Garut

Innalilahi, Pengasuh Pesantren Al-Huda Garut Hj Euis Paridah Meninggal Dunia

Senin, 16 Juni 2025 | 07:08 WIB

Innalilahi, Pengasuh Pesantren Al-Huda Garut Hj Euis Paridah Meninggal Dunia

Almarhumah Hj Euis Paridah, Pengasuh Pesantren Al-Huda Garut. (Foto: PP Al-Huda Garut).

Garut, NU Online Jabar
Innalilahi wa Innailaihi raji'un, kabar duka menyelimuti warga Nahdliyin Kabupaten Garut. Pasalnya, pengasuh pesantren Al-Huda, Hj Euis Paridah binti KH Oman Hidayat meninggal dunia pada Ahad (15/6/2026). Almarhumah dimakamkan di Komplek Makam Tanjung, Tarogong Kaler, tepat berada di samping makam suaminya, almaghfurlah KH Ulumuddin Banani. 


Sebelumnya beberapa waktu yang lalu, almarhumah sempat masuk Rumah Sakit Nurhayati Garut dan kemudian dirujuk ke rumah sakit di Bandung. Mengingat kesehatannya yang tak kunjung membaik, pihak keluarga memutuskan untuk membawa pulang almarhumah ke rumah kediamannya di Komplek Pesantren Al-Huda, Jalan Otista, Tarogong, Garut.


Almarhumah menghembuskan nafas terakhirnya tepat pada Ahad (15/6/2025) sekira pukul 10.30 WIB. 


Proses pemakaman berlangsung khidmat dengan penuh duka cita dengan diantar oleh sanak keluarga, handai taulan, para tetangga, santri/santriawati, para alumni Al-Huda, dan termasuk jajaran dari PCNU Garut. Bertindak sebagai pembaca talqin adalah Rais Syuriah PCNU Garut, KH R Amin Muhyiddin Maulani. 


Dalam kesempatan tersebut, Kiai Amin mengungkapkan bahwa almarhumah sebagai pejuang pesantren sejati. Ia menyebut bahwa almarhumah merupakan seorang ibu, bukan hanya bagi para puteranya melainkan juga bagi para santrinya.


"Pesantren Al-Huda alumni santrinya berpuluh ribu dan menyebar di seluruh Garut, bahkan luar Garut. Saya yakin, ia tidak hanya sebagai panutan bagi para putera-putrinya, melainkan juga bagi para santri. Sejak saya mengenal almarhumah sebagai besan, saya menjadi saksi bahwa ia penyantun, dan bersifat ramah kepada siapa saja yang mengunjungi pesantren Al-Huda.  Saya yakin juga bahwa alumni yang tersebar itu, selama mondok di pesantren tidak lepas dari jasanya," paparnya.. 


Kiai Amin juga menambahkan, bahwa atas dasar jasa almarhumah itulah kemudian para alumni disebutnya sebagai anak sabab dari almarhumah.


"Selain ada anak nasab, ada juga yang disebut anak sabab. Para alumni itulah yang kemudian menjadi anak sabab. Almarhumah menjadi sabab para alumni mendapatkan ilmu keagamaan. Semoga dengan banyaknya anak sabab, dapat menghantarkan almarhumah mendapatkan ampunan dan rida Allah, "jelasnya. 


Pada kesempatan yang sama, mewakili alumni, KH Juanda menilai bahwa kepergian almarhumah jangan dianggap sebagai kehilangan segala-galanya bagi pesantren Al-Huda.  Menurutnya, kepergian almarhumah harus dijadikan sebagai semangat untuk tetap memperjuangkan eksistensi pesantren Al-Huda. 


"Boleh jadi mataharinya Al-Huda, KH Ulumudin Banani telah tiada. Kini bulannya Al-Huda juga telah wafat. Tapi kami yakin para putera-puterinya yang akan menjadi bintang-bintang yang akan tetap menerangi umat," imbuhnya. 


"Saya juga berpesan kepada semua alumni. Meskipun mereka berdu telah meninggalkan kita, kini yang menjadi guru kita semua adalah putera-putrinya," tandas Kiai Juanda.


Sebagai informasi, almarhumah mempunyai lima putera yakni KH. Wildan Hilmi Banani (Pimpinan Ponpes), Hj Nenden, KH Irfan Hadian Banani (alm), Hj Lina Nuraeni, dan H Muhammad Rifki Banani (ketua KBIH Al-Huda).


Hj Euis Parida adalah putri dari seorang ulama kharismatik Garut, KH Oman Hidayat, seorang alumni dari Mama Ahmad Syatibi Gentur, Cianjur yang dikenal alim Allamah. Sejak kecil, beliau tumbuh dalam lingkungan pesantren dan terbiasa dengan suasana ilmu, zikir, dan pengabdian.


Dalam perjalanannya, almarhumah menjadi pendamping KH. Ulumuddin Banani, salah satu tokoh kharismatik di kalangan pesantren NU Garut yang semasa hidupnya dikenal gigih membina santri dan umat. Sebagai istri kiai, beliau menjalankan perannya dengan penuh keikhlasan dan kesetiaan, mendampingi suami dalam dakwah, membina para santri, dan menjadi panutan di tengah masyarakat.