• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Ubudiyah

Inilah Shalawat Nabi yang Ditulis Imam Syafi'i agar Terbebas dari Hisab

Inilah Shalawat Nabi yang Ditulis Imam Syafi'i agar Terbebas dari Hisab
Inilah Shalawat Nabi yang Ditulis Imam Syafi'i agar Terbebas dari Hisab. (Ilustrasi: NUJO/MRF).
Inilah Shalawat Nabi yang Ditulis Imam Syafi'i agar Terbebas dari Hisab. (Ilustrasi: NUJO/MRF).

Shalawat merupakan salah satu bentuk pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam kitab Ihya Ulumuddin yang dikarang oleh Imam Al-Ghazali menyebutkan keutamaan dan ganjaran ketika kita membaca Shalawat Nabi yang dikutip dari Al-Quran dan sejumlah riwayat hadits.


Dilansir dari NU Online, Imam  Al-Ghazali mengutip keutamaan lafal Shalawat Nabi yang ditulis Imam As-Syafi’i pada karya ushul fiqihnya, Kitab Ar-Risalah. Al-Ghazali mengisahkan perjumpaan Abul Hasan dengan Rasulullah saw dalam mimpinya.


وروي عن أبي الحسن قال رأيت النبي صلى الله عليه و سلم في المنام فقلت يا رسول الله بم جوزي الشافعي عنك حيث يقول في كتابه الرسالة وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الغَافِلُوْنَ فقال صلى الله عليه و سلم جوزي عني أنه لا يوقف للحساب


Artinya, "Diriwayatkan dari Abul Hasan, ia bercerita, ia mimpi bertemu Rasulullah saw, ‘Wahai Rasulullah, apa hadiah besar untuk As-Syafi’i yang bershalawat dalam Kitab Ar-Risalah-nya, ‘Wa shallāllahu ‘alā Muhammadin kullamā dzakarahudz dzākirūna, wa ghafala ‘an dzikrihil ghāfilūna?’ ‘Hadiah besarku untuk As-Syafi’i bahwa ia tidak akan dihentikan untuk hisab nanti,’’” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 391).


Shalawat Nabi yang ditulis oleh Imam As-Syafi’i dalam Kitab Ar-Risalah adalah sebagai berikut:


وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ كُلَّمَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ وغَفَلَ عَنْ ذِكْرِهِ الغَافِلُوْنَ


Wa shallāllahu ‘alā Muhammadin kullamā dzakarahudz dzākirūna, wa ghafala ‘an dzikrihil ghāfilūna.


Artinya, "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya untuk Nabi Muhammad saw sebilangan orang yang mengingat-Nya dan sebilangan orang yang lalai mengingat-Nya."


Banyak cara untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Ada sebagian orang menggunakan lafal shalawat dan salam dengan fi’il madhi. Sebagian orang lainnya menggunakan fi’il amr. Sejauh masih menggunakan lafal shalawat dan salam, maka itu diperbolehkan untuk para nabi dan rasul.


Dengan kata lain, kita boleh membaca shalawat dan salam untuk para nabi. Kita tidak diperbolehkan untuk membaca selain shalawat dan salam.


ولا يجوز الدعاء للنبي صلى الله عليه وسلم بغير الوارد كرحمه الله بل المناسب واللائق في حق الأنبياء الدعاء بالصلاة والسلام


Artinya, "Tidak boleh mendoakan Nabi Muhammad SAW dengan lafal yang tidak warid seperti lafal ‘Rahimahullāhu’. Tetapi lafal yang sesuai dan layak untuk para nabi dan rasul adalah lafal shalawat dan salam,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Kasyifatus Saja, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah], halaman 4).


Dengan kata lain tidak ada ketentuan baku perihal shalawat dan salam untuk nabi karena pada prinsipnya shalawat dan salam adalah doa yang dimohon kepada Allah untuk Nabi Muhammad saw atau para nabi dan rasul yang lain. Wallahu a’lam. 


Penulis: Alhafiz Kurniawan
Editor: Muhammad Rizqy Fauzi


Ubudiyah Terbaru