• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Ngalogat

Dua Tahun Media Center, Dua Tahun Berkhidmah

Dua Tahun Media Center, Dua Tahun Berkhidmah
Tim Sekretariat dan Crew Media Center PWNU Jawa Barat dalam sebuah acara Harlah NU di Soreang. (Foto: Didu).
Tim Sekretariat dan Crew Media Center PWNU Jawa Barat dalam sebuah acara Harlah NU di Soreang. (Foto: Didu).

Dua tahun yang lalu, tepatnya 15 Agustus 2020 Media Center atau Medcen Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat resmi beroperasi. Dua tahun yang lalu juga saya mulai berkhidmah. 


Jalur khidmah di Nahdlatul Ulama itu sangat terbuka dan banyak pilihan, mulai dari syuriyah, tanfidziyah, lembaga dan Badan Otonom (Banom). Namun dari jalur yang ada saya memilih berkhidmah di jalur media, karena rasanya jika bekhidmah di lembaga saya kurang mumpuni dengan kapasitas ilmu dan pengalaman yang saya miliki, dan jika berkhidmah di Banom saya orang kemarin yang hanya tahu NU secara kultural. Apalagi kalau berkhidmah jalur syuriyah dan tanfidziyah, itu rasanya harus mawas diri, harus jadi Kiai terlebih dulu, yang lekat dengan keluasan dan kedalaman ilmu agama islam.


Adanya Medcen di PWNU Jabar ini menjalankan fungsi sebagai humas, sebagai sarana dakwah digital, syiar, dan beranda islam jawa barat. Menjalankan media ini penuh tantangan dan kehati-hatian, tidak sembarang konten bisa di muat, ujaran kebencian, kebohongan, apalagi konten yang mengandung atribusi politik itu kami hindari.


Media ini merupakan representasi dari wajah dan citra NU. Maka dari itu kehati-hatian dalam menjalankan tugas menjadi kewajiban untuk menjaga marwah NU yang dalam hal ini yaitu Ulama. Ulama yang lekat dengan kezuhudannya, kepakaran ilmu agamanya, kesejukan moral dan fatwa-fatwanya yang menjadi sumber rujukan serta pola panutan umat jangan sampai tercoreng dengan citra media yang buruk.


Berkhidmah di jalur media ini saya tempuh sebagai sarana ngalap barokah para ulama, para kiai dan ajengan, juga agar diakui sebagai santrinya pendiri NU Hadratussekh KH Hasyim Asy’ari, sebagaimana fatwa beliau “Siapa yang mau mengurusi NU, saya anggap ia santriku. Siapa yang jadi santriku, saya do’akan husnul khotimah beserta anak cucunya.”


Al-Ulama Waratsatul Anbiya, ulama adalah pewaris para Nabi. Nabi Muhammad Saw menganjurkan hidup agar dekat dengan orang yang berilmu, agar hidup terarah dan dekat dengan ridhanya Allah. Sebagaimana perumpamaan berkawan dalam hadis Bukhari dan Muslim berikut;


“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.  


Memperoleh ridhanya Allah dapat di tempuh dengan berbagai cara, saya menganalogikannya dengan penjumlahan untuk mendapatkan nilai 10. Untuk mendapatkan nilai tersebut bukan hanya lima tambah lima, karena hasilnya sudah pasti sepuluh, namun berapa tambah berapa supaya hasilnya sepuluh. Bisa delapan tambah dua, bisa enam tambah empat, bisa tujuh tambah tiga, ini mengartikan bahwa banyak cara kita sebagai hamba untuk mendapatkan rahmat dan ridhonya Allah, tergantung bagaimana kita bersikap, dan niat dalam menjalankan apa yang kita lakukan. Maka dari itu saya meyakini berkhidmah di jalur media ini sebagai jalan saya untuk mendapatkan rahmat dan ridhanya Allah Swt.


Selain itu, khidmah ini untuk mengimplementasikan hasil pembelajaran yang di dapat di bangku perkuliahan sebagai mahasiswa ilmu komunikasi Jurnalistik, yang nantinya bakal menjadi bekal berprofesi sebagai seorang Jurnalis.


Khidmah yang saya tempuh di jalur media ini berawal dari magang sebagai mahasiswa semester lima yang merasa bosan, minim aktivitas, dan kegiatan, karena terbatas yang dibatasi oleh pandemi Covid-19. Magang tersebut inisiatif atas kemauan sendiri, bukan untuk memenuhi SKS perkuliahan, karena magang yang dijadwalkan kampus adanya di awal semester tujuh.


Saat awal gabung menjadi tim Medcen, Medcen baru berdiri dan baru beroperasi, spesifik sumbangsih saya di Medcen ini menjalankan website NU Online Jabar sebagai penulis. Disela-sela kesibukan menulis, turut serta juga dalam membantu mensukseskan event-event besar yang diselenggarakan oleh PWNU, lembaga maupun banomnya.


Banyak sekali goresan pengalaman saya dapatkan di jalur khidmat mengabdi pada NU, dulu saya hanya tahu NU itu tidak lebih dari sebuah lambang atau logo yang nempel pada Peci. Namun ternyata tidak hanya itu, melainkan melibatkan amaliyah, fikroh dan harokah yang selama ini saya jalani sebagai torikoh spiritualku, dan itu saya ketahui setelah berkhidmat dijalur media NU Online Jabar.


Harapan saya semoga Medcen PWNU Jabar terdepan dalam membangun citra NU, mewartakan informasi-informasi positif, menengahi isu-isu negatif dan menjadi beranda islam pertama di Indonesia khususnya di Jawa Barat.


Abdul Manap, salah seorang Editor NU Online Jabar


Ngalogat Terbaru