• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Keislaman

Ramadhan Bulan Pendidikan dan Latihan

Ramadhan Bulan Pendidikan dan Latihan
Ramadhan Bulan Pendidikan dan Latihan. (Foto NU Online Jabar)
Ramadhan Bulan Pendidikan dan Latihan. (Foto NU Online Jabar)

Ibadah puasa memiliki multi makna yang terkandung di dalamnya. Tidak ada salahnya jika kita sedikit merenungi dimensi beragam yang terkandung dalam ibadah yang konon hanya dikhususkan untuk umat Nabi Muhammad Saw ini. Sedemikian tinggi nilai dan martabat puasa Ramadhan ini, sehingga hanya orang-orang tertentu saja yang berpeluang mendulang kebaikan di dalamnya. 


Waktu pelaksanaan puasa berlangsung sebulan penuh, artinya detik demi detik, menit-demi-menit, jam-demi-jam, hari-demi-hari hingga sebulan penuh, kesempatan emas ini datang kepada orang-orang yang diseru oleh Tuhan sebagai Mukminin. Seruan ini berisikan perintah untuk berpuasa selama sebulan penuh. Perintah yang datang dari Tuhan Yang Maha Bijak dan Maha Hakim.


Dalam tarekat, puasa adalah upaya mengendalikan diri kita secara lahiriah dan batiniah. Secara lahiriah, kita kita mengendalikan diri dengan mempuasakan seluruh panca indera kita. Dalam ilmu kebatinan , kita harus melakukan semedi, kita harus menutup tujuh pintu masuknya setan. Dengan cara itu, kita dapat masuk ke dalam alam kesucian


Puasa Membersihkan jiwa

Telah banyak riset dan penelitian yang dilakukan ihwal manfaat puasa bagi manusia. Setiap amal-ibadah di samping ia bermuatan eksoterik (ritual), ia juga sarat dengan muatan esoterik (spritual). Baik dari dimensi spiritualnya maupun materialnya. Berpuasa dengan memperhatikan adab-adabnya dan menjalankan yang disunahkan, dapat berdaya-guna secara spritual, sosial, moral dan medikal.


Dari segi moral puasa begitu mendominasi. Puasa dalam wujud manusia memiliki beragam dimensi dan dampak yang begitu banyak, baik dari sisi materi maupun maknawi (spiritual), dan yang paling penting dari semua dimensi yang ada adalah dimensi moral dan pendidikannya. 


Seseorang yang melakukan puasa, selain harus merasakan kelaparan dan kehausan dalam wujudnya, ia juga harus menutup matanya dari kelezatan dan kenikmatan biologis, serta membuktikan dengan amal bahwa ia tidaklah seperti hewan yang terkungkung di dalam kandang dan rerumputan. Karena ia mampu menahan diri dari godaan nafsu dan lebih dominan dari hawa nafsu serta syahwatnya.


Dalam segi Spiritual, kalau puasa dilihat dari segi aspek spiritual (Batiniah) begitu kompleks. Karena menurut imam al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin yang menjelaskan tentang puasa khusus dari khusus (صوم خصوص الخصوص) bahwa salah satu dalam 6 perkara yaitu membahas tentang melarang makan ketika berbuka puasa, karena sejatinya puasa adalah menghancurkan dan merusak hawa nafsu, maka seyogyanya jangan memperbanyak makanan-minuman ketika berbuka sekalipun dengan makanan yang halal karena itu tidak ada maknanya/faidahnya. 


Bagaimana bisa dikatakan puasa dalam rangka merusak dan menghancurkan hawa nafsu kalau dari pagi sampai menjelang buka orang sibuk mempersiapkan bahan makanan untuk dimakan ketika buka puasa, sebab ketika mencari ke sana-sini, mengolah sendiri, membeli dari yang murah sampai yang mahal dengan hidangan dan warna-warna (jenis-jenis) makanan yang mana makanan tersebut jarang bahkan langka kita dapatkan di selain bulan Ramadhan tapi ketika datang bulan Ramadhan semua makanan ada di depan kita yang siap disantap. 


Itu menunjukkan bahwa orang tersebut telah gagal merusak dan menghancurkan hawa nafsunya sebelum berbuka dia telah dikuasai oleh nafsu dengan beranggapan supaya berbuka dengan berbagai macam makanan yang lezat.


Apabila perut ditolak daripada makanan, dari pagi hari sampai sorenya, sehingga perut itu bergolak keinginannya dan bertambah kuat kegemarannya, kemudian disuguhkan dengan makanan yang lazat-lazat dan kenyang, niscaya bertambahlah kelazatan dan berlipatgandalah kekuatannya serta membangkitlah dari nafsu syahwat itu, apa yang diharapkan tadinya tenang, jikalau dibiarkan di atas kebiasaannya. 


Maka jiwa dan rahasia puasa, ialah melemahkan kekuatan yang menjadi jalan setan dalam mengembalikan kepada kejahatan. Dan yang demikian itu, tidak akan berhasil, selain dengan menyedikitkan makanan. Yaitu: memakan makanan yang dimakan tiap-tiap malam jikalau tidak berpuasa.


Dalam segi ilmu kedokteran masa kini dan masa lalu telah banyak bukti bahwa “imsâk” (menahan lapar) mempunyai pengaruh luar biasa yang tidak bisa dipungkiri dalam penyembuhan (remedi) berbagai macam penyakit. Hanya sedikit para dokter yang tidak menyinggung kenyataan ini dalam tulisan-tulisannya.


Pendidikan Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan sering juga disebut مدرسه تربيه (Madrasah tarbiyah) yaitu bulan pendidikan. Banyak faktor yang mendorong seseorang untuk belajar di bulan Ramadhan. Dorongan reward pahala yang banyak salah satunya. Seseorang akan lebih rajin beribadah ke masjid atau di rumah jika datang bulan Ramadhan. 


Hal ini merupakan latihan untuk merubah diri pada aspek sikap sehingga dapat bersikap lebih baik. Selain itu, larangan-larangan yang ada di bulan Ramadhan menjadi faktor terjadinya perubahan pada diri seseorang. Namun yang perlu diingat adalah bulan Ramadhan merupakan proses untuk berlatih melakukan perubahan. 


Latihan tersebut selayaknya akan menjadi kebiasaan dan terbawa setelah selesai bulan Ramadhan. 30 hari bulan Ramadhan merupakan proses mendidik dan belajar hingga akan terlihat keberhasilan proses Pendidikan setelah selesai bulan Ramadhan.


Di bulan Ramadhan juga kompleks perubahan yang terjadi. Pengetahuan seseorang juga ditambah melalui kegiatan-kegiatan seperti pengisian rohani, kultum, pengajian dan sejenisnya. Keterampilan dan sikap juga dilatih untuk diperbaiki. Selain ibadah puasa yang melatih kesabaran, kepekaan hati dan kedermawanan juga tidak lepas untuk dididik di bulan Ramadhan. 


Namun sekali lagi, selama bulan Ramadhan merupakan proses Pendidikan yang memiliki tujuan adanyan kebiasaan yang baik. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat terlihat setelah proses tersebut selesai yaitu setelah selesainya bulan Ramadhan.


Selama bulan Ramadhan, umat Muslim dididik untuk melakukan berbagai kebaikan. Melalui latihan yang berulang-ulang, diharapkan menjadi kebiasaan (habit) yang terbawa setelah selesainya bulan Ramadhan. Akan terlihatlah keberhasilan tujuan pendididikan yang dilalui oleh seorang muslim selama mengikuti tarbiah di bulan Ramadhan. Fenomena yang terjadi memang banyak yang disayangkan, banyak yang dipertemukan dengan bulan Ramadhan tahun ini namun tidak optimal menjalani proses Pendidikan dibulan Ramadhan. 


Hal ini juga sebagai pengingat bagi penulis dan tentu untuk kita semua, sudah sejauh mana kualitas ibadah kita hingga saat ini. Bulan Ramadhan yang tinggal beberapa hari lagi, mari kita optimalkan kualitas ibadah kita. Seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, di akhir-akhir bulan Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggang dalam arti memperbanyak ibadah kepada Alloh.


Di akhir tulisan ini, penulis mengajak kepada kita semua marilah kita bersungguh dalam menapaki sisa bulan Ramadhan tahun ini. Berikan yang terbaik, karena belum tentu kita dipertemukan Kembali dengan Ramadhan tahun depan. 


Bulan Ramadhan mendidik, di mana tujuan pendidikan yang tertuang dalam undang-undang sisdiknas dapat tercapai melalui kegiatan di bulan Ramadhan bahkan lebih dari pada itu. Namun, kita tetap terus berharap dan berdoa semoga kita dipertemukan Kembali dengan bulan Ramadhan tahun depan. Amiin ya Robbal’alamin.


Nyanyang D Rahmat, Guru PAI SMPN 2 Kadungora-Garut


Keislaman Terbaru