• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 30 Juni 2024

Ngalogat

Mengenang Sosok Bersahaja Bu Nyai Suswati Sholeh

Mengenang Sosok Bersahaja Bu Nyai Suswati Sholeh
Nyai Suswati Sholeh. (Foto: Nasihin)
Nyai Suswati Sholeh. (Foto: Nasihin)

Mungkin saya tidak begitu mengenal sosok Bu Nyai Suswati Sholeh. Pertama kali bertemu, dan yang ternyata terakhir adalah ketika beliau mendampingi suami beliau, Kiai Jadul Maula ketua PP Lesbumi PBNU waktu menghadiri acara PC Lesbumi Bangkalan sekitar bulan Desember 2023, di kediaman Lora Imam.


Pertama kali bertemu Bu Nyai, saya takjub. Beliau berwajah teduh, berpenampilan sederhana. Sama sekali tak terlihat kesan bahwa beliau seorang istri seorang ketua Lembaga di PBNU. Kesan sederhana juga terlihat dari suami beliau Kiai Jadul Maula. 


Beliau berdua menuju Bangkalan memakai kereta dari Jogja ke Stasiun Gubeng Surabaya. Dari Stasiun Gubeng menuju Bangkalan di jemput Mas Ferdy dari Bangkalan. Saya bersama  kawan-kawan dari Lesbumi Jabar; Kiai Fatah, Teh Cici, Eri dan Dindin. kebetulan kami baru pulang dari Pulau Bali.


Mungkin tak mengherankan juga ketika bertemu Bu Nyai Suswati yang begitu sederhana, suami beliau Kiai Jadul Maula pun begitu. Beberapa kali bertemu dengan Kiai Jadul saya melihat sosok yang sangat sederhana. Teringat saat bertemu Kiai Jadul di Muktamar Lampung. Kiai Jadul menenteng sendiri kitab-kitab yang akan dijadikan referensi dalam sidang Pleno.


Beliau berjalan sendiri dengan membawa tas dan beberapa Kitab, tanpa ditemani pengawal. Saya menyalami beliau dan meminta ijin membawakan kitab beliau. Beliau menolak, tapi saya tetap meminta ijin membawakan kitabnya, , ternyata berat juga kitab-kitab itu. 


Setelah beberapa lama ngobrol kami menuju tempat rapat pleno. Namun saat itu belum dimulai. Beliau mengajak saya mencari makanan, setalah beberapa kali berkeliling akhirnya beliau mengajak saya ke sebuah warung kaki lima, beliau mengajak saya duduk di bawah memakai tikar. 


Ada kejadian lucu saat itu. Ketika saya duduk di bawah, di samping saya ada bangku kayu panjang. Banyak orang berdatangan rombongan waktu itu, mungkin mereka Romli juga sama seperti saya. Diantara rombongan itu ada beberapa orang yang duduk di bangku kayu itu.


Suasana Muktamar yang sangat ramai, diantara rombongan itu ada yang menyapa kami, mungkin mereka menyangka pula bahwa Kiai Jadul itu Romli pula, apalagi saat itu agak temaram atau mungkin mereka tidak begitu kenal juga dengan Kiai Jadul.


Seperti biasa kita saling sapa, dan ada diantara mereka bertanya ke Kiai Jadul, bertanya nama, tempat tinggal dan dari struktural mana. Kiai Jadul dengan ringan menjawab dari Jogja dan ikut di Struktural Lesbumi. Kemudian mereka bercerita ada temannya yang pengurus Lesbumi juga, tapi saya lupa dari Lesbumi mana.


Orang yang duduk di bangku itu bercerita tentang Lesbumi dan temannya yang pengurus Lesbumi. Tanpa saya sadari, saya memperkenalkan beliau, bahwa beliau Ketua Lesbumi PBNU. Sontak saja, orang-orang itu loncat ke bawah menyalami beliau dan meminta maaf.


Tanpa saya duga, Kiai Jadul menepuk paha saya, katanya, "Jangan bilang begitu, kasian mereka menjadi sungkan." Kata beliau, saya kaget bercampur malu, ternyata beliau begitu tawadhu, tidak ingin dihormat apalagi di spesialkan. Ilmu yang sangat berharga dan menjadi pelajaran buat saya, betapa jabatan itu tidak membuat beliau merasa menjadi seorang tokoh atau ketua yang harus dihormati.


Kembali ke pertemuan saya dengan Bu Nyai Suswati. Setelah acara di Bangkalan selesai, paginya saya antar beliau berdua menuju Stasiun Gubeng Surabaya memakai mobil Buya Mas'ud. Beberapa kali beliau berdua meminta maaf karena merepotkan saya, justru saya yang mendapat berkah dapat mengantar beliau berdua. 


Sepanjang perjalanan saya mengobrol dengan Kiai Jadul, Bu Nyai sesekali ikut mengobrol, beliau sesekali tersenyum. Dan itulah pertemuan pertama dan terakhir bertemu Bu Nyai Suswati Sholeh.


Selamat Jalan Bu Nyai, sosok yang saya kagumi, teduh dan sederhana. Berita wafatnya beliau mengagetkan saya, indah nian beliau wafat di tempat Suci Mekkah, di waktu yang indah setelah melempar jumroh, menjadi tempat terindah beliau, saya menjadi saksi beliau perempuan Sholehah. 


Almarhumah telah kembali kepada Tuhannya, dan semoga beliau berkumpul di Majlis terindah, Majlisnya Rosululloh Sayyidinâ Muhammad SAW, berkumpul bersama para Muasis, pengorbanan dan perjuangan beliau semoga menjadi pahala dan menjadi tauladan untuk kita semua.


Selamat Jalan Bu Nyai, pertemuan singkat itu menjadi pertemuan terindah yang pasti saya ingat selamanya, pertemuan yang menjadi pelajaran berharga untuk hidup saya.


Nasihin, Pengurus Lesbumi PWNU Jawa Barat


Ngalogat Terbaru