• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Ngalogat

Istiqlal dan Rasa Syukur Kemerdekaan 

Istiqlal dan Rasa Syukur Kemerdekaan 
Istiqlal dan Rasa Syukur Kemerdekaan 
Istiqlal dan Rasa Syukur Kemerdekaan 

Kebanyakan orang mengenal Istiqlal merujuk pada sebuah bangunan masjid, yakni masjid resmi atau masjid "negara" Republik Indonesia yang konon katanya menjadi salahsatu masjid terbesar di muka bumi ini. Padahal tidak sesederhana itu. Senyatanya pendirian masjid Itiqlal mempunyai makna tertentu bagi kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Islam Indonesia. 


Seperti yang diungkapkan Nurcholish Madjid (1995), Istiqlal bermakna "kemerdekaan". Selain menjadi masjid yang didirikan sebagai monumen kemerdekaan bagi bangsa Indonesia bersama Monumen Nasional (Monas), masjid Istiqlal juga menjadi masjid yang dibangun atas dasar kesyukuran masyarakat Islam Indonesia kepada Tuhan YME atas nikmat karunia mendapatkan kemerdekaan.


Memperingati kemerdekaan bagi masyarakat Islam Indonesia dengan mendirikan sebuah masjid (Istiqlal) menjadi sebuah kewajaran mengingat agama Islam sudah masif tersebar dan menyatu dengan kebanyakan masyarakat Nusantara sejak abad ke-15 lalu. 


Selain itu, pendirian masjid Istiqlal sebagai pertanda syukur masyarakat Islam Indonesia atas kemerdekaan didasarkan pula pada keyakinan bahwa para pahlawan yang gugur di medan perang yang berjuang membela negara dipandang sebagai bentuk  kesyahidan jihad fi sabilillah sebagaimana digambarkan dalam ayat Al-Qur'an, bahwa orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya, selain lebih tinggi derajatnya di sisi Allah karena telah mendapatkan kemenangan yang besar (QS at-Taubah [9]: 20),  juga pada hakikatnya mereka yang  gugur di medan perang itu tidak serta mati begitu saja (QS al-Baqarah [2]: 154) dan (QS ali-Imran [3]: 169). 


Dan yang perlu diingat juga fatwa resolusi jihad KH Hasyim Asy'ari tiga bulan pasca proklamasi dikumandangkan: hubbul wathan minal iman bahwa membela negara proklamasi hukumnya adalah wajib. 


Oleh karena itu pantas jika dalam realitanya, pendirian masjid Istiqlal menjadi sarana untuk mengekspresikan kegembiraan setelah memperoleh kemenangan dan kemerdekaan. Pendirian masjid juga menjadi sarana untuk mengirim doa bagi para arwah pejuang kemerdekaan dan sebagai wujud terima kasih atas dedikasinya telah mewujudkan kemerdekaan.


Apa yang dilakukan bangsa ini dalam mensyukuri kemerdekaan dengan membangun sebuah masjid sejatinya mengigatkan kita dengan apa yang pernah dilakukan Nabi SAW yang dengan segera mendirikan masjid di Madinah setelah Nabi bersama para sahabatnya berhasil hijrah dari Makah ke Madinah. Begitu pula dengan pendirian Masjid al-Azhar di Kairo Mesir yang didirikan oleh dinasti Fathimiyah setelah mereka mendapatkan kemerdekaan. 


Alhasil, masyarakat Islam Indonesia dalam merayakan kemerdekaan dengan membangun masjid Istiqlal menjadi masjidnya para syuhada kemerdekaan sebagai wujud terimakasih atas jasa-jasa para pahlawan. 


Dengan itu, kita selalu yakin jika para syahid kemerdekaan yang telah berjuang dalam membela tanah air akan selalu mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Dan sebagai wujud rasa syukur kita kepada para pahlawan, doa dan keselamatan akan selalu dipanjatkan kapanpun dan dimanapun juga. Dan juga berbagai upaya untuk merawat, mempertahankan, dan melestarikan kemerdekaan akan selalu kita lakukan. Aamiin.


Referensi: Nurcholish Madjid (1995) "Pintu-Pintu Menuju Tuhan" Jakarta: Paramadina


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut


Ngalogat Terbaru