• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Kabupaten Cirebon

Hadiri PKL PMII ke-V, Bupati Cirebon Pesankan Hal Ini untuk Kader

Hadiri PKL PMII ke-V, Bupati Cirebon Pesankan Hal Ini untuk Kader
Hadiri PKL PMII Cirebon, Bupati Cirebon Pesankan Hal Ini untuk Kader. (Foto: PMII Cirebon).
Hadiri PKL PMII Cirebon, Bupati Cirebon Pesankan Hal Ini untuk Kader. (Foto: PMII Cirebon).

Cirebon, NU Online Jabar
"Kader PMII harus menguasai dalil-dalil Nasionalisme. Jika tidak, khawatir akan ditertawakan," ujar Bupati Cirebon H Imron Rosyadi saat memberikan keynote speech pada acara Dialog Kebangsaan dalam rangka pembukaan Pelatihan Kader Lanjut (PKL) ke-V Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Cirebon. Rabu, (3/8).


Dialog Kebangsaan yang berlangsung di Pendopo Kabupaten Cirebon itu mengusung tema 'Komitmen Kader Mujtahid dalam Mempertahankan NKRI'.


"Jika anak PMII dalilnya tidak tahu maka akan menjadi masalah. Jika aktivis Nasionalis mungkin hal ini tidak menjadi masalah," kata Imron.


Menurutnya, di PMII tidak hanya sekadar aktif, tapi juga belajar tentang keilmuan. "PMII ini harus membaca yang tertulis dan tidak tertulis. Misalnya kajian dan mengkaji permasalahan di sekelilingnya," ujarnya.


H Imron juga menjelaskan, pemuda saat ini di samping harus memiliki ilmu yang mumpuni juga harus dibarengi dengan jaringan. "Sehebat apapun paling hanya jadi intelektual. Maka dari itu sangat penting membangun sebuah jaringan," jelasnya.


Meski demikian, lanjutnya, untuk mendapatkan jabatan juga harus punya kendaraan.


"PMII harus bisa menyesuaikan perubahan pada situasi dan kondisi yang ada saat ini. NU dan PMII juga harus bisa ngaji rasa," ucapnya.


Ia menilai, jika bisa ngaji rasa, ketika sukses ia tidak sombong, dan jika gagal ia tidak putus asa. "Maka saya tidak khawatir jika seorang pemimpin dari PMII, karena ia akan mendapat ketenangan dari ngaji rasa," tutur H Imron.


Hal tersebut diilustrasikan dengan ambisi mencari ikan. Jika pemimpin dari PMII mencari ikan, maka ikannya dapat, airnya tetap bening. "Berbeda jika seorang sekuler yang berambisi, ia harus dapatkan apa yang ia inginkan. Ikannya dapat, tapi airnya akan keruh," paparnya.


Ia berharap kader-kader PMII untuk terus belajar dan selalu mengambil manfaat di era sekarang ini. Jika tidak, maka tidak akan sukses.


Dalam kesempatan yang sama, Kapolresta Cirebon Arif Budiman, selaku narasumber berikutnya mengatakan bahwa bangsa Indonesia ini penuh dengan keberagaman yang begitu indah. "Saya itu sebelumnya menjabat di berbagai daerah, jadi saya tahu betul tentang keberagaman yang ada di jawa maupun di luar jawa," katanya.


Ia mengilustrasikan kebhinekaan itu layaknya sebuah lukisan. Ia tidak dapat dinikmati jika semua warnanya sama.


"Keberagaman yang ada di negara kita ini adalah warisan. Maka kita harus memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga keberagaman itu," ucap Arif.


Arif juga menjelaskan, sebenarnya Allah bisa menciptakan semuanya sama. Tapi tidak seperti itu. Sehingga keberagaman di Indonesia tetap hadir, karena keberagaman adalah kuncinya.


"Jika berbicara keberaghaman, maka tantangannya adalah intoleran. Semua latar belakang teroris baik yang menggunakan bom, senjata api maupun senjata tajam, latar belakangnya yakni intoleran," paparnya.


Menurutnya, saat ini baik NU maupun pemerintah tengah berjuang menumbuhkan toleransi di. Maka dari itu, Arif mengajak untuk menumbuhkan toleransi.


"Toleransi tidak hanya kaitannya dengan agama, tapi dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bertetangga, berteman, dan juga toleransi dalam kaidah pendapat," ujarnya.


Ia menjelaskan, kata kunci mendasar toleransi adalah mampu mencari persamaan di antara kita."Insan persamaan itu sejatinya mampu mengelola toleransi," ucapnya.


Selain itu, Rais Syuriah PCNU Kabupaten Cirebon KH Wawan Arwani menyampaikan, Alquran menyebut manusia bukan hanya sebagai hamba, tapi juga sebagai khalifah yang memakmurkan bumi. "Bernegara dan beragama juga merupakan tugas sebagai khalifah, dan agama memandang itu sebagai ibadah," ujar Kiai Wawan.


Kiai Wawan menjelaskan, masyarakat majemuk di Indonesia itu pluralitas, dan itu adalah sunnatullah.


"Tugas khalifah itu erat kaitannya dengan ibadah," tandasnya.


Pewarta: Sofhal Adnan
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Kabupaten Cirebon Terbaru