• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Nasional

Direktur Media Center PWNU Jabar: Pers Selamatkan Sejarah NU Jawa Barat

Direktur Media Center PWNU Jabar: Pers Selamatkan Sejarah NU Jawa Barat
Direktur Media Center PWNU Jawa Barat Iip D. Yahya (Foto: NU Online Jabar)
Direktur Media Center PWNU Jawa Barat Iip D. Yahya (Foto: NU Online Jabar)

Bandung, NU Online Jabar
Direktur Media Center PWNU Jawa Barat Iip D. Yahya mengatakan, penulisan sejarah NU di Jawa Barat pada awal berdiri sangat susah dilakukan jika mengandalkan wawancara tokoh karena mereka sudah tiada. 

Data tertulis pun, lanjutnya, sangat susah ditemukan karena tidak ada buku yang menulis sejarah NU Jawa Barat pada tahun-tahun itu. Namun, beruntung masih menyisakan karya pers yang tersebar di berbagai media. Itu pun tidak banyak. 

“Sejarah NU di Jawa Barat itu diselamatkan oleh pers,” katanya Selasa (9/2) ketika ditanya peran pers terkait sejarah NU di Jawa Barat. 

Misalnya, kata dia, ada mingguan Al-Mawaidz, Pangrodjong NO Tasikmalaya yang diterbitkan NU Cabang Tasikamalaya yang terbit pada tahun 1932-1935. 

“Itu menyelamatkan sejarah NU Tasikmalaya. Al-Mawaidz dengan sangat baik mengabdikan perkembangan dan dinamika NU Tasikmalaya," katanya. 

Lebih dari itu, katanya, beruntung Al-Mawaidz tidak hanya memberitakan NU di Tasikmalaya, tetapi daerah-daerah terdekatnya, misalnya Sumedang, Bandung, Subang, dan lain-lain. 

“Dari majalah itulah, para sejarawan hari ini bisa sedikit demi sedikit merekonstruksi sejarah NU di Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya,” tambahnya.  

Lebih lanjut ia mengatakan, pers di NU tercipta karena beberapa pendiri NU baik di tingkat pusat maupun daerah memiliki kesadaran publikasi yang baik seperti KH Wachab Hasbullah dan yang lainnya. 

Kesadaran pers itu kemudian dilanjutkan generasi muda saat itu seperti KH Mahfudz Shiddiq, KH Wahid Hasyim, KH Saifuddin Zuhri, Mahbub Djunaidi dan yang lainnya. 

“Para pengurus NU yang memiliki keahlian jurnalistik, seperti Sutisna Senjaya dan Saifuddin Zuhri, secara tidak langsung telah menjadi pencatat sejarah NU," pungkasnya. 

Pewarta: Abdullah Alawi 
 


Nasional Terbaru