• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Hikmah

Persamaan Kerja dan Jihad Menurut Rasulullah Saw

Persamaan Kerja dan Jihad Menurut Rasulullah Saw
Kerja-Jihad Petani (Ilustrasi:unsplash.com)
Kerja-Jihad Petani (Ilustrasi:unsplash.com)

Bandung, NU Online Jabar
Bekerja adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam mendukung keberlangsungan hidup manusia. Melalui bekerja, berbagai kebutuhan hidup manusia dapat terpenuhi, dan siklus kehidupan dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, jika dilakukan dengan tujuan yang baik, seperti untuk menafkahi keluarga, bekerja dapat menjadi bentuk ibadah.


Dalam Islam, umatnya tidak dilarang untuk bekerja. Namun, yang ditekankan adalah larangan terhadap cinta berlebihan terhadap dunia atau dunia material (Hubbud dunya). Konsep cinta dunia ini tidak dapat diukur semata-mata dengan harta benda, karena pada dasarnya cinta dunia merupakan suatu penyakit hati yang sulit untuk dideteksi dengan sekadar melihat dari luar.


Mengutip NU online tulisan Muhammad Aiz Luthfi, Pengajar di Pesantren Al-Mukhtariyyah Al-Karimiyyah, Subang, menjelaskan bahwa seorang yang tekun dalam bekerja tidak selalu berarti hatinya terikat pada dunia. Bahkan, Rasulullah sendiri telah menekankan pentingnya bekerja. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin (Semarang: Karya Thoha Putra, tanpa tahun) Jilid 2, halaman 63.


Dikisahkan, suatu pagi Rasulullah sedang duduk bersama beberapa sahabat. Tidak lama kemudian melintas seorang pemuda gagah yang terlihat prima, dari atribut dan pakaian yang digunakan, diketahui pemuda itu akan pergi bekerja.


"Alangkah baiknya jika pemuda yang masih memiliki energi dan stamina kuat itu dipakai untuk berjihad di jalan Allah (fi sabilillah)," ucap sahabat.
 

Mendengar hal itu, Rasulullah pun langsung menegur dan meluruskan pemikiran sahabat tersebut.

"Jangan berkata seperti itu wahai sahabat, andai saja seseorang itu bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri sehingga tidak sampai meminta- minta kepada orang lain, maka sesungguhnya dia sedang berjalan di jalan Allah," jelas Rasulullah.


Rasulullah kemudian melanjutkan sabdanya, andai saja seseorang itu bekerja untuk kedua orang tuanya, keluarga atau keturunannya, sehingga kebutuhan mereka bisa terpenuhi dan tidak sampai meminta-minta pada orang lain, maka dia juga sedang berjalan di jalan Allah.


"Namun jika seseorang bekerja untuk membanggakan diri dan hanya untuk mengumpulkan harta, maka pemuda tersebut sedang berada fi sabilis syaithan (jalan setan)," terang Rasulullah.


Dengan demikian, bekerja bisa bernilai ibadah fi sabilillah ketika tujuannya adalah untuk kemandirian ekonomi pribadi dan keluarga. Dalam konteks lebih besar lagi untuk kemandirian kelompok, organisasi, bangsa, dan negara sehingga tidak bergantung pada pemberian dari orang atau pihak lain.


Sebaliknya, bekerja juga bisa bernilai maksiat ketika tujuan bekerja untuk menyombongkan diri atau bertujuan untuk takatsur (memperbanyak harta) supaya mendapatkan kesenangan duniawi.


Hikmah Terbaru