• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Ngalogat

Nilai-Nilai Ta’lim Muta’allim Pada Proses Pembelajaran Bahasa Inggris

Nilai-Nilai Ta’lim Muta’allim Pada Proses Pembelajaran Bahasa Inggris
Nilai-Nilai Ta’lim Muta’allim Pada Proses Pembelajaran Bahasa Inggris (foto: NU Online)
Nilai-Nilai Ta’lim Muta’allim Pada Proses Pembelajaran Bahasa Inggris (foto: NU Online)

Ada satu pernyataan Nelson Mandela yang cukup terkenal di kalangan para pelajar dan para pendidik. Pernyataan ini sering digunakan untuk mengingatkan kita bahwa pendidikan itu sangat penting di kehidupan kita. Pernyataan itu adalah “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.” yang kurang lebih berarti: Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat Anda gunakan untuk merubah dunia. 


Pernyataan Nelson Mandela di atas menunjukkan bahwa pendidikan merupakan kebutuhan yang penting bagi setiap manusia, masyarakat, maupun bangsa, maka pendidikan harus selalu ditumbuhkembangkan secara sistematis dan visioner. Berangkat dari kerangka ini, maka upaya pendidikan yang dilakukan suatu bangsa selalu memiliki hubungan yang signifikan dengan rekayasa bangsa tersebut di masa mendatang.


Pendidikan menurut konsepsi Islam bertugas merubah orientasi alami kehidupan dari duniawi menjadi berorientasi ukhrawi. Dan perlu kita ketahui bersama bahwa di zaman globalisasi ini, kita tidak hanya dituntut untuk mempelajari pendidikan yang bersifat ukhrawi melainkan juga duniawi. Ini berdasarkan maqol Imam Syafi’i di bawah ini:


ﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺍﻷَﺧِﺮَﺓَ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ، ﻭَﻣَﻦْ ﺃَﺭَﺍﺩَﻫُﻤَﺎ ﻓَﻌَﻠَﻴْﻪِ ﺑِﺎﻟْﻌِﻠْﻢِ
 

“Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”


Dari sini kita bisa memahami bahwa kita sebaiknya memiliki satu poin penting agar kehidupan kita menemukan kemudahan di dunia yang sedang kita singgahi dan juga di akhirat kelak. Satu poin penting berdasarkan maqol tersebut di atas adalah Ilmu. Ada yang bilang, Dengan ilmu hidup akan menjadi lebih mudah. Dengan agama hidup akan menjadi lebih terarah. Dengan seni hidup akan menjadi lebih indah. Dengan bersilaturahmi hidup akan menjadi lebih berkah. 


Pembelajaran Bahasa Inggris yang Berhasil Menurut Islam
Berbicara tentang bagaimana agar pembelajaran bisa berhasil? Ada banyak pendapat mengenai ini dan masing-masing punya dasar pemikirannya. Salah satunya adalah Pengarang Kitab Ta’lim Muta’allim. Imam Alzarnuji mengutip syairnya Imam Ali Ibnu Abu Thalib Karromallahu wajhah yang masyhur di kalangan pesantren. Dalam kitabnya tersebut tentang enam syarat agar pembelajaran bisa berhasil dan sukses. Syair tersebut adalah: 

 

أَلَا لَنْ تَنَالَ الْعِلْمَ إِلَّا بِسِتَّةٍ # سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ
ذَكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ # وَإِرْشَادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

 

Yang kurang lebih artinya: 
Ingatlah engkau tidak akan meraih ilmu kecuali dengan enam hal # Saya akan memberitahukan kepadamu penjelasan semuanya. 
Cerdas, keinginan yang kuat, sabar, Bekal, # Petunjuk guru, dan waktu yang lama.

Berdasarkan syairnya Imam Ali Ibnu Abu Thalib, seorang tokoh Islam, Sepupu sekaligus menantunya Baginda Nabi Muhammad Saw, yang Nabi sendiri memuji kecerdasannya sampai Beliau menjuluki sepupu sekaligus menantunya tersebut dengan sebutan pintunya ilmu.

 

Paling tidak ada enam syarat agar pembelajaran bisa berhasil dan sukses jika dilihat dari aspek pencari ilmu.

 

1. Cerdas / Kecerdasan
Cerdas memiliki dua makna: yang pertama, sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti, dan sebagainya); tajam pikiran; dan yang kedua, sempurna pertumbuhan tubuhnya (sehat, kuat) (Arti Kata Cerdas - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, n.d.). Ulama membagi kecerdasan menjadi dua yaitu: yang pertama, muhibatun minallah (kecerdasan yang diberikan oleh Allah). Contoh, Seseorang yang memiliki hafalan yang kuat. Yang kedua adalah kecerdasan yang didapat dengan usaha (muktasab) misalnya dengan cara mencatat, mengulang materi yang diajarkan, berdiskusi dan lain-lain (Admin.Jateng, 2020).

 

Sementara itu, Howard Gardner dan Elisabeth Hobbs membagi kecerdasan menjadi sembilan jenis kecerdasan. Mereka berpendapat bahwa tidak ada orang yang tidak cerdas. Yang membedakan adalah bahwa setiap orang memiliki kecerdasan masing-masing karena tiap individu memiliki keunikannya sendiri. 


Sembilan jenis kecerdasan manusia menurut Howard Gardner:(Howard Gardner’s Theory of Multiple Intelligences | Center for Innovative Teaching and Learning, n.d.)

 
  1. Verbal-linguistic intelligence (well-developed verbal skills and sensitivity to the sounds, meanings and rhythms of words)
  2. Logical-mathematical intelligence (ability to think conceptually and abstractly, and capacity to discern logical and numerical patterns)
  3. Spatial-visual intelligence (capacity to think in images and pictures, to visualize accurately and abstractly)
  4. Bodily-kinaesthetic intelligence (ability to control one’s body movements and to handle objects skilfully)
  5. Musical intelligences (ability to produce and appreciate rhythm, pitch and timber)
  6. Interpersonal intelligence (capacity to detect and respond appropriately to the moods, motivations and desires of others)
  7. Intrapersonal (capacity to be self-aware and in tune with inner feelings, values, beliefs and thinking processes)
  8. Naturalist intelligence (ability to recognize and categorize plants, animals and other objects in nature)
  9. Existential intelligence (sensitivity and capacity to tackle deep questions about human existence such as, “What is the meaning of life? Why do we die? How did we get here?”
     

2. Keinginan yang kuat / Bersungguh-sungguh
Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan mendapatkan kesuksesan. Begitu pula dalam menuntut ilmu, kesungguhan adalah salah satu modal untuk menguasai ilmu yang sedang kita pelajari. Tamak akan ilmu. Orang-orang yang mempunyai sifat ini akan merasa semakin mereka belajar semakin merasa bodoh. Tidak bosan menimba ilmu. ini orang-orang yang disebut dengan tamak akan ilmu. Syarat inilah yang paling penting – menurut penulis – dari enam syarat yang diungkapkan Imam Ali Ibnu Abu Thalib. Karena jika sifat ini hadir dalam sanubari para pencari ilmu, yang lima syarat lainnya bisa hadir dengan sendirinya. Tapi jika lima syarat lainnya ada, tapi tidak ada syarat nomor dua ini, maka lima syarat ini tidak akan banyak berarti.


Akan halnya beberapa agama hadir dalam dunia. Islam yang menyempurnakan. Akan halnya 12 bulan hijriyah, Ramadlan yang paling utama. Ada 7 hari dalam satu minggu, Jumat yang paling utama. Begitu juga dengan 6 syarat keberhasilan dalam proses pembelajaran yang disampaikan oleh Sahabat Ali ibn Abu Thalib, syarat nomor dua inilahh yang paling utama.


Poin kedua setelah kita belajar tentunya pemahaman atau ilmu. Yang tadinya kita tidak tahu menjadi tahu. Itu artinya kita punya ilmu. Akan tetapi, satu proses yaitu belajar yang kemudian menghasilkan ilmu itu ternyata tidak cukup jika mau mendapatkan nomor 4 yaitu skill seperti yang digambarkan pada bagan di bawah. Untuk bisa mencapai nomor empat yaitu Skill tersebut, para pencari ilmu harus melewati nomor tiga yang membutuhkan syarat nomor dua ini secara mutlak. Nomor tiga itu adalah praktek. 


Disiplin ilmu mana yan tidak membutuhkan praktek. Semua disiplin ilmu membutuhkan praktek. Belajar main gitar, tidak cukup hanya menghafal kunci-kunci gitar saja. Yang mau belajar gitar juga harus berani mempraktekkannya. Pegang gitarnya, kemudian mainkan. Belajar berenang. Tidak cukup hanya mengandalkan memori atau daya ingat untuk menghafal gaya-gaya dalam berenang. Yang tidak kalah pentingnya adalah dia berani terjun ke kolam renang atau mungkin juga harus berani terjun ke sungai untuk mempraktekkannya. 


Dalam mempraktekkan sebuah ilmu, para pencari ilmu akan menemui berbagai kesalahan-kesalahan. Kita ingat sebuah ungkapan terkait kesalahan dalam sebuah proses pembelajaran, “Mistake isn’t always a mistake, we can learn from our mistakes.” Yang kurang lebih artinya, kesalahan tidak selalu sebuah kesalahan, kita bisa belajar dari kesalahan kita.”  Jika tidak mempunyai keinginan yang kuat, maka para pencari ilmu akan mundur atau menyerah karena sulitnya mendapatkan keahlian tertentu. Jadi, jika kita melakukan kesalahan dalam proses kita dalam mencari ilmu, jangan menyerah. Punyailah tekad yang kuat atau syarat yang kedua ini. 

 

3. Sabar / Kesabaran
Salah satu hal penting yang dibutuhkan para pencari Ilmu menurut Ali Ibn Abu Thalib adalah kesabaran. Dalam mencari Ilmu, para pencari ilmu akan menemukan kendala atau halangan. Kesabaran inilah yang akan menemani para pencari ilmu dalam pencariannya. Sabar dalam menghadapi penjelasan para gurunya, sabar menghadapi kendala ditengah pencarian ilmunya. Para pencari ilmu tidak boleh larut dalam keluhan bagaimana susahnya mencari ilmu.


4. Bekal / Modal
Para ulama jaman dahulu menghabiskan banyak biaya dalam usaha mereka mendapatkan ilmu. Para pencari ilmu harus mempersiapkan bekal dalam pencariannya. Entah itu untuk iuran harian atau bulanan saat proses belajar, misalnya. Contoh lain yang membutuhkan biaya adalah biaya untuk transportasi, membeli alat-alat tulis yang menunjang usahanya dalam mencari ilmu. 


5. Guru
Guru adalah sumber ilmu. Pencari ilmu harus mempunyai guru. Para pencari ilmu harus banyak bergaul dengan para guru. Seperti pepatah, Jika kita bergaul dengan tukanng minyak, maka kita akan tertular wanginya. Oleh karena itu, para pencari ilmu dianjurkan banyak bergaul dengan para guru. Permasalahan bagaimana seorang guru Bahasa Inggris berbicara kepada siswanya atau sikap seorang guru berinteraksi dengan para siswanya menjadi masalah yang krusial saat seorang guru, misalnya memberikan instruksi. 


Kaitannya dengan pembelajaran Bahasa Inggris, Jeremy Harmer, dalam bukunya How to teach English, menjelaskan bahwa cara bagaimana guru berbicara kepada siswanya merupakan kemampuan yang penting dan berpengaruh secara signifikan kepada perkembangan pembelajaran Bahasa Inggris siswa (Harmer, 2008). Membuat siswa berbicara dengan menggunakan Bahasa yang mereka pelajari – dalam hal ini, Bahasa Inggris – adalah bagian penting dari tugas seorang guru Bahasa Inggris. Siswalah yang butuh praktek menggunakan Bahasa Inggris, bukan guru Bahasa Inggrisnya. Oleh karena itu, guru yang baik adalah guru yang memaksimalkan Students Talk Time (STT) dan meminimalisir Teacher Talks Time (TTT). STT adalah sebuah strategi atau teknik memberikan lebih banyak waktu berbicara atau praktek Bahasa Inggris kepada para siswa agar para siswa bisa mempunyai banyak peluang untuk praktek berbicara Bahasa Inggris.


6. Waktu
Ilmu tidak akan bisa diraih dengan cara yang instan. Mie instan yang instan saja, kita masih perlu waktu untuk bisa dikatakan siap disajikan. Perlu waktu yang memadai atau waktu yang cukup untuk meraih ilmu. Mencari ilmu adalah proses yang sangat panjang. Bahkan ada satu hadits yang menyatakan bahwa kewajiban mencari ilmu itu dari buaian Ibu sampai ke liang lahad.


Begitu juga dengan proses pembelajaran Bahasa Inggris. It needs time. Seseorang perlu waktu untuk bisa Bahasa Inggris apalagi jika Bahasa Inggris adalah Bahasa ketiga bagi dia. Jika kesehariannya berbicara menggunakan Bahasa Ibu atau mother tongue, maka kecenderungan akan memerlukan effort yang lebih untuk bisa berbahasa Inggris. Ada banyak faktor yang menyebabkan cepat atau lambatnya seseorang bisa berbicara Bahasa Inggris.


Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisa yang telah penulis paparkan tentang nilai-nilai Ta’lim Muta’allim pada prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Inggris dapat diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada kitab Ta’lim Muta’allim sangat relevan dengan prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Inggris. Syarat-syarat yang digaungkan oleh Ali Ibnu Abu Thalib yang ada pada kitab Ta’lim Muta’allim sangat cocok dengan prinsip prinsip suksesnya pembelajaran Bahasa Inggris. 


Nilai-nilai Ta’lim muta’allim tentang proses pembelajaran yang baik adalah: Cerdas (Kecerdasan); Keinginan yang kuat (Motivasi/Semangat); Sabar (kesabaran); Bekal / Modal (Biaya); Guru; dan Waktu.


Nilai-nilai yang ada pada kitab Ta’lim Muta’allim sangat cocok dan relevan dengan proses pembelajaran pendidikan Bahasa Inggris. 


Prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Inggris juga memerlukan 6 syarat yang disampaikan oleh Imam Ali Ibnu Thalib yang ada pada kitab Ta’lim Muta’allim


Umar, Ketua LP Maarif di MWC NU Karangsembung, Cirebon
 


Ngalogat Terbaru