• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Hikmah

Kolom KH Zakky Mubarak

Strategi Dakwah Islamiyah

Strategi Dakwah Islamiyah
(Ilustrasi: Moh Iqbal)
(Ilustrasi: Moh Iqbal)

Oleh: KH. Zakky Mubarak
Dalam sejarah perkembangan dakwah Islam, kita mengenal seorang pemimpin besar dunia, yang senantiasa dikenang oleh jutaan umat manusia dari masa ke masa. Hari maulidnya (kelahirannya) selalu dikenang dan diperingati. Pemimpin itu adalah Nabi terakhir yang diutus untuk membimbing seluruh umat manusia. Beliau bukan saja diakui oleh para pengikutnya yaitu orang-orang muslim, tetapi juga dikagumi oleh berbagai kalangan, diakui oleh kawan dan lawan. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW, terutama terletak pada keluhuran akhlak dan budi pekertinya.

 

Dengan demikian, apa yang diajarkannya selalu dipraktekkan dalam kegiatan sehari-hari. Nabi SAW selalu memulai perbuatan baik dengan dirinya sendiri, kemudian keluarga dan para sahabatnya. Perjuangannya dilandasi dengan rasa persaudaraan yang amat terpuji. Allah berfirman :

 

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Nahl, 16: 125).

 

Kehebatan dan keunggulan strategi dakwah Nabi SAW, dapat diketahui dari cara beliau dalam menyampaikan pesan-pesannya. Selain itu, beliau juga selalu melakukan perhitungan dengan matang. Sebagai contoh dapat dikemukakan di sini.

 

Suatu saat Rasulullah SAW sedang beristirahat dekat Hijr Ismail, di samping Baitullah. Tiba-tiba datang serombongan sahabat dengan wajah yang memprihatinkan, tampak mereka ditimpa kesedihan yang sangat dan keresahan. Para sahabat itu menegur Nabi, dengan perkataan yang agak emosional.

 

Mereka berkata:”Wahai Rasulullah SAW, mengapa kita biarkan orang-orang musyrik Quraisy itu menghina, menghalang-halangi dan menyakiti orang-orang muslim. Apakah kita biarkan mereka, tidaklah selayaknya kita melakukan perlawanan yang keras, setimpal dengan kekerasan mereka.”

 

Dengan kewibawaan yang luar biasa dan sikap penuh ketenangan, Nabi Muhammad s.a.w. menentramkan mereka, “Jangan kalian tergesa-gesa, karena ulah dan tingkah laku mereka, sesungguhnya apa yang kalian inginkan tidak mungkin dilakukan sekarang ini, bersabarlah,sesungguhnya Allah bersama kita. Ketauhilah sesungguhnya sikap tergesa-gesa dalam situasi seperti ini, akan menghancurkan dan mencelakakan kita. Ketahuilah wahai sahabatku. Bahwa apa yang kamu derita sekarang ini belum seberat seperti apa yang diderita pengikut-pengikut nabi terdahulu”.

 

Ada diantara mereka yang didzalimi, sampai ada yang dibawa ke atas bukit, kemudian dilemparkan ke bawah sehingga tulangnya remuk redam. Ada diantara mereka yang di gergaji dari atas kepalanya. 

 

Ketahuilah agama yang aku bawa ini akan dipeluk oleh jutaan umat manusia.

 

Menanggapi pengarahan Nabi tersebut, para sahabat menerimanya dengan penuh ketaatan, mereka menyadari kekeliruannya dengan sikap yang tidak sabar dan tergesa-gesa. Sikap seperti itu pada hakikatnya akan merugikan diri sendiri. Perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran tidak cukup dengan modal keberanian saja dengan tanpa perhitungan. Tidak cukup dengan semangat yang menggebu-gebu, tanpa strategi yang matang dan tidak cukup dengan modal harta yang banyak tanpa motivasi yang kuat. Sesungguhnya perjuangan itu akan sukses bila dilandasi dengan motif yang ikhlas karena Allah, dengan strategi yang matang, perhitungan yang tepat, ketekunan dan semangat yang terorganisir dengan baik. 

 

Pada periode awal perkembangan dakwah islamiyah, dilakukan Nabi dan para shabatnya dengan cara yang amat halus, bahkan dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan karena belum mempunyai pengikut dan para pendukung yang dapat diandalkan.

 

Dakwah yang dilakukan Nabi hanya disampaikan kepada keluarga dekat dan disebarkan secara lisan ke lisan para sahabat yang terbatas. Cara ini merupakan metode yang sangat strategis, agar kegiatan-kegiatan yang dilakukannya tidak dapat dideteksi secara bebas oleh mereka yang memusuhi Nabi dan para sahabatnya. Dakwah dengan cara sembunyi ini berlangsung sampai Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.

 

Umar bin Khattab, seorang pemberani yang dijuluki singa padang pasir, pada mulanya adalah orang yang paling memusuhi Nabi. Ia selalu mengadakan kegiatan untuk menakut-nakuti para sahabat Nabi SAW Umar mengancam dengan keras kepada siapa saja yang mengikuti dakwah islamiyah. Sampai pada suatu saat, ia merasa amat geram dan benci kepada Nabi SAW. Karena itu ia menghunuskan pedang dengan garang dan mencari Nabi Muhammad SAW. di tengah jalan ia bertemu dengan Nu’aim (seorang muslim yang merahasiakan keislamannya).

 

Ia menegur Umar: “Wahai putra al-Khattab, hendak kemana engkau.” Umar menjawab: “Aku hendak mencari Muhammad dan membunuhnya dengan pedangku”.

 

Nua’im berkata:”Umar, mengapa engkau terlalu peduli pada orang lain, padahal adikmu sendiri Fathimah bintul Khattab telah menjadi pengikut Muhammad”.

 

Mendengat ucapan Nua’im, Umar merasa kaget dan kebencian kepada Nabi Muhammad s.a.w. tertumpah kepada adiknya sendiri. Selanjutnya, ia mencari rumah adiknya dengan kebencian yang luar biasa. Ketika Umar sudah sampai di depan pintu adiknya, ia mendengar ayat al-Qur’an dari awal surat Thaha yang dibacakan oleh adiknya, ayat itu adalah:

 

طه مَآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡقُرۡءَانَ لِتَشۡقَىٰٓ إِلَّا تَذۡكِرَةٗ لِّمَن يَخۡشَىٰ تَنزِيلٗا مِّمَّنۡ خَلَقَ ٱلۡأَرۡضَ وَٱلسَّمَٰوَٰتِ ٱلۡعُلَى ٱلرَّحۡمَٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَا وَمَا تَحۡتَ ٱلثَّرَىٰ  

 

“Thaahaa. Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi, (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas 'Arsy”. Milik-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah”. (QS. Thaha, 20: 1-6).

 

Memperhatikan ayat al-Qur’an tersebut di atas, hati Umar bin Khattab menjadi luluh, hidayah Allah telah masuk ke dalam kalbunya. Umar dengan perasaan yang haru bercampur sedih, ia merayap memasuki rumah dan mendekati adiknya. Ia menyatakan niatnya yang teguh untuk masuk agama Islam. Dengan rasa bahagia bercampur haru Fathimah menyambut kedatangan Umar dan mengantarkan untuk menjumpai Rasulullah SAW di rumah Arqam bin Abi al-Arqam. Dirumah itulah peristiwa yang amat bersejarah terjadi. Umar bin Khattab, singa padang pasir yang amat berwibawa itu dan ditakuti kaumnya mengucapkan dua kalimat syahadat.

 

Beberapa detik setelah Umar masuk Islam, ia bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, Apakah kami berada dalam kebenaran jika kami mati atau hidup?”

 

Rasul menjawab: “Benar wahai Umar, kami berada dalam kebenaran, hidup atau mati.” Kata Umar: “kalau begitu mengapa kita bersembunyi. Sekarang sebarkan Islam secara terang-terangan dan tidak perlu sembunyi-sembunyi”.

 

Setelah masuknya Umar bin Khattab dan Hamzah bin Abdul Muthalib, dua pahlawan yang amat kuat dan disegani, maka dakwah Islam dilakukan secara terang-terangan. Dakwah Islam yang menegakkan kebenaran itu terus memperoleh pendukung dari berbagai kalangan. Strategi dakwah yang dilakukan Rasul Muhammad SAW. merupakan tauladan yang abadi, yang harus diikuti dalam berdakwah, di manapun kita berada.

 

Penulsi merupakan salah seorang Rais Syuriah PBNU 2016-2021


Hikmah Terbaru