PBNU Akan Gelar Konferensi Humanitarian Islam, Diikuti 20 Profesor, Akademisi, dan Kiai dari Berbagai Negara
Senin, 4 November 2024 | 10:00 WIB

Konferensi pers PBNU memaparkan tentang kegiatan Konferensi Humanitarian Islam yang akan digelar pada 5-6 November 2024 di Jakarta. (Foto: dok. LTN PBNU)
Bandung, NU Online Jabar
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bersama Universitas Indonesia (UI) dan Centre for Shared Civilizational Values (CSCV) akan menyelenggarakan International Conference on Humanitarian Islam atau Muktamar al-Dawli al-Islam Lil Insaniyah di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, pada Selasa (5/11/2024) pagi.
Konferensi tersebut akan dibuka langsung oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, dan akan berlanjut di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, pada 5-6 November 2024.
Ketua PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla, menjelaskan bahwa gerakan Humanitarian Islam telah dikembangkan oleh Nahdlatul Ulama sejak satu dekade yang lalu.
"Humanitarian Islam merupakan kelanjutan dan penguatan terhadap konsep khittah NU 1926, Pribumisasi Islam, Islam Rahmatan lil ‘Alamin, dan Islam Nusantara serta Fiqh Peradaban yang sejalan dengan konsep dasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika," jelas Gus Ulil dalam konferensi pers yang berlangsung Jumat (1/11/2024) di kantor PBNU, Jakarta seperti dikutip dari laman resmi NU Online.
Menurut Gus Ulil, Humanitarian Islam menawarkan solusi damai yang berakar pada karakter Islam Nusantara untuk menjawab fenomena geopolitik global, meningkatnya populisme berbasis agama dan rasisme, serta tantangan sosial seperti kekerasan, perang, dan kemiskinan.
Senada dengan Gus Ulil, Ketua PBNU H Ahmad Suaedy menjelaskan bahwa Humanitarian Islam telah menjadi bahan diskusi intelektual global, terutama setelah terbitnya buku Humanitarian Islam: Reflecting on an Islamic Concept, yang diedit oleh Rüdiger Lohlker & Katharina Ivanyi dan diterbitkan oleh Brill pada 2023.
Suaedy menambahkan bahwa gerakan yang diusung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, menjadi implementasi global ajaran Ahlusunnah wal Jamaah an-Nahdliyah mengenai tawasuth (tengah-tengah), tasamuh (toleransi), tawazun (berimbang), dan i‘tidal (adil).
"Dengan berbasis dan terinspirasi oleh ajaran Islam Aswaja an-Nahdliyah dari para pendiri (muassis) NU, Gus Yahya berinisiatif membangun gerakan global Humanitarian Islam. Ajaran-ajaran tersebut dianggap sejalan dengan ideologi dan filosofi bangsa Indonesia, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika guna memberikan kontribusi bagi dunia yang damai dan adil," ujar Suaedy.
Ketua Panitia Pelaksana Konferensi Humanitarian Islam, Ahmad Ginanjar Sya'ban, menambahkan bahwa konferensi ini akan dihadiri oleh sekitar 20 profesor dan akademisi internasional, termasuk kiai dari berbagai negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Kanada, Australia, Afrika, Asia Tenggara, serta Indonesia.
"Konferensi ini akan diikuti oleh sekitar 20 profesor dan akademisi luar negeri serta kiai dan 20 peninjau dari akademisi dalam negeri," jelas Ginanjar.
Beberapa tokoh yang akan hadir antara lain Profesor Robert W. Hefner dari Boston University AS, Profesor Greg Barton dari Deakin University Australia, KH Afifuddin Muhajir dari Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo Jawa Timur, dan Profesor Ismail Fajrie Alatas dari New York University.
Acara konferensi ini akan dilanjutkan dengan rangkaian kunjungan ke situs-situs bersejarah di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta, pada 7-10 November 2024. "Acara Konferensi ini dilanjutkan dengan sejumlah rangkaian excursion ke beberapa situs-situs bersejarah di Indonesia khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta pada 7-10 November 2024," kata Ginanjar.
Ginanjar menambahkan, para peserta juga akan berkunjung ke KH Ahmad Mustofa Bisri di Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin Rembang, Masjid Menara Kudus, dan Klenteng Sam Poo Kong sebelum melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta.
"Kunjungan para peserta internasional ke Candi Prambanan dan Candi Borobudur pada 9 November 2024 akan menjadi rangkaian penutup dalam Konferensi Internasional Humanitarian Islam yang diselenggarakan oleh PBNU, CSCV, dan UI," tandas Ginanjar.