• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Ngalogat

Khidmah Berjenjang Kader NU

Khidmah Berjenjang Kader NU
MKNU di Indramayu (Foto: NU Online Jabar/Iing Rohimini)
MKNU di Indramayu (Foto: NU Online Jabar/Iing Rohimini)

Oleh KH Ahmad Zuhri Adnan

Sebagai jamiyyah yang konsen dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan, Nahdlatul Ulama (NU) dituntut untuk mengokohkan kedua kakinya, yang satu menguatkan ideologi diniyah berbasis Ahlussunnah wal Jamaah, sementara kaki yang sebelahnya memberdayakan warganya di segala sektor, utamanya daya beli, pendidikan, dan kesehatan.

Jumlah warga NU yang mencapai 108 juta jiwa (LSI, 2019) bukanlah sekadar bonus demografi, tetapi hasil ikhtiar para ulama, kiai, dan ustadz NU dari generasi ke generasi. Prinsip amaliyah, fikrah, dan harakah NU yang konsisten dan rahmatan lil ‘alamin terbukti diterima masyarakat, bahkan dunia. Dan ini menjadi PR besar bagi NU untuk terus mengokohkan kedua kakinya agar dapat mempertahankan sekaligus memberdayakan warganya.

Sementara, di tingkatan struktural penguatan diutamakan pada penyamaan visi dan persepsi tentang NU dan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) di semua tingkatan kepengurusan. Kederisasi muharrik NU harus lebih massif dan progresif.

Di era digital saat ini, pemberdayaan warga di tingkat kultural harus lebih kreatif dan inovatif dengan tidak mereduksi karakter pembinaan model kiai kampung atau kiai tajug yang penuh uswah, holistik, berkarakter, dan kaya nilai. Dakwah milenialis inovatif harus diintegrasikan pada model klasik agar lebih menarik. Lailatul ijtima, istighotsah, bahtsul masail dan lain-lain harus dipoles dengan instrumen kekinian untuk mewarnai media sosial dan digital agar lebih menarik dan diterima oleh semua kalangan.

Lima jenis kaderisasi amanat Muktamar ke-33 NU di Jombang 2015 harus implementasikan secara luas. Lima bentuk kaderisasi tersebut yaitu, 1) kaderisasi struktural, 2) kaderisasi keulamaan, 3) kaderisasi penggerak NU, 4) kaderisasi fungsional, dan 5) kaderisasi profesional. Ini merupakan formulasi yang dapat memfasilitasi warga NU untuk mengenal NU secara luas di semua tingkatan.

Saya merasa gembira ketika melihat kelima bentuk kaderisasi itu memiliki ruang pembinaan ideologi dan militansi yang terstruktur dan terprogram. Kaderisasi struktural berupa Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU), kaderisasi keulamaan dinamakan Pendidikan dan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK), kaderisasi penggerak NU berupa Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU), dan kaderisasi fungsional dan profesional berdasarkan kaderisasi di tingkat lembaga dan badan otonom.

Menurut saya, dalam kelima bentuk kaderisasi itu harus ditekankan pula semangat khidmah berorganisasi secara berjenjang. Pasca "purnabakti", kader IPNU disemangati untuk terus berkhidmah organisasi "abangnya" GP Ansor, lanjut ke NU di tingkatan apa dan mana pun, demikian seterusnya di tingkat banom maupun lembaga, Sehingga pengkaderan tidak putus di jalan dan penguatan ideologi akan terterima secara paripurna.

Penulis adalah Ketua LDNU Kabupaten Cirebon, Pengasuh PP Ketitang Cirebon
 


Ngalogat Terbaru