Ngalogat

Islam, Otoritarianisme dan Ketertinggalan: Perbandingan Lintas Zaman dan Kawasan di Dunia Muslim (1)

Jumat, 23 Agustus 2024 | 15:49 WIB

Islam, Otoritarianisme dan Ketertinggalan: Perbandingan Lintas Zaman dan Kawasan di Dunia Muslim (1)

Buku Islam, Otoritarianisme dan Ketertinggalan: Perbandingan Lintas Zaman dan Kawasan di Dunia Muslim. (Foto: NU Online Jabar/Rudi Sirojudin A).

Ahad (28/7/2024), saya baru saja mendapatkan buku "Islam, Otoritarianisme dan Ketertinggalan: Perbandingan Lintas Zaman dan Kawasan di Dunia Muslim" karya penulis Ahmet T Kuru, seorang cendekiawan abad modern kebangsaan Turki. Ia merupakan guru besar ilmu politik dan direktur Center for Islamic and Arabic Studies di San Diego University, USA. 


Buku dengan judul asli "Islam, Authoritarianism, and Underdevelopment: A Global and Historical Comparison" ini secara garis besar menggugurkan tesis (1) bahwa konsentrasi agama sebagai penyebab mundurnya (ketertinggalan) negara-negara berpenduduk Muslim dalam hal sosio-ekonomi;  (2) Islam sebagai sumber utama permasalahan-permasalahan negara Muslim maka kini; dan (3) Kolonialisme Barat atas negara-negara Muslim menjadi penyebab terjadinya permasalahan-permasalahan kontemporer pada diri dunia Islam. 


Buku ini tidak menyepakati tesis-tesis di atas. Justru pada abad ke-8 hingga ke-12 Masehi, masyarakat Muslim di dunia malah memperlihatkan kegemilangan pencapaiannya pada dunia filsafat dan ekonomi. Itu artinya, Islam pada masanya, memiliki kemampuan untuk mendegasikan bahwa ajarannya sangat cocok dengan kemajuan. 


Terkait kolonialisme barat sebagai penyebab kemunduran negara-negara Islam, buku ini menyebut bahwa pada pertengahan abad ke-19 ketika dunia Barat menaklukkan wilayah-wilayah Islam, sebenarnya umat Muslim di dunia sudah menderita krisis politik dan sosio-ekonomi sendiri. Dengan demikian, kolonialisme dan ekspansi dunia Barat atas negara-negara Islam, sekali lagi, bukan penyebab utama tertinggalnya dunia Islam dari berbagai asfek kehidupan di era modern ini. 


Klaim bahwa demokrasi dan pembangunan sebagai biang imprealisme barat atas kemunduran dunia Islam juga dibantahkan buku ini. Justru menurut buku ini, berbagai survey menunjukkan bahwa mayoritas masyarakat Muslim di dunia sepakat bahwa demokrasi menjadi bentuk pemerintahan terbaik yang mesti dipakai. Sebagaian besar masyarakat Muslim justru menyebut kekerasan, otoritarianisme, dan ketertinggalan sebagai permasalahan utama sulitnya dunia Islam bersaing dengan dunia Barat. 


Yang menarik dari buku ini adalah kekhususan penulisnya mencermati permasalahan agama, politik dan sosio-ekonomi negara Indonesia. Ahmet T Kuru menyebut bahwa masalah otoritarianisme dan ketertinggalan sosial-ekonomi berkaitan dengan persekutuan ulama-negara dan rente minyak di sebagian besar negara berpenduduk mayoritas Muslim. 


Namun tidak demikian dengan Indonesia. Meskipun persekutuan ulama-negara lemah dan rente minyak terbatas, demokrasi dan pembangunan di Indonesia masih bisa terwujud. Realita ini kemudian menjadikan Indonesia sebagai satu dari sedikit negara demokratis yang berpenduduk mayoritas Muslim yang tingkat pembangunan dan sosio-ekonominya lebih tinggi dari pada banyak negara lain di dunia Muslim. Hal ini tentu menarik untuk dicari penyebabnya.


Bersambung!


Judul Buku: Islam, Otoritarianisme dan Ketertinggalan: Perbandingan Lintas Zaman dan Kawasan di Dunia Muslim.
Penyunting: Andya Primanda
Penerbit: PT Gramedia Jakarta
Cetakan: (1) Desember 2020 (2) Januari 2021 (3) Juni 2021 (4) Januari 2022 (5) September 2022 (6) November 2023
Tebal: 486 halaman
ISBN: 978-602-481-517-2


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga pendidik