• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 12 Mei 2024

Nasional

Gus Hasan Kisahkan Nabi Ibrahim yang Penuh Teladan (2)

Gus Hasan Kisahkan Nabi Ibrahim yang Penuh Teladan (2)
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online

Setelah membersihkan jiwa, Nabiyullah Ibrahim As memiliki modal untuk mencetak generasi, beliau juga selalu berikhtiar dengan doa. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua PWNU Provinsi Jawa Barat, KH Hasa Nuri Hidayatullah pada saat mengisi ceramah Haul Pondok Pesantren Cipasung beberapa waktu lalu, Senin (26/7).

"Doanya nabi ibrahim as yang diabadikan didalam alquran hampir tidak pernah ketinggalan yang namanya dzurriyyah," ungkapnya.

Lalu, kiai yang akrab dipanggil Gus Hasan pun mengutip surat Ibrahim ayat 40:

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Kemudian surat Al-Baqarah ayat 128:

رَبَّنَا وَٱجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ 

"Dalam doanya Nabiyullah Ibrahim tidak pernah ditinggal yang namanya dzuriyah, karena ikhtiar ngopeni anak jiwa anak bagaimana generasi itu akan menjadi apa, tanpa doa akan banyak kesulitan yang dihadapi. Makanya Nabiyullah Ibrahim meyakini bahwa doa itu adalah kunci segalanya," jelas Gus Hasan.

Menurutnya, para kyai sering membedakan antara yang pernah mondok dengan tidak mondok. Sebab, jika orang itu tidak mondok itu tidak ada kiainya, tidak ada yang meriadhohi.

Lalu, Gus Hasan mengisahkan ketika menjadi pengurus pesantren. Dirinya sering menemukan santri yang nakal dan melaporkannya kepada pimpinan pesantren.

"Kebetulan pak kiainya mertua saya sendiri sekarang, usul dikeluarkan itu ga boleh. Malah diminta yang nakal namanya tolong dicatat, catatannya bawa ke saya, ternyata untuk apa? Untuk diriyadhohi. Jadi memang mendidik anak tidak cukup karena yang muqollibal qulub itu adalah Allah SWT. Makan dibutuhlan itu yang namanya koneksi vertikal, untuk apa? Untuk beneri, bagaimana hati-hati yang dimiliki generasi kita ini bisa menjadi generasi yang bagus," tuturnya.

Gus Hasan menilai, kita sering mendengar riwayat para guru atau masyaikh terdahulu selalu rajin untuk melaksanakan riyadhoh yang malamnya tidak pernah tidur demi mendoakan sehingga kita bisa menjadi manusia yang seperti ini.

"Sekarang apa yang akan kita lakukan untuk menciptakan semua ini? Karenanya riyadhoh itu penting. Doa itu adalah salah satu contoh riyadhoh. Minimal kalo kita doa bingung doanya apa, surat fatihah insya alloh semua pasti hafal minimal setiap hari anaknya di fatihahin. Karena apa? Didalam fatihah itu sudah terdapat unsur doa," ujarnya.

Jadi, sambung Gus Hasan, surat fatihah itu surat yang isinya hanya dua. Satu, tsana, pujian kepada Allah, yang satu lagi itu Doa.

"Bismillahirrahmaanirrahim sampe maliki yaumiddin itu tsana, Iyaaka na'budu sampai waladldloolliin itu doa. Disitu ada shirootholladziina an 'amta 'alaihim. Ketika orang membacakan shirotolladziina an'amta 'alaihim untuk anaknya, secara tidak langsung dia sudah memohon kepada Allah biar anaknya menjadi anak yang Soleh," kata Pimpinan Pondok Pesantren As-Shiddiqiyah Cilamaya Karawang tersebut.

Menurutnya, hal itu disebabkan menafsirkan ayat sirotholladziina menggunakan tafsirul quran bil quran, al-quran ditafsirkan oleh al quran, sesama ayat mentafsirkan. Seperti didalam surat Al-Baqarah yang dimaksudkan dengan Khosyi'in itu siapa, orang yang khusyuk itu orang yang bagaimana?
wainnaha lakabiirotun illa alal khoosyiin. Yang khusyuk itu siapa? wainnaha lakabiirotun illa alal khoosyiin, Alladziina yadzunnuuna annahum mulaaqu robbihim waannahum ilaihi rooji'un. 

Orang yang yang khusyu itu adalah orang yang alladziina yadzunnuuna, dzunnun bima'nal yaqin, alladziina yuqiinun orang yang meyakini, bahwa mereka akan kembali kepada Allah, sehingga shalatnya menjadi shalat yang khusyuk

"Nah, shirotholladzina an'amta 'alaihim juga Allah Tafsirkan dalam ayat yang lain. Ma'alladziina an'amallohu 'alaihim minannabiyyin, wash-shiddiqiin, wasyuhadai, wash-shoolihin. Berarti dengan menghadiahkan suratul faatihah secara tidak langsung kita sudah minta anak yang shaleh, minta biar menjadi pribadi yang shaleh," tutur Gus Hasan.

Ia meyakini, doa itu penting.

لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ 

"Tidak ada yang bisa merubah ketentuan Allah SWT kecuali doa, dan ketika doa itu sudah kita kumandangkan tidak ada kata lain kecuali pasti di ijabah oleh Allah SWT. Kalau yang memenuhi syaratnya," 

Lalu, ia mengutip perkataan Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitab Nashoihud Diniyyah: 

"Orang itu kalo pengen doanya di ijabah, syaratnya ada 72, nah ini nanti dipengajian yang lain," kata Gus Hasan.

Kemudian modal yang ketiga, memilih guru yang pas. Untuk anak itu milih guru yang pas, yang tepat. Karena guru yang salah, bisa menjadi anak itu salah, tapi guru yang tepat akan bisa menjadikan anak yang shaleh.

Guru apa yang diminta oleh Nabiyullah ibrahim As? Ia mengutip surat Al-Baqarah ayat 129:

رَبَّنَا وَٱبْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

"Rabbana, ya Allah, wab'ats fiihim dan utuslah didalam mereka, siapa, rasuulam, akan rasul. Rasul itu dulu, skrg sudah tidak ada rasul, siapa penerusnya rasul? Al'ulama, Guru, yang untuk mendidik anak-anak yang bagaimana? Yang mempunyai kriteria 4," kutipnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gus Hasan pun menjelaskan kriterian 4 jika ingin menitipkan anak ataupun menyekolahkan anak.

'Yatlu alaihim aayatika, yang didalamnya lingkungannya mengajak untuk gemar nderes kitabnya Allah, Wayu'allimuhumul Kitaaba, mengajarkan isinya Kitab Allah, karena tidak ada ilmu yang sumbernya tidak ada di Kitabnya Allah, Walhikmata, mengajarkan hikmah, Wayuzakkiihim dan yang keempat mengajarkan tazkiyatu nufus secara personal, sudah sulit mencari guru seperti ini, tapi secara kelembagaan, 4 kriteria ini hanya ada didalam pondok pesantren," terangnya. "Diluar pesantren tidak ada, hanya 4 ini yang ada dipondok pesantren," tegas Gus Hasan.

"Makanya hari ini, lembaga pendidikan yang tahan banting, tahan uji, situasi apapun tetap yang namanya ngaji hanya tinggal pondok pesantren," tuturnya.

Pewarta: Muhammad Rizqy Fauzi
Editor: Abdullah Alawi

 


Nasional Terbaru