Malam ini, saat langit di atas rumahku tertutup awan kelabu diiringi suara gaduh-gemuruh dari langit, dan suasana di luar telah menjadi sepi dan senyap, aku membaca lagi kitab al-Hikam Ibn Athaillah al-Sakandari, kitab Tasawuf yang amat terkenal itu.
Pada hikmah ke 182 kitab ini menyebutkan :
Baca Juga
Proporsional Dalam Berdalil
تَسْبِقُ اَنْوَارُ الْحُكَمَاءِ أَقْوَالَهُمْ فَحَيْثُ صَارَ التَّنْوِيْرُ وَصَلَ التَّعْبِيْرُ
“Cahaya orang-orang bijak bestari mendahului kata-katanya. Maka ketika batin telah tercerahkan, kata-kata mereka sampai (ke lubuk hati pendengarnya)”.
Salah seorang pensyarah (komentator) hikmah ini mengatakan :
أَنَّ الْعَارِفِينَ بِالله تَعَالَى اَلْمُعَبَّرُ عَنْهُمْ بِالْحُكَمَاءِ إِذَا أَرَادُوْا إِرْشَادَ عِبَادِ اللهِ تَوَجَّهُوا إِلَى اللهِ بِقُلُوْبِهِمْ فِي هِدَايَتِهِمْ وَاسْتِعْدَادِهِمْ لِقَبُوْلِ مَا يَرِدُ عَلَيْهِمْ مِنْ أَقْوَالِهِمْ فَيُجِيْبُهُمِ لِذَلِكَ فَيَخْرُجُ حِيْنَئِذٍ مِنْ قُلُوبِهِمْ أَنْوَارٌ نَاشِئَةٌ مِنْ نُوْرِ سَرَائِرِهِمْ تَسْبِقُ أَقْوَالَهُمْ فَحَيْثُ صَارَ أي حَصَلَ التَّنْوِيْرُ فِي قُلُوبِ السَّامِعِيْنَ وَصَلَ التَّعْبِيْرُ فَيَنْتَفِعُونَ بِأَقْوَالِهِمْ أَتَمَّ انْتِفَاعٍ.
“Sesungguhnya, orang-orang yang arif (yang mengenal Tuhannya) yang sering disebut sebagai “hukama” (orang-orang bijak-bestari), bila mereka hendak memberikan petunjuk jalan kepada para hamba Allah, mereka menghadap-Nya dengan seluruh hatinya. Mereka berharap agar kata-kata mereka diterima dan dipahami para audiens (hamba-hamba Allah). Manakala mereka melakukan demikian, maka memancarlah partikel-partikel cahaya dari lubuk hati mereka yang terdalam, lalu menyebar cepat sebelum kata-kata disampaikan. Dan manakala ia terhubung dan menembus ke dalam pikiran dan hati audiens yang telah tercerahkan, maka merekapun paham, membenarkan dan mengikuti kata-kata para bijak-bestari itu.”
Baca Juga
Menangisi Waktu yang Pergi
Ketika pada suatu saat saya menyampaikan kebijaksanaan Ibnu Athaillah di atas di hadapan public, seorang sahabat dari Hindu menemui saya. Dia mengatakan : “Apa yang barusan anda sampaikan itu, sesuai benar dengan kata-kata Sidarta Gautama. Dalam Bhagawadgita, dia mengatakan :
“Selama hati manusia bekerja untuk kemanusiaan dan persahabatan yang tulus, Tuhan akan menunjukkan rahasia-rahasia-Nya. Sejauh hati kita bersih dari segala kepentingan dan merindukan kehadiran Dia, maka perkabaran Yang Ilahi akan selalu mungkin”.
KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Tiga Keutamaan Berbagi Kebahagiaan dengan Sesama
2
Wakil Wali Kota Cirebon Luncurkan Produk Ekonomi Fatayat NU
3
Gandeng Bagana Kota Bekasi, YPI Al-Marzukiyah Gelar Pendidikan Mitigasi Bencana Gempa Bumi
4
Mengenal KH Muhammad, Pejuang NU Sampai Akhir Hayat dari Pesantren Fauzan Garut
5
KBIH NU Pangandaran Berangkatkan 85 Calon Jamaah Haji
6
LAZISNU Kota Bogor Terima Kunjungan Akademik Mahasiswa UNUSIA Jakarta
Terkini
Lihat Semua