Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya

Hikmah

Merespon Pernyataan Orang

Merespon Pernyataan Orang

Kita mungkin sering mendengar, menyaksikan atau mengamati para ahli pidato berorasi, di panggung terbuka, di atas mimbar masjid, atau di layar tv, dengan agitasi-agitasi yang memukau, menggelegar dan kepalan tangan ke langit. Dalam orasi itu mereka kadang atau acap mengecam, mencaci-maki orang atau kelompok tertentu yang tidak sejalan dengan pandangan dirinya, dengan menyebut namanya dan atau lembaganya. Dan hadirin bertepuk tangan, riang, lalu pulang dengan menyimpan geram atau rasa lain.


Abu Daud, ahli hadits terkemuka menulis :


قالت عائشة رضى الله عنها كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا بلغه عن الرجل شيئ ,لم يقل ما بال فلان ولكن يقول : ما بال اقوام يقولون حتى لا يفضح احدا " ( أبو داود فى السنن حديث 4790,)


Baca Juga:
Abu Nawas dan Cara Mati Syahid bagi Para Jomblo


"Siti Aisyah, isteri Nabi, mengatakan : Jika Nabi memperoleh informasi tentang seseorang yang berperilaku/bertindak/berkata-kata tentang sesuatu yang tidak baik, beliau tidak mengatakan : “Si fulan atau si anu (menyebutkan nama) mengatakan begini atau begitu”, melainkan beliau mengatakan : “Ada suatu kaum/ komunitas yang mengatakan begini atau begitu", sehingga tidak membuka keburukan seseorang di depan publik”.


Di tempat lain ia menulis :


ان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا وجد خطأ في بعض أفعال أو أقوال صحابته, يصعد المنبر فيحمد الله و يثني عليه ثم يقول: مابال أقوام يفعلون كذا وكذا)), فلا يصرح بالأسماء لعلمه أن التصريح بأسماء المخطئين فيه خطورة على قلوبهم و نفوسهم,,( أبو داود ـ كتاب الأدب ـ 4692 صحيح الجامع).


Baca Juga:
Amalan Syekh Abu Bakr As-Syibli Hingga Dicium Keningnya oleh Nabi Muhammad SAW


“Bila Nabi menemukan/mengetahui/mendengar kekeliruan pada tindakan atau ucapan sahabatnya, beliau tampil di mimbar (masjidnya). Sesudah menyampaikan puji syukur kepada Allah, beliau mengatakan : “Ada suatu kaum (komunitas) melakukan ini dan itu”. (Beliau tidak menyebut nama sahabatnya itu. Beliau sangat menjaga ucapannya bahwa menyebut nama orang yang melakukan tindakan salah/keliru, akan menyakiti hati dan melukai jiwanya).


Imam Bukhari, dalam kitab Sahihnya, menulis bab : “Man Lam Yuwaajih al-Nas bi al-‘Itab” (Nabi tidak berceramah di hadapan publik dengan mencerca, mencela seseorang).


Sampai di sini, kita mungkin akan berpikir, (atau terprovokasi), lalu bertanya-tanya: dalam hal apa saja Nabi mengatakan demikian?. Bagaimana jika perbuatan atau ucapan orang itu termasuk kejahatan publik?, Bagaimana pula jika ia termasuk isu yang controversial?.


Baca Juga:
Urgensi Nilai Dasar Pergerakan, Ketua Kaderisasi Nasional PB PMII: Sudah Saatnya Dikembangkan


Nah. Inilah soalnya. Dan respon dengan pikiran yang beragam dengan ekspresi berbeda-beda niscaya akan muncul.


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU

Editor: M. Rizqy Fauzi

Artikel Terkait