• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Ngalogat

IPNU, Akselerasi Pelajar dan Pewaris Peradaban

IPNU, Akselerasi Pelajar dan Pewaris Peradaban
IPNU. (Foto: NUJO)
IPNU. (Foto: NUJO)

Pada momen Harlah IPNU ke-68 ini saya ingin mengenang Saddam Husein di Irak yang menggelorakan semangat revolusi pada usianya yang baru menginjak 19 tahun kemudian ia keluar masuk penjara dan hampir dihukum mati. Namun keteguhan serta tekadnya tidak membuatnya berpaling dari keyakinan gerakan dan terus menapaki berbagai langkah dan dinamikanya demi sebuah cita-cita luhur yang mana terkadang sebagian orang menganggapnya sebuah angan namun ia buktikan dengan mengukuhkan diri sebagai pemilik peradaban di kemudian hari.


Usia 19 tahun ini juga menjadi segmen garapan IPNU dimana kaderisasi digencarkan di berbagai lini dan daerah. Jika kita tidak menutup mata terhadap gerakan rekan-rekan, menata organisasi,  mengoptimalkan berbagai kemampuan, menyuarakan ideologi dan mengerahkan segala sumber daya yang sangat terbatas, saya kira jiwa para penggerak di berbagai tingkatan sebagai suatu kesatuan yang sangat vital dan usia muda ini bisa dikatakan sama dengan keteguhan Saddam Husein muda.


Usia 19 tahunnya Saddam Husein ini pun sama dengan usia mudanya kita hari ini, tinggal bagaimana kita sebagai kader muda NU mampu berpegang teguh, mewarisi amanah serta gerakan yang menjadi warisan para pendahulu kita, tidak peduli terhadap bagaimana lemahnya sumber daya pendukung serta berbagai kritikan yang ditujukan terhadap person maupun organisasi.


Pewaris Gerakan 


KH Wahid Hasyim mengatakan:


“Generasi terdahulu telah menanam sehingga kita bisa merasakan buahnya, saatnya generasi hari ini menanam untuk bisa dirasakan oleh generasi yang akan datang."


Ungkapan ini seharusnya menjadi pelecut bagi kalangan muda NU seperti IPNU untuk lebih mewarnai organisasi dengan semangat mewariskan cita-cita luhur, membuat prasasti perjuangan yang akan dirasakan dan dikenang oleh generasi yang akan datang, dan tentunya untuk kalangan tua sekalipun bagaimana mengayomi kalangan muda secara optimal, tidak hanya membebaninya oleh cerita dan angan belaka.


Sebagai organisasi yang menerima mandat segmen pelajar, IPNU menjadi laboratorium kepemimpinan, menyiapkan potensi guna menyongsong hari esok serta tempat kaum muda menyiapkan kualitas diri. 


Al-Qur’an Surat an-Nisa 58:


“Allah memerintahkan kamu untuk menyampaikan amanat kepada ahlinya, kepada orang-orang yang berhak menerima amanat tersebut. Dan apabila hendak menghukumi diantara manusia, hendaklah kamu menghukumi dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat.”


Ayat ini mengingatkan kepada kita untuk hati-hati dalam memilih pemimpin dan dalam ayat ini pula diterangkan tentang kriteria seorang pemimpin yaitu mereka yang menjadi ahlinya (cakap), amanah (menyampaikan), serta adil untuk menentukan sesuatu. Dalam keterangan lain juga diterangkan;


“Apabila sesuatu diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.”


Karena, kriteria yang tertera sangat berat. Bagi mereka yang mendapat kepercayaan untuk memimpin tentu itu sangat mulia apalagi bagi penggerak organisasi seperti IPNU sebagai laboratorium kepemimpinan yang dimiliki NU.


Kembalinya IPNU ke Khittah 1954 pada Kongres XIII Tahun 2000 di Makasar dan nama pelajar disahkan pada Kongres IPNU XIV Surabaya tahun 2003. kembali ke khittahnya menjadi organisasi pelajar setelah sekian lama sebagai organisasi putra yang mengaburkan Garapan di kalangan santri dan pelajar.


Dengan segmen yang sangat spesifik ini salah satu warisan gerakan yang harus kita hadapi adalah bagaimana IPNU ini mampu membina generasinya mengayomi, mempersatukan serta mengarahkan berbagai potensi yang ada pada setiap individu didalamnya untuk investasi NU yang akan dituai sekitar 10 sampai 20 tahunan yang akan datang.


Namun investasi NU untuk masa depan yang sering dinyanyikan ini terkadang pada kenyataannya selalu saja kita tersingkir dengan orang yang baru mengenal dan masuk tubuh NU yang mesti kita jawab dan persiapkan.


Akselerasi Pelajar


Imam Syafi'i dalam syairnya mengatakan:


“Tiada kata santai bagi orang yang berakal dan beradab
Maka tinggalkanlah kampung halaman dan merantaulah


Kata merantau ini tidak berarti hanya berkaitan dengan tempat tinggal namun juga dalam hal pemikiran, gagasan, akselerasi dan juga Inovasi yang tidak cepat puas serta akselerasi.


Seorang berakal itu tidak akan pernah puas dengan pencapaiannya dan membanggakan diri sehingga ia tertidur pulas, ia akan terus berlari dan mengejar berbagai hal yang menjadi impiannya sehingga Gerakan serta gagasan kreatif dan inovatif muncul dari generasi muda ini.


Disadari atau tidak, kekuatan kita saat ini adalah usia mudai yang diharapkan dan dibanggakan generasi, oleh karenanya saya memiliki kesimpulan bahwa perbedaan kaum muda dan itu bukan karena keriput maupun beruban, namun pada inovasi serta akselerasi apa yang ia miliki tanpa itu apa bedanya?.


Waktu terus berubah dengan cepat, tuntutan akan perubahan disuarakan semua kalangan termasuk kaum pelajar seperti kita di IPNU, maka akselerasi pelajar ini mampu menumbuhkan harapan besar menyongsong masa depan dengan segala rintangannya.


Telah kita ketahui Bersama, NU menghadapi Kebangkitan kedua Annahdloh Attsaniyah menyongsong satu abad kemudian prediksi Indonesia emas 2045 itu adalah milik usia IPNU hari ini dimana 20 tahun yang akan datang usia ini akan menjadi penentu dan tumpuan.


Kemandirian serta teknologi yang dicita citakan itu harus kita capai melalui akselerasi pelajar hari ini dengan pengembangan  potensi serta mengakses selebar lebarnya kesempatan serta peluang dan melakukan berbagai hal tanpa batas untuk kemajuan sebuah peradaban dengan berbagai tantangannya. Karena kado terindah diusia satu abad NU dan satu abad Indonesia adalah potensi serta kreativitas kita.


Menutup tulisan ini saya mengutip kembali ungkapan KH Wahid Hasyim:


“Katakanlah apa yang ingin kamu katakana wahai pemuda, karena pemuda selalu dicemooh karena kecakapannya”


Selamat hari lahir Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama yang ke 68, Akselerasi Pelajar Untuk Peradaban Dunia.


Husni Mubarik, Sekretaris IPNU Jawa Barat


Ngalogat Terbaru