• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Ngalogat

Cerita dari London (6): Mental health issues

Cerita dari London (6): Mental health issues
Neng Yanti KH saat berkunjung ke gereja Emmanuel di London. (Foto: Istimewa)
Neng Yanti KH saat berkunjung ke gereja Emmanuel di London. (Foto: Istimewa)

Masalah kesehatan mental menjadi issue yang sangat penting di dunia yang semakin kompleks ini. Di Barat, khususnya saat kami berkunjung ke London, hampir semua komunitas memiliki program terkait mental health. Misalnya, saat kami berkunjung ke gereja Emmanuel di London dan mengunjungi salah satu mesjid terbesar di Manchester, Cheadle Masjid, mereka memiliki program khusus terkait mental health untuk anak2 remaja, seperti seminar2 hingga konseling. Menariknya, baik di gereja maupun di mesjid, kegiatannya bisa diikuti oleh semua orang dari berbagai agama. 

 

Begitu juga, saat kami mengisi acara di Minhaj Sister dan Minhaj Women, salah satu hal penting yang dibahas adalah tentang bagaimana mengatasi isu kesehatan mental. 

Kami sempat dibuat heran, kenapa hampir di semua komunitas yang kami kunjungi, isu mental health menjadi salah satu topik pembicaraan penting. Nyatanya, di budaya Asia, membicarakan kesehatan mental kerap dianggap hal tabu. 

 

Bila belakangan ada banyak berita tentang bun*h diri yang bersileweran di beranda kita, sungguh itu ada persoalan kesehatan mental yang sangat serius di dalamnya. Hidup kita saat ini mudah kena depresi, karena berbagai faktor, termasuk dengan adanya media sosial. Seorang teman di London, ia sama sekali tidak memiliki akun medsos selain WA. Saat ditanya alasannya, ia yakin medsos sangat mengganggu kesehatan mental seseorang. 

 

Menurut riset, 48% Gen Z mengalami persoalan terkait mental health. Sudah saatnya, mesjid, gereja, dan tempat2 ibadah lain, yang umumnya disupport oleh berbagai komunitas, tidak lagi fokus sebagai tempat ibadah, tetapi menjadi pusat kegiatan sosial, termasuk di dalamnya menjadi support system bagi penanggulangan kesehatan mental. 

 

Bagi masyarakat religius seperti Indonesia, tak dipungkiri bahwa agama menjadi penguat dalam mengatasi persoalan kesehatan mental. Solawatan bersama2, salah satunya. Ada solawat tibbil qulub atau juga disebut solawat syifa (obat)yang sangat populer, khususnya sejak pandemi, yang terus menerus dibaca oleh berbagai kalangan untuk menguatkan kesehatan mental dan jasmani kita. 

 

Allahumma sholli `ala Sayyidina Muhammadin thibbil qulubi wa dawa-iha wa `afiyatil abdani wa syifa-iha wa nuril abshori wa dhiya-iha wa `ala alihi wa shohbihi wa sallim.

 

Neneng Yanti Kh, peserta English for Ulama  Pemprov Jabar Angakatan Kedua


Ngalogat Terbaru