• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Nasional

Besar Kemungkinan Idul Fitri 1444 H Tak Bersamaan, Ini Penjelasan dan Pesan LF PBNU 

Besar Kemungkinan Idul Fitri 1444 H Tak Bersamaan, Ini Penjelasan dan Pesan LF PBNU 
Besar Kemungkinan Idul Fitri 1444 H Tak Bersamaan, Ini Penjelasan dan Pesan LF PBNU (Ilustrasi: freepik)
Besar Kemungkinan Idul Fitri 1444 H Tak Bersamaan, Ini Penjelasan dan Pesan LF PBNU (Ilustrasi: freepik)

Bandung, NU Online Jabar
Sudah menjadi hal lumrah dan tidak aneh di tanah air ini dalam penentuan awal dan akhir ramadhan atau idul fitri terjadi perbedaan. Namun perbedaan ini tidak semestinya menimbulkan konflik antar kelompok ormas, karena setiap ormas mempunyai metodenya masing-masing dalam penentuan awal bulan tersebut.


Idul Fitri atau hari raya lebaran tahun 1444 H/2023 M diprediksi dan besar kemungkinan dijalankan tidak secara bersamaan oleh umat Islam di Indonesia. Pasalnya, ketinggian hilal pada tanggal 29 Ramadhan 1444 H meskipun sudah di atas ufuk saat matahari terbenam, tetapi masih di bawah kriteria minimum imkanur rukyah (visibilitas) atau kemungkinan hilal dapat terlihat yaitu 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. 


Ketua Lembaga Falakiyyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Sirril Wafa menyampaikan bahwa perbedaan penetapan awal bulan, baik Ramadhan ataupun Idul Fitri, harusnya disikapi dengan saling memahami satu sama lain. Kesalingpahaman ini bisa tumbuh dengan mengetahui akar perbedaannya. 


“Karena perbedaan Indonesia seperti ini sudah berkali berulang dan menjadi tidak asing lagi bagi umat Islam, maka saatnya masing-masing anggota kelompok yang berbeda memahami akar perbedaannya, dan tidak ambil sikap apriori. Sebab dengan mengetahui duduk persoalannya, diharapkan satu sama lain bisa saling memahami,” katanya melansir NU Online, Sabtu (15/4/23)


Kiai Sirril menekankan agar perbedaan tersebut tidak sampai menggumpal hingga membentuk identitas permanen. “Jangan sampai perbedaan ini mengkristal menjadi identitas permanen,” kata dosen Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta itu.


Kiai Sirril meyakini bahwa jika masing-masing sudah bisa saling memahami perbedaan harus meningkat untuk menemukan satu titik kesamaan sehingga tidak timbul ego kelompok sendiri. 


“Kalau semua bisa paham bahwa perbedaan ini sejatinya bukan termasuk masalah pokok, tapi hanya pada tingkat persoalan cabang atau furu'iyah, yang pada dasarnya teks-teks agama atau nash yang menjadi rujukan adalah sama, maka harus ada upaya peningkatan pemahaman lanjutan yang memungkinkan pencarian solusi untuk sama-sama bergerak menuju titik temu tanpa tonjolkan ego golongan,” ujarnya.


Sebagai informasi, data bulan tanggal 29 Ramadhan 1444 H atau 20 April 2023 berdasarkan markaz Jakarta menunjukkan ketinggian hilal masih berada pada 1 derajat 55 menit 43 detik dan elongasi 3 derajat 18 menit 23 detik dengan waktu hilal berlangsung selama 9 menit 29 detik. Sementara ijtimak terjadi pada Kamis Legi, 20 April 2023 pada pukul 11.16.38 WIB.


Editor: Abdul Manap
 


Nasional Terbaru