• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Nasional

Makna Ketupat, Mengaku Lepat dari Segala Belitan Dosa

Makna Ketupat, Mengaku Lepat dari Segala Belitan Dosa
Ketupat, mengaku lepat dari segala belitan dosa
Ketupat, mengaku lepat dari segala belitan dosa

Ketupat identik dengan hari raya Lebaran. Meski sehari-hari mudah ditemukan di pasar, tapi seolah kurang afdol jika Lebaran tiada makanan yang dibungkus daun kelapa muda tersebut. 

Ketupat, menurut Pengasuh Pondok Pesantren Kaliopak KH M. Jadul Maula, dalam bahasa Jawa diucapakan sebagai kupat. Kupat mengandung pesan ajaran, yaitu ngaku lepat (mengaku salah) dan laku lapat (empat tindakan amal). 

Laku yang empat itu, lanjut dia, adalah lebaran (selesai puasa), luberan (zakat fitrah), leburan (bermaafan), dan laburan (kembali putih, fitri). 

Pembungkus ketupat, kata Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia PBNU, ini adalah daun kelapa (janur) yang dijalin melambangkan belitan dosa dan kesalahan. 

Karena itulah, menurut dia, ia mesti dibelah dan akan tampak dalamnya yang berwarna putih lambang kesucian dari dosa. 

“Setahu saya sejak para wali itu, tapi mungkin aja sebelumnya sudah ada. Tapi penggunaan ketupat kaitannya dengan perayaan lebaran itu jelas dari para wali,” katanya. 

Penulis: Abdullah Alawi


 


Nasional Terbaru