Khutbah Jumat: Lima Keistimewaan yang Dimiliki Umat Nabi Muhammad SAW
Kamis, 3 Oktober 2024 | 07:43 WIB
Khutbah I
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِنَا وَمِن سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ
أَمَّا بَعْدُ ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ
Ma'asyiral muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mengawali shalat Jum'at kali ini, mari sama-sama kita memanjatkan puji serta syukur kita kepada Allah SWT atas segala limpahan karunia, rahmat dan ridho-Nya sehingga sampai detik ini kita masih diberikan nikmat iman, Islam, sehat, sekaligus kekuatan untuk bisa menjalankan semua perintah-Nya salah satunya yakni melaksanakan ibadah shalat Jumat.
Tak lupa, shalawat serta salam mari kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW juga kepada segenap keluarga, sahabat, sampai kepada kita yang selalu mengharapkan diakui menjadi umat agar mendapat syafa'atnya di yaumil qiyamah.
Selaku khatib, saya berwasiat kepada pribadi umumnya kepada semua jamaah untuk bersama-sama meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Karena, kedua iman dan takwa menjadi benteng kita yang menyelamatkan kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat.
Ma'asyiral muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Dalam surat Ali Imran ayat 110, Allah SWT berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah,” (QS Ali ‘Imran [3]: 110).
Ayat tersebut dengan jelas ditunjukkan kepada umat Rasulullah SAW, seperti yang diperkuat dalam hadits berikut ini:
وَجُعِلَتْ أُمَّتِي خَيْرَ الأُمَمِ
Artinya: “Umatku dijadikan sebagai umat terbaik,” (HR. Ahmad).
Pertanyaannya kemudian, menyadarikah kita sebagai umat terbaik? Lantas di manakah sisi terbaik dan keistimewaannya?
Bila kita telaah lanjutan dari ayat tersebut, maka bahwa kriteria umat terbaik selain beriman kepada Allah SWT adalah memiliki kewajiban amar ma‘ruf-nahyi munkar, alias memerintah kebaikan dan melarang keburukan, yang dilekatkan kepada umat Nabi Muhammad. Andai umat terdahulu beriman, serta amar ma‘ruf-nahyi munkar, niscaya mereka pun lebih baik dari umat Rasulullah saw.
Dalam Tafsir ath-Thabari, jilid 5, hal. 673 dijelaskan bahwa jika kita lepas dari ciri-ciri tersebut, label umat terbaik bisa saja lepas dari diri kita. Bahkan, bukan mustahil bila kita jadi umat yang sebaliknya. Demikian jika kita berkaca kepada ayat ini dan sebagian tafsirnya. Meski demikian, kita tak perlu kecil hati. Tetaplah berusaha mempertahankan keimanan, menunaikan amar ma‘ruf-nahyi munkar, sesuai kemampuan dan kapasitas masing-masing.
Ma'asyiral muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga telah mengabarkan kepada kita sejumlah keistimewaan yang hanya diberikan kepada umatnya. Antara lain sebagaimana yang diungkap hadits berikut ini:
أُعْطِيَتْ أُمَّتِي ثَلَاثًا لَمْ تُعْطَ إِلَّا الْأنْبِيَاءَ
Artinya: “Umatku telah diberi tiga perkara yang tidak diberikan kecuali kepada para nabi saja." (HR. at-Tirmidzi).
Lanjutan hadits ini menyebutkan bahwa keistimewaan umat Nabi Muhammad adalah: Pertama, perintah Allah untuk berdoa, sekaligus jaminan dikabulkannya.
اُدْعُوْنِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian,” (QS. al-Mu’min [40]: 60).
Berbeda dengan umat terdahulu. Yang diperintah berdoa dan dijamin pengabulannya hanyalah nabinya saja.
Kedua, pernyataan Allah bahwa Dzat-Nya tidak menjadikan suatu kesempitan dalam agama. Dahulu pernyataan itu hanya ditujukan kepada para nabi-Nya, sedangkan sekarang ditujukan kepada umat Rasulullah saw secara umum:
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ
Artinya: “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan,” (QS. al-Hajj [22]: 78).
Ketiga, pernyataan Allah yang menyatakan bahwa umat Rasulullah saw dijadikan umat pilihan sekaligus saksi bagi manusia yang lain. Sementara dulu, Allah hanya menjadikan saksi dari kalangan nabi-Nya saja.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian,” (QS. al-Baqarah [2]: 143).
Keempat, kalimat istirja‘ yaitu innâlillâhi wainnâ ilaihi râji‘un ketika datang musibah. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah saw yang artinya: “Umatku diberi sesuatu yang belum pernah diberikan kepada yang lain. Nabi Dawud as pun hanya mengucap ‘Ya asafi’ (Menyesal sekali!) ketika mendapat musibah. Sementara umatku diberi perintah untuk mengucap innâlillâhi wainnâ ilaihi râji‘un.” Keutamaannya pun sangat besar. “Siapa saja yang mengucap istirja‘, maka Allah akan menambal musibahnya, memperbaiki kehidupan akhiratnya, dan memberi pengganti yang lebih baik dan diridainya.” (HR. ath-Thabrani).
Kelima, perintah bershalawat. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw kepada Abu Thalhah usai kedatangan malaikat Jibril dalam hadits yang artinya: “Baru saja Jibril beranjak dari sisiku. Ia mengabariku tentang keutamaan umatku. Disampaikannya, ‘Hai Muhammad, siapa saja yang bershalawat kepadamu, maka Allah akan mencatat untuknya sepuluh kebaikan, menghapus sepuluh keburukan, dan mengangkat sepuluh derajat,’” (HR. Ibnu Ja‘d).
Ma'asyiral muslimin jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Keistimewaan berikutnya diungkap dalam hadits Ramadhan yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari Abu Hurairah berikut ini.
أُعْطِيَتْ أُمَّتِي فِي شَهْرِ رَمَضَانَ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ نَبِيٌّ قَبْلِي
Artinya: “Umatku diberi lima perkara pada bulan suci Ramadhan yang belum diberikan kepada seorang nabi pun sebelumku.”
Dalam kitab at-Targhib wat-Tarhib jilid II halaman 56 , Al-Mundziri menjelaskan bahwa lima keistimewaan dimaksud menurut lanjutan hadits tersebut adalah: (1) dipandang dan diperhatikan Allah swt dengan pandangan rahmat. Sementara, siapa saja yang dipandang oleh Allah, maka akan diselamatkan dari siksa neraka selama-lamanya; (2) bau mulut mereka dianggap lebih wangi di sisi Allah ketimbang minyak kesturi; (3) dimintakan ampunan oleh para malaikat; (4) didandaninya surga dan dipersiapkan sebagai balasan mereka; dan (5) janji ampunan Allah di malam terakhir Ramadhan.
Hadirin sekalian, itulah sejumlah keistimewaan Nabi saw yang belum pernah diberikan kepada umat-umat sebelumnya. Semoga kita diberi kekuatan untuk mempertahankan dan menyandang predikat umat terbaik di sisi Allah dan di akhirat kelak kita meraih balasan surga indah dari-Nya. Amin ya rabbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ .اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنِ. فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا . اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتْ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْن ، اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا صَادِقًا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَحَلاَلاً طَيِّبًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا. اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالْفَوْزَ بِالْجَنَّةِ وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ. اللّهُمَّ قَنِّعْنَا بِمَا رَزَقْتَنَا وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا أَعْطَيْتَنَا وَاخْلُفْ عَلَيْنَا كُلَّ غَائِبَةٍ لَنَا مِنْكَ بِخَيْرٍ بِرَحْمَتِكَ يآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Penulis: Ustadz M. Tatam Wijaya
Sumber: NU Online
Terpopuler
1
Haul ke-96 Eyang Santri, Ulama dan Negarawan dari Trah Mangkunegaran, Digelar di Puncak Gunung Salak
2
Khutbah Jumat Singkat: Hikmah Dibalik Pelaksanaan Ibadah Haji dan Kurban di Bulan Dzulhijjah
3
Hari ke-42 Operasional Haji 2025, 235 Jamaah Dilaporkan Meninggal Dunia
4
Inilah Daftar Kandidat sekaligus Nomor Urut Calon Ketua PKC dan Kopri PMII Jawa Barat Masa Khidmat 2025-2027
5
Dipastikan Gabung Persib Bandung, Saddil Ramdani Pulang Kampung Usai Merumput di Liga Malaysia
6
Jelang Konkoorcab XXI, PMII Jabar Gelar Pengambilan Nomor Urut hingga Pemaparan Visi-Misi Kandidat
Terkini
Lihat Semua