Kabupaten Cirebon

KH Abbas Buntet Pesantren Dinilai telah Penuhi Syarat Pahlawan Nasional

Sabtu, 17 Mei 2025 | 18:58 WIB

KH Abbas Buntet Pesantren Dinilai telah Penuhi Syarat Pahlawan Nasional

acara Istighosah dan Seminar bertajuk Pengusulan KH Abbas Abdul Jamil sebagai Pahlawan Nasional yang digelar di Pendopo Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (17/5/2025). (Foto: NU Online Jabar/Sofhal)

Cirebon, NU Online Jabar
KH Abbas Abdul Jamil dari Buntet Pesantren resmi diusulkan sebagai Pahlawan Nasional. Usulan ini merupakan bentuk penghargaan atas jasa-jasanya dalam perjuangan kemerdekaan serta kontribusinya di bidang pendidikan dan sosial keagamaan.

 

Hal tersebut disampaikan KH Mustahdi Abdullah Abbas, mewakili keluarga besar, dalam acara Istighosah dan Seminar bertajuk Pengusulan KH Abbas Abdul Jamil sebagai Pahlawan Nasional yang digelar di Pendopo Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (17/5/2025).

 

“Gelar Pahlawan Nasional mungkin bukan hal penting bagi Kiai Abbas secara pribadi. Namun bagi kita, ini adalah upaya menjaga semangat perjuangan beliau dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan kepada generasi mendatang,” ujarnya.

 

Menurut KH Mustahdi, Kiai Abbas memiliki peran penting tidak hanya di medan perjuangan, tetapi juga dalam pengembangan pendidikan pesantren. Ia dikenal sebagai pengasuh Pondok Buntet Pesantren dan tokoh pembaharu pendidikan yang menerapkan sistem klasikal madrasah dan memasukkan pelajaran umum ke dalam kurikulum sejak tahun 1920-an.

 

“Ijtihad beliau di bidang pendidikan merupakan langkah berani yang membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan pesantren,” ujarnya.

 

Di bidang keagamaan, Kiai Abbas juga dikenal aktif membina santri melalui majelis ilmu. Dari pengajarannya, lahir sejumlah tokoh nasional seperti Prof KH Ibrahim Hosen, KH Tubagus Sholeh Ma’mun, dan KH Jawahir Dahlan.

 

Di sisi lain, keterlibatannya dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU) dari tingkat cabang hingga nasional menunjukkan komitmennya dalam gerakan sosial keagamaan.

 

“Peran beliau dalam pengembangan wacana Islam dan sosial keumatan sangat signifikan. Banyak tokoh besar lahir dari didikan beliau,” tambah KH Mustahdi.

 

Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren, KH Aris Ni’matullah, turut menyampaikan bahwa Kiai Abbas kemungkinan besar tidak pernah mengharapkan gelar atau penghargaan apapun atas perjuangannya.

 

“Seperti halnya orang tua yang berjuang tanpa pamrih, kita sebagai santri hanya bisa memberikan penghormatan yang layak,” ucapnya.

 

Ia juga menyinggung keterlibatan Kiai Abbas dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya sebagai bukti nyata komitmen terhadap perjuangan kemerdekaan, meskipun saat itu harus menempuh perjalanan jauh melebihi batas qashar dalam syariat.

 

“Ini bukan sekadar kewajiban kolektif, melainkan panggilan untuk menghapus penjajahan demi meninggikan kalimat Allah,” kata KH Mustahdi.

 

Anggota Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD), Mohammad Fathi Royyani, menyampaikan bahwa usulan ini telah memenuhi seluruh persyaratan administrasi dan dokumentasi yang diperlukan.

 

“Semua dokumen insyaallah sudah lengkap. Didukung data primer, termasuk arsip Belanda dan laporan media internasional seperti The New York Times,” ujar peneliti dari BRIN tersebut.

 

Hal senada disampaikan oleh Prof KH Asep Saifuddin Chalim. Dalam mauidhoh hasanah-nya, ia menegaskan bahwa dokumentasi pengusulan KH Abbas sebagai Pahlawan Nasional tergolong sangat lengkap dan solid.

 

“Dari semua tokoh yang diusulkan, tidak ada yang dokumentasinya selengkap ini,” ungkapnya.