Belajar dengan Kesabaran: Perjuangan Imam Al-Bukhari dari Nol hingga Menjadi Ulama Hadits
Kamis, 27 Februari 2025 | 12:01 WIB
Dalam kehidupan, banyak orang ingin mendapatkan hasil terbaik secara instan dalam berbagai aspek seperti karier, bisnis, dan pendidikan. Padahal, setiap pencapaian besar selalu dimulai dari proses kecil yang penuh ketekunan dan kesabaran. Hal ini juga berlaku dalam menuntut ilmu.
Sejak lahir, manusia berada dalam keadaan tidak mengetahui apa pun. Oleh karena itu, belajar dari nol adalah sebuah keharusan. Salah satu contoh nyata dari pentingnya proses belajar adalah perjalanan Imam Al-Bukhari dalam menuntut ilmu hadits. Meskipun dikenal sebagai ulama hadits paling berpengaruh, beliau memulai dari dasar, seperti yang dikisahkan dalam kitab Siyar A’lamin Nubala’ juz 12, halaman 401, karya Imam Adz-Dzahabi:
قَالَ مُحَمَّدُ بنُ أَبِي حَاتِمٍ البُخَارِيُّ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدَ بنَ إِسْمَاعِيْلَ يَقُوْلُ: وكُنْتُ أَختلِفُ إِلَى الفُقَهَاءِ بِمَرْوَ وَأَنَا صَبِيٌّ، فَإِذَا جِئْتُ أَستحِي أَنْ أُسَلِّمَ عَلَيْهِم، فَقَالَ لِي مُؤَدِّبٌ مِنْ أَهلِهَا: كم كتبتَ اليَوْمَ؟ فَقلتُ: اثْنَيْنِ، وَأَرَدْتُ بِذَلِكَ حَدِيْثَيْنِ، فَضَحِكَ مَنْ حَضَرَ المَجْلِسَ. فَقَالَ شَيْخٌ مِنْهُم: لاَ تضحكُوا، فَلَعَلَّهُ يَضْحَكُ مِنْكُم يَوْماً!!
Baca Juga
Imam Syafi'i dan Shahih Bukhari
"Muhammad bin Abi Hatim berkata, aku mendengar Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma’il (Imam Al-Bukhari) berkata: Saat kecil, aku mendatangi majlis beberapa ahli fiqih kota Marwa. Ketika aku tiba di salah satu majlis, aku malu mengucapkan salam (menyapa) mereka. Tiba-tiba, seorang pengajar kota Marwa bertanya kepadaku: berapa banyak yang kamu tulis hari ini? Aku menjawab: dua, yaitu dua hadits, lalu seluruh orang yang menghadiri majlis tertawa, kemudian seorang syekh berkata kepada mereka: kalian jangan menertawakannya, karena suatu hari nanti, dia akan menertawakan kalian."
Dari kisah ini, dapat dipahami bahwa Imam Al-Bukhari juga memulai dari nol. Ia belajar di kota Marwa, yang kini disebut Mary, di Turkmenistan. Jarak antara kota Bukhara dan Mary sekitar 382 km perjalanan darat. Sejak kecil, beliau belajar dari berbagai tokoh besar seperti ‘Abdan bin ‘Utsman, ‘Ali bin al-Hasan bin Syaqiq, dan Shadaqah bin al-Fadhl.
Belajar ilmu hadits tidak bisa dilakukan secara instan. Imam Al-Bukhari hanya bisa mempelajari dua hadits dalam satu hari pada masa kecilnya, jumlah yang sangat sedikit dibandingkan dengan murid-murid lain. Namun, proses ini mengajarkan kesabaran. Hal ini sejalan dengan cara Allah mengajarkan Nabi Muhammad dalam mempelajari Al-Qur’an, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qiyamah, ayat 16:
لَا تُحَرِّكۡ بِه لِسَانَكَ لِتَعۡجَلَ بِه
"Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat menguasainya."
Para ulama pun selalu menasihati murid-muridnya untuk tidak terburu-buru dalam belajar, karena hal itu dapat menyebabkan kegagalan. Imam Ibnu Syihab Az-Zuhri dalam kitab Jami’ Bayan al-‘Ilm wa Fadhlih juga memberikan nasihat kepada muridnya, Yunus bin Yazid:
قَالَ لِي ابْنُ شِهَابٍ: يَا يُونُسُ، وَلَا تَأْخُذِ الْعِلْمَ جُمْلَةً؛ فَإِنَّ مَنْ رَامَ أَخْذَهُ جُمْلَةً ذَهَبَ عَنْهُ جُمْلَةً وَلَكِنِ الشَّيْءُ بَعْدَ الشَّيْءِ مَعَ اللَّيَالِي وَالْأَيَّامِ
"Ibnu Syihab berkata kepadaku: Wahai Yunus, dan jangan engkau mempelajari ilmu sekaligus karena orang yang mempelajari ilmu sekaligus banyak, maka akan mudah melupakan semuanya, akan tetapi pelajarilah ilmu sedikit demi sedikit di waktu malam dan siang."
Perjuangan Imam Al-Bukhari dalam belajar membuahkan hasil. Pada usia 16 tahun, beliau telah menghafal karya-karya Imam Ibnu Mubarak dan Imam Waki’. Bahkan, ketika penduduk kota Balkha memintanya membacakan satu hadits dari setiap perawi yang ia tulis, beliau mampu membacakan seribu hadits dari setiap perawi tersebut.
Pepatah “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” sangat tepat menggambarkan perjalanan keilmuan Imam Al-Bukhari. Dari belajar dua hadits sehari, ia akhirnya menjadi seorang ahli hadits yang diakui di seluruh dunia Islam. Allah juga menegaskan perbedaan antara orang yang berilmu dan yang tidak dalam surat Az-Zumar, ayat 9:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
"Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?' Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran."
Semoga kita semua, beserta anak-anak kita, diberikan kesabaran dan ketekunan dalam menuntut ilmu. Dengan memulai dari dasar dan melewati proses yang panjang, kita akan meraih ilmu yang melimpah dan penuh manfaat. Amin, ya Rabbal ‘Alamin
Tulisan ini dikutip dari artikel karya Dr. Fatihunnada, Lc., M.A sebagaimana dimuat di NU Online.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menghidupkan Malam di Bulan Suci Ramadhan dengan Amal Saleh
2
Inilah Rincian Zakat Fitrah Tahun 2025 di Kota dan Kabupaten se-Jawa Barat
3
Libur Lebaran 2025 untuk Sekolah Madrasah Diperpanjang 20 Hari, Menag: Bisa Kurangi Kemacetan
4
Operasi Pasar Murah PCNU Kabupaten Cirebon: Upaya Kendalikan Harga Bahan Pokok Jelang Idulfitri
5
RMINU Jabar Gelar Safari Ramadhan Volume 4 Bersama LDNU dan LPBHNU
6
Al-Hiyam: Cinta yang Mengembara Tanpa Akhir
Terkini
Lihat Semua