• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Ngalogat

ENGLISH FOR ULAMA

Cerita dari London (5): Sekolah Islam untuk Perempuan di Manchester

Cerita dari London (5): Sekolah Islam untuk Perempuan di Manchester
Delegasi English for Ulama Pemprov Jabar bersama pengurus dan guru Sekolah Islam untuk Perempuan Manchester. (Foto: Instagram/Nengyantikhozana)
Delegasi English for Ulama Pemprov Jabar bersama pengurus dan guru Sekolah Islam untuk Perempuan Manchester. (Foto: Instagram/Nengyantikhozana)

Sambil menunggu jadwal bis ke Bandung, sepulang dari luar kota, saya menulis catatan dari ingatan beberapa minggu lalu di Manchester, tentang sekolah Islam khusus perempuan, namanya Manchester Islamic Grammar School for Girls. Salah satu sekolah Islam yang kami kunjungi saat menjadi delegasi English for Ulama. 


Pagi itu, di hari Senin yang dingin, sekolah melakukan kegiatan mingguan rutin, namanya Assembly. Semacam upacara mingguan yang bertempat di aula. Berbagai informasi penting sekolah biasanya disampaikan di acara ini. Aula baru dengan artistik lampu warna-warni yang menarik. 


What’s your country colour?” tanya seorang guru yg ramah. 
“Merah putih,” jawab saya. Ia pun mengganti warna lampu menjadi merah. 


Kami pun diterima secara khusus  pada acara Assembly itu oleh para petinggi sekolah, guru-guru, dan murid-murid dari dua kelas. Kepada mereka, kami menceritakan sistem pendidikan pesantren yang khas di Indonesia.


Sekolah ini sebenarnya sudah cukup lama. Sekitar 30 tahunan. Tapi baru beberapa bulan menempati gedung barunya yang keren. Fasilitasnya sangat lengkap dengan murid perempuan sekitar 250 orang setingkat secondary schools. Standar pembelajarannya pun cukup tinggi. Istilah Grammar school dalam sistem pendidikan di UK itu ternyata mengacu pada sekolah dengan level akademik yang tinggi.


Yang menarik perhatian saya adalah kelas-kelasnya yang ditata berdasarkan mata pelajaran, bukan tingkatan kelas, seperti kelas 1, 2, 3. Yang ada adalah kelas matematika, kelas science, kelas agama, kelas seni, kelas sejarah, dan seterusnya. Bukan guru atau matpelnya yang berpindah-pindah, tapi siswanya yang mencari kelas sesuai dengan pelajarannya. 


Saat saya bertanya kepada salah seorang guru, ia menjelaskan, “Setiap mata pelajaran memiliki kebutuhan dan tatanan kelas yang berbeda. Oleh karena itu, setiap kelas didesain khusus sesuai mata pelajarannya.” 


Di kelas matematika misalnya, desain kelas benar-benar menarik dengan setting angka-angka di sekelilingnya. Sungguh menarik.

 

Neneng Yanti Khpeserta English for Ulama  Pemprov Jabar Angakatan Kedua


Ngalogat Terbaru