• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Opini

Apakah Ramadhan Tahun Ini akan Lebih Bermakna?

Apakah Ramadhan Tahun Ini akan Lebih Bermakna?
Apakah Ramadhan Tahun Ini akan Lebih Bermakna?
Apakah Ramadhan Tahun Ini akan Lebih Bermakna?

Bulan Ramadan kembali tiba. Tentu wajar kita melakukan refleksi: apa perbedaan Ramadan ini dengan Ramadan sebelumnya? Bukankah ayat “kutiba‘alaykumus shiyam” (QS 2:183) masih tetap sama dan tidak pernah berubah? Bukankah perdebatan kapan memulai puasa antara penganutmetode hisab dan ru’yah juga masih sama seperti tahun sebelumnya? Suasana Ramadan saat sahur, berbuka puasa dan tarawih berjamaah juga tetap sama seperti sebelummnya? 


Lantas apa yang membedakan Ramadan kita di tahun 2023 ini?


Tahun 2023 menjelang Ramadan ini publik dikagetkan dengan berbagai ulah pamer kemewahan dari keluarga pejabat. Akankah kita melihat isi medsos keluarga pejabat berganti dengan postingan berbagai acara ritual keagamaan di bulan puasa? 


Dari pamer kemewahan berubah menjadi pamer kedekatan dengan Tuhan. Adakah yang salah dengan ini? Atau memang agama menjadi tempat persembunyian yang sempurna dari hajat untuk narsis demi konten?


Menjelang bulan puasa, publik juga dikagetkan dengan dugaan lebih dari 300 triliun TPPU (tindak pidana pencucian uang) yang melibatkan banyak pegawai sebuah kementrian. Ini bukan jumlah yang sembarangan. Tidak mungkin uang sebanyak itu bisa habis hanya untuk membayar THR
(tunjangan hari raya) orang sekitarnya. Apakah kasus ini akan lenyap begitu saja?


Belum lagi kita disuguhi menjelang Ramadan ini persidangan perwira polisi yang konon meminta fee 100 Miliar untuk meloloskan 1 ton sabu. Kebenarannya tentu masih harus dibuktikan di pengadilan. Tapi ternyata di negeri kita begitu mudah uang mengalir tanpa peduli halal atau haramnya.


Lantas, sekali lagi apa yang bisa membedakan kita berpuasa pada tahun 2023 ini dengan tahun-tahun sebelumnya? Dengan kata lain, pengalaman spiritual apa yang hendak kita jalani di bulan suci setelah sebelumnya dikagetkan dengan berbagai peristiwa di atas?


Sumber berbagai masalah di atas itu adalah soal kemampuan menahan diri dari syahwat.


Ketamakan, kemewahan dan pencitraan diri adalah kategori syahwat yang harus kita kendalikan. Lantas apa pegangan kita agar Ramadan tahun ini lebih bermakna dan kita bisa lulus mengendalikan nafsu syahwat?


Nabi bersabda, “Janganlah kalian mematikan hati dengan terlalu banyak mengonsumsi makanan dan minuman. Karena hati itu seperti tanaman, akan mati apabila terlalu banyak disiram air.”


Imam al-Ghazali dalam Minhajul ‘Abidin menjelaskan “perbuatan dan ucapan manusia itu sesuai dengan apa yang dikonsumsinya. Jika yang masuk barang haram, maka yang keluar adalah barang yang haram. Jika masuk barang yang berlebihan, maka yang keluar adalah hal-hal yang berlebihan.”


Bulan puasa di tahun 2023 ini kembali tiba untuk mengingatkan kita bahwa kemuliaan manusia diraih lewat kemampuan menahan syahwatnya, bukan melampiaskannya. Makan, minum dan seks sebagai naluri dasar manusia dipuasakan, bukan dipuaskan. Begitu pula segenap panca indera, dan juga pikiran serta hati kita. 


Semoga Ramadan tahun ini bisa lebih bermakna. Marhaban Ya Ramadan!


Nadirsyah Hosen, Wakil Ketua Dewan Pengasuh Pesantren Takhasus IIQ Jakarta


Opini Terbaru