• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Keislaman

Masjid Nabawi di Zaman Rasulullah SAW

Masjid Nabawi di Zaman Rasulullah SAW
(Foto: NU Online)
(Foto: NU Online)

Masjid Nabawi adalah masjid yang dibangun Rasulullah saw di Kota Madinah ketika beliau beliau hijrah ke kota tersebut. Masjid ini dibangun di atas tempat unta Nabi Muhammad SAW berdeku ketika sampai di Madinah. Masjid ini dibangun di atas lahan seluas 70 x 60 hasta atau sekira 31,5 x 27 meter pada tahun pertama Hijriyah yang bertepatan dengan 622 M. 

Lokasi masjid Nabawi mulanya adalah lahan milik dua anak yatim, Sahal dan Suhail bin Nafi’ bin Umar bin Tsa’labah yang dijadikan tempat mengeringkan kurma.

Lahan yang di atasnya terdapat makam tua dan beberapa pohon korma itu kemudian dibebaskan oleh Rasulullah SAW. Setelah sejumlah pohon kurma ditebang dan makam dipindahkan, Rasulullah SAW kemudian membangun Masjid Nabawi di atas lahan tersebut.

Seiring dengan kebutuhan jamaah yang lebih tinggi, Masjid Nabawi diperluas pada tahun ke-7 H atau 628 M. Pada tahun ke-7 H ini, luas Masjid Nabawi menjadi 100 x 100 hasta atau sekira 45 x 45 meter. (Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Sahih, [Tangsel, Lentera Hati: 2018 M], halaman 486).

Masjid Nabawi mulanya memiliki tiga pintu. Pertama, Bab Utsman atau Babun Nabi karena pintu ini sering dilalui oleh Rasulullah. Pintu itu kini dikenal dengan Bab Jibril. Kedua, Bab Atikah sebelah barat masjid. Pintu ini kini dikenal dengan Babur Rahmah. Ketiga, Bab Umar yang terletak ke arah selatan masjid.

Pintu Bab Umar ditutup oleh Rasulullah SAW setelah ada pengalihan kiblat shalat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Bab Umar kemudian diganti dengan pintu baru yang mengarah ke utara. (Shihab, 2018 M: 486). Fondasi Masjid Nabawi terdiri atas batu-batu keras. Sedangkan dindingnya terbuat dari batu bata tanah liat. Adapun tiang-tiang masjid terdiri atas batang-batang pohon kurma.

Tinggi masjid hanya mencapai 2.5 meter. Setelah diperluas, tinggi masjid mencapai 3 meter. Atap masjid terbuat dari daun-daun kurma. Sedangkan awal-awalnya masjid mulian ini tidak berlantai. Tidak jarang anjing berkeliaran di sana dan sahabat nabi melakukan shalat dengan mengenakan alas kaki. (Shihab, 2018 M: 486-487).

Awalnya Masjid Nabawi tidak memiliki mimbar. Nabi Muhammad SAW menyampaikan khutbah di atas gundukan tanah yang lebih tinggi. Para sahabat kemudian membuatkan Rasulullah sejenis mimbar dari batang pohon kurma yang dapat disandarkan Rasulullah ketika letih terlalu lama berdiri.

Masjid Nabawi dibangun tidak hanya sebagai tempat ibadah. Masjid terhormat setelah Masjidil Haram ini dibangun sebagai pusat kegiatan umat, yaitu musyawarah, kajian, latihan bela negara, pengobatan, dan juga fungsi penampungan fakir miskin tanpa tempat tinggal yang dikenal dengan Ashabus Suffah. Bahkan mereka inilah yang kemudian hari menjadi orang yang berpengaruh besar dalam membentuk peradaban Islam. (Shihab, 2018 M: 487).

Di kemudian hari Masjid Nabawi terus mengalami pemugaran. Pada Oktober 1985, proyek perluasan Masjid Nabawi dimulai. Kini lantai dasar Masjid Nabawi mencapai seluas 98.000 meter dengan daya tampung sekira 167.000 jamaah.

Sementara luas lantai atasnya mencapai 67.000 meter dengan daya tampung jamaah sekira 90.000 jamaah. Di dalam Masjid Nabawi terletak makam Rasulullah SAW, sahabat Abu Bakar RA, dan sahabat Umar bin Khattab RA. Masjid Nabawi memiliki keutamaan luar biasa. ibadah shalat di dalamnya diganjar dengan berlipat-lipat balasan kebaikan yang tentu saja tidak melebihi besarnya ganjaran shalat di Masjidil Haram.

Pada musim haji halaman masjid difungsikan untuk kepentingan shalat dengan daya tampung satu juta jamaah. Pintu Masjid Nabawi kini berjumlah 86 buah dengan ukuran besar. Masjid Nabawi dan halamannya kini mencapai 305.000 meter, sekira luas Kota Madinah di masa Rasulullah SAW. (Shihab, 2018 M: 486). Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)

Artikel di atas pernah dimuat di NU Online dengan judul Masjid Nabawi di Era Nabi Muhammad SAW


Keislaman Terbaru