KH Enjang Nasrullah: Jadilah Penyembah Tuhan Tanpa Mengenal Ruang dan Waktu
Rabu, 16 April 2025 | 12:25 WIB
Rudi Sirojudin Abas
Kontributor
Kota Bandung, NU Online Jabar
Salah satu tanda diterimanya amal ibadah seseorang di bulan Ramadan adalah adanya kesinambungan amal di luar Ramadan. Kondisi demikian dipicu karena seseorang dalam memandang amal ibadah bukan semata karena nilai Ramadannya, melainkan karena faktor tujuan suatu ibadah itu dilakukan.
Hal itu diungkapkan ketua Pengurus Cabang Nahdlatul (PCNU) Kota Cimahi, KH Enjang Nasrullah saat memberikan tausiah singkat pada acara reuni Fakultas Syariah Angkatan 1983 UIN Sunan Gunung Djati Bandung di Rumah Makan Cibiuk, Jalan Soekarno-Hata, 508 Bandung, Ahad (13/4/2025).
"Dalam kalam bijak disebutkan, kun rabbaniyyan. Jadilah kalian penyembah Tuhan yang sejati tanpa mengenal ruang dan waktu yakni mengabdi kepada Tuhan bukan karena adanya bulan Ramadan. Tuhan yang kalian sembah di bulan Ramadan sama juga dengan Tuhan kalian di luar Ramadan. Oleh karena itu, kalam tersebut menjadi semacam pengingat bagi kita agar tidak lepas begitu saja dari amal yang telah dilakukan selama Ramadan, " ucapnya.
Kiai Enjang, demikian akrab disapa menyebut bahwa muslim Rabbaniyyan merupakan pengejawantahan dari seseorang yang tetap istikamah mengabdi kepada Allah dalam kondisi apapun.
Kiai pengasuh Ponpes Al-Musyahadah, Cilember, Kota Cimahi itu mengutip firman Allah Swt dalam Al-Qur'an surat Fussilat ayat 41:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” (QS Fussilat [41]: 30).
Kiai Enjang menilai bahwa orang yang senantiasa konsisten menjaga amalan yang telah dikerjakan seseorang, maka segala aktivitasnya akan selalu mendapatkan bimbingan dari Allah. Menurutnya, melalui pengawasan malaikat, mereka yang demikian itu akan terbebas dari rasa takut dan khawatir, dan kelak di yaumil akhir akan mendapatkan surganya Allah Swt.
"Itu semua didapat berkat amalan yang istkamah, konsisten dan ajeg meskipun dilakukannya tidak banyak," tuturnya.
Kiai Enjang mengutip hadis Nabi SAW:
أَحَبَُ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَ
Artinya: “Amal (kebaikan) yang paling dicintai Allah adalah yang kontinu meski sedikit.” (HR Muslim).
Lebih lanjut, Kiai Enjang berpesan kepada semua yang hadir agar senantiasa menjadikan amal ibadah di bulan Ramadan sebagai bekal amal untuk menghidupkan bulan-bulan berikutnya. Ia menganalogikan bahwa puasa yang baik adalah ibarat puasanya seekor ulat yang menjadi kepompong hingga menjadi kupu-kupu yang indah.
"Jangan jadi puasa seperti ular. Ketika akan berkembang biak ia baik, tetapi setelah itu kembali ke tabiat semula, menjadi kembali buas. Jadilah puasa seperti seekor ulat yang menjadi kepompong hingga menjadi kupu-kupu yang berparas indah," tambahnya.
"Adapun pun bagi muslim yang diterima puasanya, setelah melalui proses kontemplasi Ramadan, setelahnya ia akan menebarkan hal-hal kebaikan kepada sesamanya. Jika ini yang terjadi, itu artinya ia telah menggapai gelar muslim Rabbaniyyan, yaitu seorang muslim yang selalu mengabdi kepada Tuhannya tanpa memandang dimensi apapun, kecuali Tuhannya itu sendiri," tandas kiai yang juga sebagai alumni Fakultas Syariah UIN Bandung Angkatan 1983 itu.
Terpopuler
1
Bangkitkan Semangat Wirausaha, Talk Show di Cirebon Ajak Perempuan Muda Jadi Pelaku Ekonomi Mandiri
2
Angkatan Pertama Beasiswa Kelas Khusus Ansor Lulus di STAI Al-Masthuriyah, Belasan Kader Resmi Menyandang Gelar Sarjana
3
PBNU Serukan Penghentian Perang Iran-Israel, Dorong Jalur Diplomasi
4
Kuota Haji 2026 Baru Akan Diumumkan pada 10 Juli 2025, Kemenag Masih Tunggu Kepastian
5
Koleksi Manuskrip Warisan Ulama Sunda, KH Enden Ahmad Muhibbuddin Jadi Rujukan Tim Peneliti Naskah Nusantara
6
Pengembangan Karakter Melalui Model Manajemen Manis
Terkini
Lihat Semua