• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Ngalogat

KH Ahmad Sjaichu dan Tradisi Santri NU 

KH Ahmad Sjaichu dan Tradisi Santri NU 
Prof. Dr. KH. Oman Faturahman saat mengisi kuliah subuh di masjid Jami Al-Hamidiyah, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Sawangan, Depok (Foto: Hakim/NUJO)
Prof. Dr. KH. Oman Faturahman saat mengisi kuliah subuh di masjid Jami Al-Hamidiyah, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Sawangan, Depok (Foto: Hakim/NUJO)

Depok, NU Online Jabar
Prof. Dr. KH. Oman Faturahman adalah guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta yang ahli dalam filologi manuskrip nusantara. Saya berkesempatan untuk mendengarkan kuliah subuhnya di masjid Jami Al-Hamidiyah, Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Sawangan, Depok.


Saat menyampaikan kuliah subuhnya di hadapan para santri dan jamaahnya, ia menceritakan sosok kiai yang menjadi tokoh idolanya yaitu KH. Ahmad Sjaichu, seorang tokoh agama dan politikus yang multitalenta. Prof Oman menceritakan bahwa KH. Ahmad Sjaichu pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Taswirul Afkar dan Madrasah Nadhlatul Wathan, dua lembaga pedidikan ini didirkan oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah yang kelak menjadi cikal bakal lahirnya Nahdlatul Ulama. 


KH. Ahmad Sjaichu adalah putra dari Ny. Fatimah yang diperistri oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah. Pada usia 7 tahun KH. Ahmad Sjaichu sudah menghatamkan Al-Qur’an 30 Juz. Ia dibimbing oleh seorang guru yang kemudian sangat mempengaruhi perkembangannya yaitu KH. Abdullah Ubaid.  


KH. Abdullah Ubaid adalah murid dari Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura. Kepada Syaikhona Kholil Bangkalan, KH. Abdullah Ubaid belajar kesantrian dan ilmu politik kebangsaan sehingga di kalangan para pemuda waktu itu ia dikenal karena kepandaiannya dalam berpidato. KH Abdullah Ubaid di percaya menjadi anggota A’wan generasi pertama dalam struktur Hoofdbestur Nahdlatoel Oelama (PBNO) yang kini dikenal sebagai PBNU.


Jika di bidang politik KH. Ahmad Sjaichu berguru ke KH. Abdullah Ubaid. Kepada KH. Ghufron ia belajar ilmu fiqih. Sementara itu, di bawah bimbingan ayah tirinya KH. Abdul Wahab Chasbullah ia berkembang menjadi pemuda yang menonjol kepemimpinannya sampai ia dikenal sebagai seorang pendakwah dan orator ulung. 


Prof Oman mengungkapkan bahwa sepanjang hidupnya KH Ahmad Sjaichu diberikan untuk kemaslahatan umat hingga akhir hayatnya, terbukti dengan kembalinya beliau ke pesantren dengan mendirikan pondok pesantren Al-Hamidiyah di daerah Sawangan, Kota Depok. Sampai kemudian ia dimakamkan di pesantren yang dibangunnya tersebut. 


Keberkahan, berkah, atau barokah bagi kalangan santri adalah sesuatu yang sangat didambakan. Prof Oman mendefinisikan barokah adalah sebagai berikut:


 أَمَّا البَرَكَةُ فَهِيَ النَّماءُ والزِّيادَةُ والرَّفْعُ


“Adapun barokah adalah sesuatu yang tumbuh dan bertambah serta meningkat.”


Para santri haruslah bersabar saat belajar di pesantren yang tidak cukup beberapa tahun saja, syarat طول الزمان harus dijalani walau memakan waktu 6-9 tahun. Juga bagi santri harus menghormati ilmu dan صاحب العلم sehingga dengan akhlak kita kepada mereka yang mengajari ilmu, bukan saja ilmu yang kita dapatkan. Lebih dari itu, terdapat keberkahan dari ilmu yang didapat karena kealiman guru kita. 


"Santri bisa lebih tinggi ilmunya karena rasa ta'zim (sangat menghormati) kepada kiainya, tidak sekedar ilmu yang didapati melainkan doa yang berkah dari kiainya," pungkas Prof Oman. 

Penulis: Abdul Hakim Hasan
Editor: Agung G


Ngalogat Terbaru