• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Nasional

Hindari Konflik Berbasis Agama, Forum R20 Dorong Kesepakatan Nilai Kesetaraan

Hindari Konflik Berbasis Agama, Forum R20 Dorong Kesepakatan Nilai Kesetaraan
Hindari Konflik Berbasis Agama, Forum R20 Dorong Kesepakatan Nilai Kesetaraan
Hindari Konflik Berbasis Agama, Forum R20 Dorong Kesepakatan Nilai Kesetaraan

Bandung, NU Online Jabar 
Forum Religion of Twenty (R20) yang digagas oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 2-3 November 2022 di Bali merupakan pertemuan besar berskala internasional yang membawa agenda untuk mengusung nilai-nilai universal dan berbagi nilai kebaikan, di antaranya adalah kesetaraan. Nilai tersebut perlu untuk disepakati bersama sebagai cara menghindari konflik-konflik yang berbasis agama di kemudian hari. 

 

“Perlu ada kesepakatan di antara agama-agama tentang nilai-nilai tertinggi, yaitu kesetaraan manusia. Bagaimana setiap agama memandang manusia sebagai manusia,” kata Ahmad Suaedy, Ketua Panitia Pelaksana R20 sebagaimana diberitakan NU Online, Kamis (1/9/2022). 

 

Misalnya, Sueady mencontohkan, masing-masing agama memiliki konsep keselamatan di dunia dan akhirat dalam perspektifnya masing-masing. Agama juga perlu memandang manusia sebagai manusia yang harus dihormati dan dimuliakan.


Dengan hal tersebut, diharapkan semua pemeluk agama dapat menghormati satu sama lain keyakinannya sehingga bisa menekan timbulnya konflik yang berbasis agama. “Diharapkan tidak ada lagi kekerasan antaragama dan tidak ada kekerasan berbasis agama,” katanya.


Selama ini, terang Suaedy, masih banyak kekerasan antaragama dan berbasis agama terjadi di berbagai negara di dunia. Tidak hanya mengatasnamakan Islam, tetapi juga agama-agama lain. Pun bukan hanya di Indonesia, tetapi konflik serupa juga terjadi di negara dunia ketiga hingga negara-negara maju. 

 

Sebab selama ini, lanjut Suaedy, kekerasan agama itu dilatari doktrin agama, bahwa umat agama lain atau orang yang berbeda dengannya tidak selamat dan karena itu boleh diperlakukan tidak sama dan tidak adil. “Kekerasan agama itu karena doktrin bahwa mereka tidak selamat secara agama, meskipun setara dalam warga negara,” ujarnya.   

 

Untuk mengatasi hal tersebut, NU sebetulnya sudah mencoba melompat dengan mengeluarkan kesepakatan ulama mengenai ketiadaan kafir dalam konteks bernegara dan pergaulan sesama manusia.


“NU sudah mengeluarkan konsep bahwa tidak ada kafir dalam pergaulan antarmanusia di Munas Alim Ulama NU di Banjar tahun 2019,” kata Dekan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) itu.

 

 “Sebagai kelompok atau organisasi Islam terbesar di dunia, NU ingin share pandangan seperti ini dengan agama-agama lain di dunia. Dengan kesepakatan NU mengenai ketiadaan kafir dalam konsep warga negara dan pergaulan antar manusia, Islam mengakui keselamatan orang lain menurut jalannya sendiri,” lanjut Suaedy.


Oleh karena itu, R20 berupaya untuk mengusung kesepakatan nilai universal berupa kesetaraan tersebut. Diharapkan nilai-nilai itu dapat dipraktikkan di negara masing-masing negara dan di level dunia. 

 

Tokoh-tokoh agama juga dapat berdakwah menyampaikan nilai-nilai kebaikan dalam agamanya, tanpa harus menyalahkan agama-agama lain. Misalnya, seorang kiai atau dai dan missionaris berdakwah tentang bagaimana ibadah dan berperilaku yang baik tanpa harus menyalahkan agama lain.


Editor: Abdul Manap


Nasional Terbaru