Hikmah

Puasa Tasu’a dan Asyura, Puasa atas Rasa Syukur Nabi Musa Terbebas dari Kejaran Firaun

Senin, 15 Juli 2024 | 11:00 WIB

Puasa Tasu’a dan Asyura, Puasa atas Rasa Syukur Nabi Musa Terbebas dari Kejaran Firaun

Ilustrasi Nabi Musa membelah laut kabur dari kejaran Firaun (Freepik)

Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah Swt, bulan pertama dari 12 bulan yang ada dalam penanggalan Hijriyah ini, Allah Swt telah memilih empat di antaranya sebagai bulan-bulan mulia (asyhurul hurum), yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharrram, dan Rajab. Keempat bulan ini memiliki keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh delapan bulan yang lainnya.


Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:


اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu (QS At Taubah [9]: 36).


Mulianya bulan Muharram yang penuh dengan makna dan keutamaan. Pada bulan tersebut umat islam disunnahkan untuk berpuasa pada hari 9-10 Muharram atau yang sering disebut dengan puasa Tasu’a dan Asyura.


Puasa pada bulan Muharram adalah puasa yang utama setelah bulan Ramadhan sebagaimana HARI Muslim berikut


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم) 


Artinya, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam.” (HR Muslim).


Puasa Tasu’a
Puasa sunnah di hari kesembilan pada bulan Muharram disebut sebagai puasa Tasu’a, adalah puasa sebagai pembeda umat Rasulullah Saw dengan puasa kaum Yahudi. Dimana Yahudi hanya berpuasa sehari saja pada 10 Muharram atau Asyura.


عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا مَرْفُوعًا: صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ، صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ (رواه أحمد


Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu (Rasulullâh bersabda): ‘Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya’.” (HR Ahmad)


Dalam hadis lain juga disebutkan bahwa Puasa Tasu’a dilaksanakan sebelum Asyura adalah sebagai pembeda antara yang dilakukan oleh Yahudi dengan umat Rasulullah Saw


عن عَبْد اللهِ بْن عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، يَقُولُ: حِينَ صَامَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ» قَالَ: فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ، حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 


Artinya, "Dari Abdullah Ibnu Abbas ra berkata: "Ketika Rasulullah saw ‎berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, mereka ‎bertanya: "Wahai Rasulullah, hari Asyura itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang ‎Yahudi dan Nasrani." Kemudian Rasulullah saw bersabda: "Kalau demikian, Insya Allah tahun depan ‎kita berpuasa juga pada hari yang kesembilan. Abdullah Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya: "Tetapi ‎sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah saw telah wafat." [HR Muslim, Nomor Hadits 1134).


Hadis lainnya juga diriwayatkan Imam Ahmad bin Hambal dari Ibnu Abbas.


 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ وَصُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا وَبَعْدَهُ يَوْمًا 


Artinya, "Berpuasalah kalian pada hari Asyura, dan selisihilah orang-orang Yahudi, berpuasalah kalian sebelumnya atau sesudahnya.”


Puasa Asyura
Puasa Asyura mulanya adalah puasa yang dikerjakan oleh Nabi Musa As atas rasa syukurnya kepada Allah Swt yang terbebas dari kejaran Firaun. Puasa tersebut lalu diikuti oleh kaum Yahudi dan Quraisy di masa Jahiliyah sebagai peringatan atas kejadian tersebut, sebagaimana riwayat Ibnu Abbas


Ibnu Abbas adalah seorang sahabat, saudara sepupu Nabi yang dikenal sangat ahli dalam tafsir al-Qur’an, ia meriwayatkan bahwa saat Nabi berhijrah ke Madinah, beliau menjumpai orang-orang Yahudi di sana mengerjakan puasa Asyura. Nabi pun bertanya tentang alasan mereka berpuasa. Mereka menjawab:


 هُوَ يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ فِيهِ مُوسَى وَأَغْرَقَ آلَ فِرْعَوْنَ فَصَامَ مُوسَى شُكْرًا لِلَّهِ فَقَالَ أَنَا أَوْلَى بِمُوسَى مِنْهُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ 


“Allah telah melepaskan Musa dan Umatnya pada hari itu dari (musuhnya) Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Musa berpuasa pada hari itu, dalam rangka bersyukur kepada Allah”. Nabi bersabda : “Aku lebih berhak terhadap Musa dari mereka." Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan menyuruh para sahabatnya agar berpuasa juga." (HR. Bukhari; No: 1865 & Muslim, No: 1910)


Hal senada juga diriwayatkan oleh Abu Musa al-Asy’ari, hari asyura adalah hari yang diagung-agungkan oleh kaum Yahudi sebagai hari raya pembebasan Nabi Musa dari kejaran Firaun


كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ يَوْمًا تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَتَتَّخِذُهُ عِيدًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوهُ أَنْتُمْ 


“Hari Asyura adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan dijadikan oleh mereka sebagai hari raya, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda: “Berpuasalah kamu sekalian pada hari itu." (H.R. Bukhari, No: 1866; Muslim, No: 1912)


Keutamaan Pusa Asyura
Mengerjakan puasa sunnah pada hari Asyura keutamaannya diantaranya disebutkan dalam hadits Nabi:


سُئِلَ عَنْ صِياَمِ يَوْمِ عَاشُوْرآءَ؟ قَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ 


"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab: “Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim, No: 1977)


Sehari setara 30 hari puasa


 عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَاَن لَهُ كَفَارَةً سَنَتَيْنِ، وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا. (رواه الطبراني في الصغير وهو غريب وإسناده لا بأس به) 


Artinya: “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw bersabda: ‘Orang yang berpuasa pada hari Arafah maka menjadi pelebur dosa dua tahun, dan orang yang berpuasa sehari dari bulan Muharram maka baginya sebab puasa setiap sehari pahala 30 hari puasa’.” (HR at-Thabarani dalam al-Mu’jamus Shaghîr. Ini hadits gharîb namun sanadnya tidak bermasalah).


Pada bulan ini adalah moment untuk setiap hamba meningkatkan kualitas takwa, sebab orang yang melakukan maksiat pada keempat bulan tersebut salah satunya Muharram akan mendapat balasan dosa yang lebih besar. Selain dosa yang mengalami pelipatgandaan balasan, pahala amal ibadah juga demikian.


Selain itu pada bulan ini juga terdapat peristiwa-peristiwa penting yang perlu diketahui, setidaknya ada 20 persitiwa, mulai diciptakannya Nabi Adam As hingga wafatnya cucu Nabi Muhammad Saw Sayyiduna Husein ra