• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Senin, 29 April 2024

Sejarah

KOLOM BUYA HUSEIN

Maraj Al-Bahrain Yaltaqiyan, Tempat Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir

Maraj Al-Bahrain Yaltaqiyan, Tempat Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir
Maraj Al-Bahrain Yaltaqiyan, Tempat Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir
Maraj Al-Bahrain Yaltaqiyan, Tempat Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir

Syams dari Tabriz, Azerbaijan, Persia, mendesah dalam gelisah :


"Aku adalah air yang berputar-putar dalam diriku sendiri dan telah menjadi diam. Sebentar lagi akan menjadi bau. Lalu aku bertemu Rumi. Airku mulai mengalir dan terus mengalir, jernih, sedap dan melenyapkan dahaga." (Syamsi Tabrizi).


Di Konya, usai ziarah dan salat di masjid (Cami) Syams Tabrizi yang mungil dan sepi, aku jalan kaki menuju satu masjid yang lain, sebelum nantinya ke masjid di samping kuburan Syeik Al-Qunawi, anak tiri Al Syeikh Al Akbar, Ibnu Arabi, aku berhenti di depan sebuah prasasti. Aku tertegun lalu membacanya :


"Di sinilah deburan "dua samudera" bertemu dan menumpahkan rindu. 10-Nopember 1244. Dua samudera adalah Syamsi Tamrizi (sang matahari) dan Jalal al-Din Rumi (sang purnama). Bagai disebut dalam al-Qur'an : "Maraj al-Bahrain Yaltaqiyan", tempat pertemuan Nabi Khidr dan Musa. As.


Kata-kata "Maraja al Bahrain" itu ada dalam surat Ar-Rahman ayat 19-20. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan…” Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas (barzakh) yang tidak dilampaui masing-masing.”


Kemudian dalam surat Al Furqan ayat 53, disebutkan “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al-Furqan: 53).


Kata Barzakh, bermakna ruang antara yang memisahkan antara dua ruang, dua dunia, dua keadaan.


Dulu, Platon, Aristoteles dan Iskandar Agung juga ke tempat ini. Di situ ada " Ma-ul Hayah" (Air Kehidupan). Abdul Karim Al Jili dalam bukunya "Al Insan Al Kamil" menyebutkan kisah itu. Plato mengutip kata-kata Khidhir saat menemuinya di sana :


من شرب ماء الحياء لا يموت ابدا


"Siapa yang minum air ini, dia tak akan mati".


KH Husein Muhammad, salah seorang Mustasyar PBNU


Sejarah Terbaru