• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Ngalogat

Soal Ulama dan Orang Saleh

Soal Ulama dan Orang Saleh
KH Hasyim Muzadi (Foto: NUO)
KH Hasyim Muzadi (Foto: NUO)

Oleh M Rijal Mumazziq
Jadi ingat cerita Kiai Hasyim Muzadi. Di tahun 1980-an awal, beliau diminta oleh gurunya mandeg sebagai anggota dewan. Kiai Hasyim taat. Jabatan anggota DPRD Kabupaten Malang beliau tinggalkan. Akhirnya beliau balik lagi sebagai aktivis GP Ansor. Keliling ke sana kemari untuk merintis dan mengembangkan GP Ansor di beberapa daerah. Kondisi ekonomi mulai morat marit. Berbagai usaha dicoba, tapi gagal. Anehnya, sang guru senantiasa datang jika ekonominya seret. Seolah tahu kondisi muridnya, guru Kiai Hasyim datang membawa beras, minyak, gula dan bahkan ngasih sangu.


Di awal 1990-an gurunya meminta Kiai Hasyim agar merintis pesantren. Kiai Hasyim bingung, karena merasa belum waktunya. Gurunya ngotot, bahkan menunjukkan lokasi tanah yang kelak akan didirikan Pesantren Mahasiswa al-Hikam. Takdzim, Kiai Hasyim mematuhi perintahnya dan di kemudian hari, kita tahu barakahnya: Kiai Hasyim bukan hanya menjadi pengasuh pesantren, melainkan juga Ketua PWNU Jatim bahkan menjadi Ketum PBNU dan masuk dalam jajaran tokoh berpengaruh di dunia Islam.


Menjelang Muktamar NU di Kediri, 1999, sekaligus era kegentingan pasca reformasi, Kiai Hasyim diminta oleh gurunya sowan kepada orang-orang soleh. Anehnya, target sowan ini bukan mereka yang namanya masyhur sebagai ulama, melainkan sosok-sosok yang sama sekali tidak kondang. 


Ada yang di pelosok desa, ada yang tinggal di hutan di mana ketika mau sowan harus melewati jalan berliku, ada juga sosok waliyullah yang mastur (menyembunyikan diri) dengan menjadi seorang yang dikenal oleh tetangganya sebagai pedagang. Anehnya, mereka yang disowani ini sudah tahu jika bakal kedatangan Kiai Hasyim. Karenanya, biasanya Kiai Hasyim diminta duduk, langsung diajak berdoa, kemudian disuruh pulang sambil dititipi salam kepada guru Kiai Hasyim. Doa orang-orang soleh yang mastur ini secara garis besar sama: untuk NU, Islam dan Indonesia.


Gus Dur saya kira juga memainkan pola yang sama. Beliau punya penasehat khusus, jumlahnya 9, yang ketika mereka meminta atau memerintahkan ini-itu, Gus Dur akan melaksanakannya, tanpa berpikir panjang. 9 orang ini istimewa di mata Gus Dur. Di salah satu tayangan Kick Andy, Gus Dur menolak menyebutkan identitas guru-gurunya ini. Soal mencari sosok-sosok linuwih yang soleh, baik yang masih hidup maupun wafat, saya percaya Gus Dur adalah salah seorang pakarnya. 

**

Sampai hari ini, saya percaya, di luar ontran-ontran politik dan berebut posisi duniawi, masih banyak orang-orang soleh yang tidak terdeteksi kemasyhuran yang ikhlas mendoakan Indonesia dari serambi hatinya yang tulus. Mereka tidak dikenal di bumi, tapi masyhur di langit. 


Mereka adalah para begawan, manusia istimewa yang, ibaratnya, seperti berlian. Kita tahu, berlian tidak pernah tercecer di pinggir jalan. Untuk mencarinya mesti butuh usaha ekstra keras, menggali dan menambang. Orang-orang ini menjauhi kemasyhuran. Sebab, kepopuleran seperti racun yang membunuh secara perlahan. Mereka ada, senantiasa ada, untuk bermunajat bagi kebaikan Indonesia. Mereka memiliki prinsip seperti yang dibisikkan Gus Miek kepada Gus Dur: "Indonesia baik-baik saja, yang belum baik itu dua: saya dan anda".


Wallahu A'lam Bisshawab


Penulis adalah peneliti sejarah NU


Editor:

Ngalogat Terbaru