• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Hikmah

KOLOM BUYA HUSEIN

Kejujuran dan Kerendahatian Imam Abu Hanifah

Kejujuran dan Kerendahatian Imam Abu Hanifah
(Ilustrasi: NU Online).
(Ilustrasi: NU Online).

Imam Abu Hanifah al Nu'man (w. 747 M) , pendiri aliran fiqh Rasional (Imam ahl al-Ra’yi) adalah seorang yang jujur, rendah hati dan tulus, bukan hanya dalam cara hidupnya tetapi juga dalam menyampaikan pandangannya. Ia tidak pernah mengklaim pendapat dirinya sebagai yang paling benar, dan pendapat yang lain salah sama sekali. Ia selalu mengatakan ;


قولنا هذا رأي، وهو أحسن ما قدرنا عليه، فمن جاءنا بأحسن من قولنا فهو أولى بالصواب منا


“Apa yang aku sampaikan ini adalah sekedar pendapat. Ini yang dapat aku usahakan semampuku. Jika ada pendapat yang lebih baik dari ini ia lebih patut diambil”.


Seorang sahabat Abu Hanifah pernah mengatakan: “Tuan Abu Hanifah, apakah fatwa yang anda sampaikan telah sungguh-sungguh benar, tak ada keraguan lagi?”. Ia mengatakan :


والله لا أدري لعله الباطل الذي لا شك فيه


“Demi Allah, aku tidak tahu, barangkali keliru sama sekali”.


Imam Abu Hanifah bahkan dengan tulus bersedia mencabut atau meralat pendapatnya jika kemudian diketahuinya keliru dan ia menyampaikan terima kasih kepada yang mengkoreksinya. Ia tak merasa harga dirinya jatuh karena mengakui hal itu.


Begitulah memang sikap seorang alim allamah, ulama besar. Rendah hati. Tidak sombong, tidak menyalah-nyalahkan orang lain, apalagi mensesatkannya, dan lebih jauh lagi mengkafirkannya. Ia selalu mengingat kata-kata Allah dalam al-Quran :


وفوق كل ذی علم عليم


"Dan di atas setiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi yang sangat mengetahui".


Hanya orang-orang yang bodoh tetapi mengaku pintar saja yang bersikap sebaliknya, menggurui, mengklaim kebenaran sendiri sambil menyalahkan mutlak pendapat sekaligus mentololkan orang lain, seperti Iblis yang mengaku lebih hebat daripada Adam. Tuhan tak suka makhluk-Nya yang seperti ini.


Dan betapa menariknya Socrates, filsuf terbesar, saat ditanya muridnya, Plato: apa yang kau ketahui, dia menjawab : "Yang aku tahu adalah aku tidak tahu".


KH Husein Muhamad, salah seorang Mustasyar PBNU


Hikmah Terbaru