Hikmah

6 Orang yang Jasadnya Tak Hancur Dimakan Tanah

Sabtu, 8 Juli 2023 | 11:00 WIB

6 Orang yang Jasadnya Tak Hancur Dimakan Tanah

6 Orang yang Jasadnya Tak Hancur Dimakan Tanah. (Foto Istimewa)

Bandung, NU Online Jabar
Umumnya ketika umumnya Ketika seseorang meninggal dunia, maka tubuhnya akan mengalami evolusi hingga akhirnya tidak ada yang tersisa dari jasadnya. Jika sudah mati, maka jasad akan membusuk dalam tanah. Namun, ada 6 golongan yang jasadnya tidak akan lenyap dimakan tanah.


Ustadz Nur Rohmad dalam kajian kitab Jauharatut Tauhid menjelaskan 6 golongan tersebut di antaranya adalah para nabi dan rasul, orang yang mati syahid karena perang, muadzin, para penghapal Al-Qur’an, orang yang ali ilmu (ulama), dan sebagian wali. 


“Jasad para nabi dan parasul itu tidak hancur dimakan tanah. Kemudian jasadnya orang-orang yang mati syahid di medan perang melawan orang-orang kafir,” tuturnya dikutip dari unggahan video NU Online yang dilihat pada Sabtu (8/7/2023).


Lebih lanjut, adapun terkait dengan jasad seorang muadzin, ustadz Nur menjelaskan bahwa muadzin yang dimaksud adalah para muadzin yang memang ikhlas mengerjakan tugasnya karena hanya mengharap ridho Allah Swt dan sudah dalam kurun waktu tertentu menjalankan profesinya.


“Juru adzan yang dalam jangka waktu yang lama yang dia tida mengharapkan apa-apa kecuali ridho dari Allah Swt, tidak mengharapkan pujian dari tetangganya, tidak ingin dikatakan sebagai yang suaranya merdu. Jadi dia adzan tujuannya semata-mata karena Allah Swt dalam jangka waktu yang lama, minimal 7 tahun,” tuturnya.


Ustadz Nur menjelaskan, orang yang jasadnya tak hancur dimakan tanah selanjutnya adalah orang yang hafal Qur’an dan bertakqwa serta mengamalkannya. “Jadi bukan semata-mata hafal Al-Qur’an kemudian jasadnya dijamin tidak akan punah, tidak akan hancur, akan utuh tidak. Tapi ada syarat dan ketentuannya yakni dia mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur’an,” jelasnya.


Yang kelima, kata Ustadz Nur, yakni orang yang berilmu. Mereka yang mengamalkan ilmunya. Artinya, bertakwa dan dia tidak mengharapkan apa-apa ketika belajar dan mengajarkan ilmu kecuali ridho dari Allah Swt. 


Kemudian yang terakhir adalah sebagian para wali. Ia mejelaskan bahwa tahap paling awal untuk mencapai derajat para wali adalah mempelajari dan mengamalkan ilmu agama yang fardhu ‘ain. “Artinya orang yang melakukan semua kewajiban meninggalkan semua yang diharamkan kemudian dia rutin di dalam melakukan perkara sunnah walaupun hanya satu jenis perkara sunnah,” tuturnya.


Pewarta: Agung Gumelar