• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Hikmah

Kisah Seorang Ahli Maksiat yang Diselamatkan Berkat Satu Amalan Ini

Kisah Seorang Ahli Maksiat yang Diselamatkan Berkat Satu Amalan Ini
Kisah Seorang Ahli Maksiat yang Diselamatkan Berkat Satu Amalan Ini (Ilustrasi: NU Online)
Kisah Seorang Ahli Maksiat yang Diselamatkan Berkat Satu Amalan Ini (Ilustrasi: NU Online)

Inilah kisah seorang hamba yang dosa-dosanya tercatat oleh para malaikat sebanyak 99 catatan. Setiap catatannya sejauh mata memandang. 


Di akhirat semua catatannya ditunjukkan kepada Allah. Maka Allah pun berfirman, “Apakah engkau mengingkari catatan ini? Apakah para malaikat pencatat-Ku telah menzalimimu?”  


Laki-laki itu menjawab, “Sungguh tidak, ya Tuhanku.” Selanjutnya, Allah meminta agar dia mendatangkan sesuatu yang dapat membuka pintu ampunan. Namun, dia tidak mendapatinya. Dia akhirnya pasrah akan keadaan. 


Dalam keadaan demikian, Allah berfirman, “Hari ini tidak ada kezaliman sedikit pun kepadamu. Dan sesungguhnya, engkau memiliki satu kebaikan di sisi Kami.” 


Dikeluarkanlah sebuah catatan kecil di hadapannya. Catatan itu ternyata berisi kesaksiannya atas keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad saw yakni kalimat:


أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ 


Kemudian, Allah kembali berfirman, “Sekarang datangkanlah timbanganmu!” Maksudnya adalah timbangan 99 catatan dosanya, dimana setiap catatannya sejauh pandangan mata. Selanjutnya, 99 catatan itu ditimbang dengan catatan kecil tadi.  


Melihat demikian, hamba itu bertanya kepada Allah, “Ya Tuhanku, apa artinya catatan kecil ini dibanding dengan catatan sebanyak ini?”


Allah menjawab, “Sesungguhnya, hari ini engkau tidak akan dizalimi.” 


Hasil timbangan catatan baik dan buruk itu sungguh mengejutkan. Bagaimana tidak, karena catatan sekecil itu mampu mengungguli beratnya catatan dosa. Benar sekali apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw., 


“Tidak ada yang dapat mengalahkan beratnya asma Allah.” Kisah ini terekam dalam hadis Rasulullah melalui sahabat ‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ash sebagaimana yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan Ibnu Majah berikut ini.


   إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلاً مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الخَلاَئِقِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ البَصَرِ، ثُمَّ يَقُولُ: أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا؟ أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الحَافِظُونَ؟ فَيَقُولُ: لاَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: أَفَلَكَ عُذْرٌ؟  فَيَقُولُ: لاَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً، فَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ اليَوْمَ، فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا: أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، فَيَقُولُ: احْضُرْ وَزْنَكَ، فَيَقُولُ: يَا رَبِّ مَا هَذِهِ البِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ، فَقَالَ: إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ، قَالَ: فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِي كَفَّةٍ وَالبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ، فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ البِطَاقَةُ، فَلاَ يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللهِ شَيْءٌ  


Artinya, “Sesungguhnya Allah akan membebaskan seorang laki-laki dari umatku atas para pembesar makhluk pada hari Kiamat. Padahal, kepada laki-laki itu akan ditunjukkan sembilan puluh sembilan catatan amal (buruk). Setiap catatannya sepanjang mata memandang. Saat itu, Allah akan bertanya kepadanya, ‘Apakah engkau mengingkari ini? Apakah para malaikat-Ku  telah menzalimimu?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Tidak, Tuhanku.’ Allah kembali bertanya, ‘Apakah memiliki alasan?’ Dia menjawab, ‘Tidak, Tuhanku.’ Allah melanjutkan, ‘Benar, engkau memiliki sebuah kebaikan di sisi Kami. Dan pada hari ini, tidak ada kezaliman apa pun kepadamu.’ Tak lama berselang, muncullah sebuah catatan kecil yang berisi kalimat: Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Allah berfirman, ‘Maka datangkanlah timbanganmu.’ Laki-laki itu bertanya, ‘Ya Tuhanku, apa artinya catatan kecil ini di hadapan catatan besar.’ Namun, Allah meyakinkan, ‘Sesungguhnya, engkau tidak akan dizalimi.’ Terakhir, Nabi saw menambahkan, ‘Setelah itu, sembilan puluh catatan diletakkan pada satu ujung timbangan, sedangkan catatan kecil diletakkan di ujung satunya. Anehnya, catatan yang banyak justru mengambang, sedangkan catatan kecil justru memberat. Memang tidak ada yang mengalahkan beratnya asma Allah.’” 


Perihal penimbangan amal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Quran, “Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)-nya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri. Mereka juga kekal dalam neraka Jahannam,” (Q.S. al-Mukimûn [23]: 102-103). 


Kemudian, perihal keutamaan kalimat tauhid ini, Rasulullah saw. menyabdakan:


 فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ، وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ، لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ، وَوُضِعَتْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فِي كِفَّةٍ، رَجَحَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ،  


Artinya, “Sesungguhnya jika tujuh lapis dan langit diletakkan pada satu sisi timbangan dan kalimat La ilaha illallah diletakkan pada satu sisi timbangan yang lain, maka kalimat Lailahaillallah akan mengalahkannya.” (HR. Ahmad). 


Dari kisah serta hadits di atas dapat dipetik sejumlah hikmah dan pelajaran: 
1. Betapa utamanya kalimat tauhid hingga mampu menebus dan menghapus dosa-dosa hamba yang mengucapkannya. 
2. Para malaikat pencatat amal senantiasa mencatat setiap amal hamba, baik maupun buruknya. 
3. Pada hari Kiamat, seluruh catatan itu ditunjukkan Allah kepada pemiliknya. 
4. Tidak ada dosa besar dan dosa kecil kecuali akan diperhitungkan seluruhnya. 
5. Proses penimbangan amal tiap hamba pada hari Kiamat akan digelar secara terbuka di hadapan khalayak. 
6. Siapa pun yang berat timbangan kebaikannya akan selamat dan terbebas dari kehinaan, kesengsaraan, dan kebinasaan. 
7. Betapa pentingnya keimanan seorang hamba. 
8. Keimanan menjadi kunci keselamatan di akhirat. Jika keimanan terbawa saat sakaratul maut, maka ada harapan selamat di akhirat meski harus menebus dosa-dosa terlebih dahulu. 
9. Jangan pernah menyepelekan kalimat tauhid, karena besar keutamaannya. Perbanyaklah mengucapkan kalimat thayyibah, dengan harapan menjadi kalimat terakhir yang terucap dan menjadi sebab keselamatan kita di akhirat berkat rida dan karunia Allah. (Lihat: Umar Sulaiman, Shahih al-Qashash an-Nabawi, Terbitan Darun-Nafais, Tahun 1997, halaman 35). Wallahu a’lam. 


Ustadz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur
 


Hikmah Terbaru