• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Garut

Buka Muskercab ke-2 PCNU Garut, KH Busyrol Kariem Zuhri Tegaskan Pergerakan di NU itu Khidmah

Buka Muskercab ke-2 PCNU Garut, KH Busyrol Kariem Zuhri Tegaskan Pergerakan di NU itu Khidmah
Buka Muskercab ke-2 PCNU Garut, KH Busyrol Kariem Zuhri Tegaskan Pergerakan di NU itu Khidmah
Buka Muskercab ke-2 PCNU Garut, KH Busyrol Kariem Zuhri Tegaskan Pergerakan di NU itu Khidmah

Garut, NU Online Jabar
Salah seorang Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Busyrol Kariem Zuhri mengatakan, siapa pun orangnya yang menjadi pengurus di tubuh organisasi Nahdlatul Ulama (NU) harus mempunyai pandangan bahwa setiap pergerakan yang dilakukannya harus berorientasi semata-mata hanya untuk berkhidmah kepada organisasi. Ia menyebutkan jika segala bentuk perbuatan yang dilakukan sudah tidak lagi dipandang sebagai bentuk kerja namun dipandang sebagai bentuk pengabdian, maka akan menjadi suatu keberkahan, baik bagi dirinya maupun bagi organisasi.


Kiai Busyrol Kariem menuturkan, oleh karena itulah organisasi NU hingga kini masih tetap eksis, besar, dan kebermanfaatannya masih dapat dirasakan oleh masyarakat banyak. 


"Biasanya yang namanya kerja itu identik dengan upah. Maka yang harus kita miliki dan harus kita benahi sebagai pengurus NU itu adalah dengan memandang pergerakan bukan hanya sekedar kerja, tetapi adalah sebagai sebuah pengabdian. Mari kita perkuat jiwa, ruh, dan semangat perjuangan untuk berkhidmah kepada NU. Jika hal itu dilakukan insya Allah akan menjadi sebuah keberkahan. Al-khidmah miftahul barakah, bahwa pengabdian itu adalah pembuka dan kunci keberkahan," jelasnya saat membuka acara Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) ke-2 Pengurus Cabang (PCNU) Kabupaten Garut di Aula Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah Garut, Sabtu (16/9/2023). 


Ia menjelaskan agar organisasi NU tetap membumi di seluruh lapisan masyarakat, maka setiap pengurus harus tetap terus menjadi pelaku utama dalam setiap kegiatan NU.


"Maka bagi para warga Nahdliyin, sesuai dengan peraturan perkumpulan NU, kita harus benar-benar menjadi manusia yang mampu memberi contoh dan suri tauladan yang baik dalam berbagai kegiatan yang bernafaskan Islam ahlussunnah wal jamaah, baik dalam segi akidah maupun akhlaknya," tuturnya. 


Lebih lanjut kiai yang juga sebagai pimpinan Ponpes Baitul Hikmah Haurkuning Salopa Kabupaten Tasikmalaya itu menjelaskan bahwa pengurus NU yang terdiri dari Syuriah dan Tanfidziyah merupakan suatu komponen organisasi yang mempunyai kesamaan tanggung jawab. Ia menilai bahwa kerja di NU itu bukan untuk tujuan upah, melainkan untuk tujuan berkhidmah.


 "Jadi jelas, maqosidnya sama, tujuannya sama, bukan kerja karena untuk upah, tetapi prinsipnya kerja untuk berkhidmah di NU demi kemaslahatan umat manusia," jelas Kiai Busyrol. 


Ia menilai karena prinsip kerja NU didasari atas semangat khidmah para pengurus dan warganya, maka NU telah mampu menjadi organisasi yang kuat dan tetap bertahan bahkan terus menjadi besar di setiap masa pemerintahan di Indonesia.


"Kita tahu, masa pemerintahan di Indonesia terus berganti, dari masa orde lama, orde baru hingga orde reformasi. Dua masa pertama tumbang, tetapi NU tetap berkembang. Apalagi di masa reformasi sekarang, NU malah menjadi semakin berkembang. Apa yang menjadi alasannya? Karena di NU yang dicari bukan popularitas, tetapi prinsip sudah berbuat apa untuk NU, bukan prinsip sudah mendapat apa dari NU,"jelasnya. 


Atas dasar prinsip khidmah yang ditekankan oleh NU, sambung Kiai Busyrol, maka NU selamanya akan membawa manfaat bagi umat manusia dengan didasari niat karena Allah SWT. "Maka kalau NU dihubungkan kepada Allah, NU adalah wasail/perantara, dan Allah sendiri adalah maqosid/tujuan,"tuturnya. 


Islam Ahlussunah Wal Jamaah 


Kiai Busyrol menyampaikan bahwa prinsip Islam hlussunnah wal jamaah adalah salafulummah minashahabati wattabiin wa imamuhum Rasulullah. Menurutnya Islam ahlusunnah wal jamaah adalah masyarakat Islam yang mengikuti metode, corak, dan prinsip ibadahnya para sahabat, tabiin, atbauttabiin yang bersumber langsung dari Rasulullah SAW. 


Ciri utama umat Islam ahlussunnah wal jamaah adalah umat Islam yang mengikuti dan menempuh metode ulama salaf mazhab baik dari asfek akidah/tauhid, syariat/fikih, maupun akhlak/tasawufnya. 


Ia mengutip QS Fussilat ayat 33


وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ  


Artinya: "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, “Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri).  (QS Fussilat [41]: 33). 


Kiai Busyrol menjelaskan bahwa golongan yang masuk kategori orang yang terbaik (wa man ahsanu qaulan) menurut kitab tafsir al-Shawi adalah: 


Pertama, alladzina yad 'uuna ilattauhid yaitu golongan umat manusia yang selalu mengumandangkan, mengajak kepada Allah SWT melalui ilmu-ilmu para ulama yang dalam bidang tauhid telah digariskan oleh imam Abu Hasan Al-Asyari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidy. 


Kedua, alladzina yad 'uuna ilallah fil'ibadah kal 'ulamailarba'ah yaitu  golongan umat manusia yang selalu mengumandangkan, mengajak kepada Allah SWT melalui pelaksanaan ibadah yang sesuai dengan konsep mazhahibul arba'ah yang empat seperti: Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali.  


Ketiga, alladzina yad 'uuna ilallah filakhlak alkarimah yaitu golongan umat manusia yang selalu mengumandangkan, mengajak kepada Allah SWT melalui pelaksanaan konsep tasawuf/akhlak yang digariskan oleh Imam Ghazali dan Imam Junaid Al- Baghdadi. 


Keempat, alladzina yad 'uuna ilallah fil faraaid yaitu golongan umat manusia yang selalu mengumandangkan, mengajak kepada Allah SWT melalui kefardhuan-kefardhuan yang pada intinya untuk membumikan nilai-nilai keulamaan dalam setiap asfek akidah, ibadah, dan akhlakulkarimah.


"Dengan demikian, Islam yang kita pegang hari ini adalah bukan Islam yang mengusung jargon kembali kepada Al-Qur'an dan Hadis, tetapi kembali kepada Islam mazhahibul arba'ah dan ulama-ulama yang sudah mutabarah. Dalam bidang akidah/tauhid kita berpegang pada Imam Abu Hasan Al-Asyari dan Imam Abu Mansyur Al-Maturidy, bidang fikih/ibadah kepada Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafii, dan Imam Ahmad bin Hambali, bidang tasawuf berpegang pada Imam Ghazali dan Imam Junaid Al-Baghdadi. Di Indonesia, kedelapan fondasi besar itu kemudian diwadahi dalam satu organisasi besar bernama Nahdlatul Ulama,"tandas Kiai Busyrol.


Pewarta: Rudi Sirojudin Abas


Garut Terbaru