lebih membuat data statistik, kualitas pemain seolah tidak berarti.
Kelima, adaptasi keinginan pelatih belum terbangun. Kita tahu, janji Kluivert, ia akan menjadikan sepak bola Timnas Indonesia total football. Tidak ada yang salah dengan pernyataan tersebut. Namun perlu diingat, untuk mewujudkan hal yang baru di tubuh Timnas perlu waktu, membutuhkan pendekatan yang cermat, dan tidak instan. Harus diakui, percobaan hal demikian pada pertandingan melawan Australia tampaknya mendapatkan rintangannya. Bagi tim yang baru menganjak di level internasional, mengandalkan sepak bola menyerang tanpa memperhatikan kondisi pertahanan tentu sangat beresiko. Inilah kemudian yang harus dicermati oleh tim kepelatihan Timnas Indonesia kedepan.
Akhirnya, kenyataan pahit kalah 5-1 dari Australia bukan akhir dari segalanya. Terlalu dini menyimpulkan Timnas Indonesia di bawah Kluivert tidak berarti. Saya rasa masih ada tiga pertandingan berikutnya yang mesti dimaksimalkan. Situasi seperti hal ini menjadi wajar dalam dunia sepak bola. Tentu sebagai yang pernah menjadi pemain berpengalaman, Kluivert dan tim sendiri akan tahu bagaimana cara mengatasinya, apa yang harus segera dilakukan.
Setidaknya, langkah awal terlebih dahulu membangun mental seluruh para pemain pasca kekalahan. Cermati segala kekurangan. Pastikan kepada seluruh pemain karena sesungguhnya masih ada harapan untuk Timnas bisa berlaga tampil pertama kalinya di Piala Dunia. Sisanya, berlatih ekstra keras dan ciptakan harmoni dan sinergisitas di antara semua pihak. Cag ah.
Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut yang menggemari permainan sepak bola
Terpopuler
1
Jadwal Lengkap Keberangkatan dan Kepulangan Jamaah Haji 2025
2
Mengapa Amerika Keberatan dengan GPN & QRIS?
3
Khutbah Jumat Singkat: Agar Rezeki Halal dan Pahala Melimpah, Jadikan Pekerjaan sebagai Jalan Ibadah
4
Jelang Konfercab PCNU Kabupaten Bogor, KH Abdullah Nawawi Mdz Ingatkan Pentingnya Menjaga Adab dan Ukhuwah
5
Presiden Prabowo Dijadwalkan Lepas Keberangkatan Kloter Pertama Haji pada 2 Mei 2025
6
Asrama Haji Indramayu Siap Sambut Pemberangkatan Kloter Pertama Jamaah Haji 2025
Terkini
Lihat Semua