Nyai Hadidjah Imron Rosjadi Pejuang Laswi dan Muslimat NU dari Jawa Barat
Ahad, 10 November 2024 | 10:50 WIB
Berawal dari kekaguman saya kepada sosok Kiai Imron Rosjadi, tokoh Ketua GP Ansor periode 1954 sampai 1963. Dalam tulisan Abdullah Alawi, Kiai Imron Rosjadi adalah seorang Diplomat dimasa setelah kemerdekaan, beliau bertugas di Irak (1947 - 1950) dan Arab Saudi (1950 - 1952), dan pernah menjabat Kuasa Usaha di Kedutaan Besar RI di Swiss (1955) dan Arab Saudi (1958).
Kiai Imron Rosjadi adalah tokoh kelahiran Indramayu 12 Januari 1916. Pendidikan formalnya di HIS Indramayu lulus tahun 1929, MULO di Bandung dan Cirebon lulus tahun 1934. Kemudian Pendidikan keagamaannya di Pondok Pesantren Jamsaren Solo pada tahun 1935, Madrasah Rabithah Alawiyah Solo, dan di Madrasah Unwanul Falah Kwitang, Jakarta pada tahun 1936.
Setelah lulus kuliah di Bagdad Irak beliau kembali ke Indonesia dan menjadi pengurus GP Ansor, setahun kemudian diamanahi menjadi Ketua PP GP Ansor dan Jabatan-jabatan di PBNU. Itu mungkin sekelumit perjalanan Kiai Imron Rosjadi suami dari Nyai Hadidjah Soemadilaga.
Sebagai seorang istri dari Tokoh Negara dan Organisasi peran Nyai Hadidjah tak kalah hebatnya. Dibeberapa catatan dan informasi yang saya kumpulkan, Nyai Hadidjah Soemadilaga adalah putri Wedana Soreang Rd. Soemadilaga dan lahir dari seorang ibu trah ningrat, Nyai R. Hj Retnasari keturunan Ki Astamanggala atau Rd, Wiraangunangun Bupati pertama Bandung (1641-1681), dan dari jalur ayahnya yaitu Rd. Soemadilaga bersambung pula keatasnya ke keluarga Ki Astamanggala.
Dari beberapa catatan kecil yang saya temukan, beliau lahir di Labuan Banten 19 Mei 1930. Di masa remaja, Nyai Hadidjah pernah menjadi anggota Kelaskaran Wanita atau Laswi dari 15 Oktober 1945 sampai 21 Juli 1947, tepatnya di daerah Lembang, Bandung Utara.
Laswi adalah gerakan kaum perempuan dalam membantu para pejuang BKR/TKR. Laswi dipimpin oleh Sumarsih Subiyati biasa dipanggil Yati Aruji, istri Arudji Kartawinata, komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Divisi III Jawa Barat yang kelak menjadi Divisi Siliwangi.
Saat itu di dalam tubuh Laswi terdapat Kepengurusan Barisan Pemuda Putri (BPP) yang dipimpin Nyai Hadidjah Soemadilaga yang dilantik langsung oleh Kol. Sukanda Bratamenggala dari BKR (Badan Keamanan Rakyat). Dimasa setelah Kemerdekan dan terjadinya Agresi Militer, Barisan Pemuda Putri berperan menjadi Dapur Umum, Palang Merah dan menjadi kurir/ penghubung antar Pasukan BKR/TKR.
Disebuah catatan singkat diceritakan sejarah berdirinya Barisan Pemuda Putri (BPP) dan para Pengurusnya saat itu,
Ketua : Mies Hadidjah Soemadilaga Wakil ketua : Nani
Sekertaris : Tati
Bendahara : Yati
Pembantu :Martini
Baca Juga
Kumpulan Doa untuk Kebaikan Rumah Tangga
Diceritakan pula tentang gugurnya para Pejuang, diantaranya Saudara Hamid dan Badjuri pada 19 Desember 1945, Saudara Soepardi Sujud dan Sulaeman di Singaparna dan Ukas di Rancaekek.
Ketika saya mencari informasi dan catatan tambahan tentang Nyai Hadidjah, dari mulai jadi aktivis hingga pernikahannya dengan Kiai Imron Rosjadi, ternyata sulit sekali mendapatkan informasi tentang Nyai Hadidjah, dikarenakan sangat minim bahkan hampir tak ada tulisan yang memuat kisah hidup tentang Nyai Hadidjah.
Ternyata kebaikan itu punya jalan sendiri dan pasti akan terungkap, tiba-tiba saya teringat beberapa album foto yang dititipkan salah seorang keluarga beliau kepada saya setahun yang lalu. Setelah dibuka dan dibersihkan karena ada beberapa bagian sampul yang sudah rusak, saya menemukan sebuah foto pernikahan beliau, dibalik foto itu ada tulisan 30 Agustus, namun di tulisan tahun agak kurang jelas, setelah beberapa kali tulisan itu di zoom lewat foto tertulis 1951 atau 1953.
Saya berasumsi dan dikaitkan dengan rangkaian perjalanan Pendidikan dan Karier Kiai Imron dibeberapa catatan, peristiwa pernikahan itu sepertinya sekembalinya Kiai Imron dari Irak dan Arab Saudi rentang waktu 1947 sampai 1952 menjadi diplomat. Jadi kemungkinan besar Pernikahan itu di tahun 1953. Dan di tahun itu pula Kiai Imron aktif di Nahdlatul Ulama tepatnya di GP Ansor, dan setahun kemudian Kiai Imron diangkat jadi Ketua PP GP Ansor.
Dengan keaktifan Kiai Imron Rosjadi di Nahdlatul Ulama, otomatis Nyai Hadidjah sering ikut mendampingi beliau di acara-acara Nahdlatul Ulama. Di beberapa sampul undangan dan potongan koran di jaman itu nama beliau tertulis dan aktif di FAWA (Fedaration Asian Women Asociation). Dibeberapa foto terlihat beliau berfoto bersama dengan utusan FAWA dari negara Asia lainnya di depan sebuah Masjid dan Taman. Saat itu Nyai Hadidjah menjadi Perwakilan dari Indonesia dan Muslimat NU di Konferensi FAWA di Tokyo, Jepang tanggal 1-3 Juli 1970.
Ada hal yang menarik dari sebuah potongan koran yang kemungkinan tahun 1970an, disitu tertulis ketika beliau menjenguk KH. Moch Ilyas sewaktu sakit dan dirawat di ruangan Cendrawasih RS Cipto Mangunkusumo, KH. Moch Ilyas adalah wakil ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Periode 1968 - 1973. Nyai Hadidjah menjenguk dengan beberapa wartawan Antara sekembalinya dari Tokyo, "NJ Chadidjah Pimpinan Muslimat N.U isteri ketua komisi luar negeri/Hankam DPRGR."
Nyai Hadidjah menyampaikan pula kepada KH. Moch ilyas, bahwa beliau baru pulang dari Konferensi FAWA, dan menyampaikan pesan salam dari umat Islam yang ada di Jepang yang saat itu meningkat berjumlah 10 ribu orang. Di dalam berita itu tertulis Pimpinan Muslimat NU atau mungkin saja beliau adalah salah satu pimpinan di Muslimat NU, karena di dalam sejarah Muslimat NU, sekitar tahun 1970an Ketua Muslimat dijabat Nyi. Hj. Mahmudah Mawardi.
Keyakinan saya tentang beliau adalah pengurus Muslimat diperkuat dengan ditemukannya beberapa foto beliau menghadiri Kongres Muslimat dan ada beberapa foto beliau menghadiri Kongres Fatayat. Namun catatan tentang beliau menjabat sebagai apa belum ditemukan.
Ditengah aktifitas beliau sebagai seorang aktivis Organisasi dan istri Pejabat Negara, sang suami Kiai Imron Rosjadi berpulang atau wafat. Kiai Imron Rosjadi wafat tahun 1993, jabatan Kiai Imron di PBNU saat itu sebagai Mustasyar.
Setelah kewafatan Kiai Imron Rosjadi, Nyai Hadidjah Soemadilaga meneruskan perjuang suami yang beliau cintai, sampai akhirnya beliau wafat di bulan Maret 2014 dan di makamkan di belakang makam Kiai Imron Rosjadi di Pemakaman Soemadilaga Cikuya, Cicalengka, Kabupaten Bandung.
Kisah perjalanan hidup Nyai Hadidjah Soemadilaga dan Kiai Imron Rosjadi banyak diisi dengan kiprah perjuangan dan teladan yang patut dicontoh untuk generasi bangsa dan kader-kader Nahdlatul Ulama.
Terimakasih kepada beberapa sumber atas informasi dan data yang bisa saya olah, terkhusus Abdullah Alawi, Kevin dan Keluarga Besar Soemadilaga dan Ijang Solehudin atas informasi awal tentang makam Kiai Imron.
Penulis: Nasihin
Terpopuler
1
Gus Yahya Respons Wacana Pendanaan MBG Melalui Zakat: Perlu Kajian Lebih Lanjut Karena Kategori Penerima Zakat Sudah Ditentukan
2
Profil Alex Pastoor dan Dany Landzaat, Dua Asisten Pelatih yang Dampingi Kluivert di Timnas Indonesia
3
Khutbah Jumat Terbaru: Bulan Rajab, Momentum untuk Tingkatkan Kualitas Spiritual Diri
4
Refleksi Harlah ke-102 NU: Membangun Sinergitas Harokah dalam Ber-NU
5
Pentingnya Menggerakkan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama di Kota Bogor Menjelang Harlah ke-102
6
MoU Haji 2025 Ditandatangani, Indonesia Akan Berangkatkan 221 Ribu Jamaah
Terkini
Lihat Semua