• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Opini

Hadapi Pendemi Covid-19 dengan Cinta

Hadapi Pendemi Covid-19 dengan Cinta
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online

Oleh Abdul Muiz Syaerozie

Saat membaca Al-Qur'an, saya sempat berhenti membaca di surat Maryam ayat 96. Sejenak saya coba memahami firman Allah yang berbunyi:

ان الذين آمنوا وعملواالصالحات سيجعل لهم الرحمن ودا.

Ayat tersebut, jika dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia atau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kira-kira bunyinya seperti ini:

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh kelak Allah yang Maha Pemurah akan menganugerahi sebuah rasa cinta dan kasih sayang dalam hatinya."

Lalu, apa makna yang dapat kita pahami dari ayat ini?

Dalam diskursus ilmu nahwu dan ilmu ushul fiqih, model kalimat yang digunakan dalam surat Maryam ayat 96 itu adalah model kalimat ikhbar.

Ini artinya, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, melalui ayat itu Allah menginformasikan kepada kita bahwa, orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah orang-orang yang berhati lembut, penuh cinta dan kasih sayang.

Tentu ini anugerah besar dari Allah untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Sebab, Kata Sa'di, dengan keimanan dan amal saleh - sebagai bentuk kecintaan mereka pada Allah - maka Allah pun membalasnya dengan menjadikan mereka sebagai pribadi yang lembut, penuh cinta dan kasih sayang. Itulah makna pertama yang dapat kita petik dari ayat tersebut.

Selain itu, ayat ini telah membuka tabir kepada kita, mengapa orang-orang mukmin dan orang-orang saleh begitu dicintai oleh masyarakatnya. Ternyata jawabannya jelas. Karena mereka memiliki jiwa penyayang. Kelembutan hati dan jiwa penyayang yang tertanam dalam diri orang-orang saleh setidaknya menjadi modal bagi mereka untuk mampu berinteraksi dan bersosialisasi di tengah masyarakat dengan baik. 

Kita sering menyaksikan pribadi orang-orang yang beriman dan beramal saleh begitu kharismatik di mata masyarakatnya. Mereka tidak pernah memperlakukan siapapun dan menyikapi kondisi apapun dengan kebencian dan menebar keresahan. Mereka justru menggauli masyarakat dengan cinta dan kasih sayang. 

Kehadiran orang-orang saleh dan orang orang beriman selalu saja menjadi penyejuk ditegah kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, tidak heran jika mereka dicintai dan disayangi oleh siapa pun. 

Rasulullah SAW., sebagaimana dikutip oleh Syekh Makhfudz Termas dalam kitabnya Al-Minkhatul Khoiriyyah, pernah bersabda; 

الراحمون يرحمهم الرحمن تبارك وتعالی ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماگ

Orang-orang penyayang akan disayang Allah yang maha Penyayang. Sayangilah makhluk yang ada di muka bumi, maka engkau akan di sayang oleh makhluk yang ada di langit.

Paling tidak, inilah makna kedua yang dapat kita petik dari ayat tersebut.

Dalam konteks pandemi Covid-19, ayat ini memiliki peran penting dalam menyudahi wabah yg sedang melanda umat manusia. Kita hadapi pandemi Covid-19 dengan cinta dan kasih sayang. 

Kita mesti mencintai dan menyayangi orang-orang sekeliling kita agar tidak terpapar Covid dengan cara mematuhi protokoler kesehatan. Kita juga perlu mencintai dan menyayangi orang-orang di sekitar kita yang telah terjangkit virus Corona. Mereka yang sedang isoman, wajib kita cintai dan sayangi dengan memberi support dan bantuan apapun agar mereka bisa kembali pulih.

Kita juga harus mencintai dan menyayangi orang-orang yang telah wafat akibat keganasan virus yang sedang menghantui kita dengan cara mendoakan dan memperlakukan mereka sebagai para mujahid yg gugur di medan pertempuran melawan Covid-19.

Begitu pula, jika kita sebagai pengemban amanah, kita wajib mencintai dan menyayangi masyarakat kita yang sedang hidup susah akibat pandemi Covid 19. Keterpurukan ekonomi mesti kita bantu sebagai bentuk kecintaan dan kasih sayang kita pada mereka.

Atau jika kita sebagai bagian dari masyarakat biasa, kita harus mencintai dan menyayangi pemimpin-pemimpin kita yang terus berusaha menghambat laju penularan Covid-19, dengan tunduk pada aturan-aturannya. Atau minimalnya, kita tidak menjadi bagian dari orang yang membuat saudara-saudara, sahabat-sahabat dan kawan-kawan kita menjadi resah.

Wabah tak akan cepat berakhir jika kita hadapi Covid dengan murka dan serakah. Jangan coba-coba kita meraup keuntungan demi kepentingan pribadi di tengah susah dan sedihnya manusia akibit Covid-19. jika kita hadapi pandemi dengan murka dan serakah, Pasti kita tidak akan di sayang Allah dan Makhluk-makhluk Allah yang ada di langit. Wallahu 'alam bis swawab.

Penulis adalah Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama Kabupaten Cirebon
 


Opini Terbaru