• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Sejarah

Aisyah binti Ahmad Al-Qurthubiyah​​​​​​​: Perempuan Kutu Buku Menjomblo

Aisyah binti Ahmad Al-Qurthubiyah​​​​​​​: Perempuan Kutu Buku Menjomblo
(Ilustrasi: Freepik.com).
(Ilustrasi: Freepik.com).

Aisyah bint Ahmad al-Qurthubiyyah (w. 1009 M). Ia dikenal publik Kordoba, Spanyol, sebagai perempuan cerdas dan penyair Andalusia terkemuka di zamannya. Pengetahuannya luas, dan lebih dari itu ia adalah Syughufah bi al-Qira-ah wa al-Mu’anasah bi al-Kutub, seorang gila membaca buku, si kutu buku. Rumahnya dipenuhi tumpukan buku. Ia bahkan mempunyai perpustakaan pribadi berisi buku-buku dan manuskrip-manuskrip yang jarang dimiliki orang lain. Sebagian koleksinya dihadiahkan ke Perpustakaan Kordoba. Tulisan tangannya sangat indah. Khalifah Andalusia, Abd al-Rahman III, bergelar “al-Nashir”( sang pemenang), adalah pengagum Aisyah, sekaligus menaruh perhatian dan memberikan penghormatan yang tinggi kepadanya karena kapasitas intelektualnya yang menonjol, bahkan di antara para intelektual laki-laki.

 

Ibn Hayyan al-Tauhidi, seorang sastrawan dan sejarawan besar, dalam bukunya "Al-Muqtabas" memberikan kesaksian atas kepiawaian perempuan cerdas tersebut. Ia menyampaikan kekagumannya yang luar biasa terhadapnya,

 

لَمْ يَكُنْ فِى جَزَائِرِ الْاَنْدَلُس فِى زَمَانِهَا مَنْ يَعْدِلُهَا فَهْماً وَعِلْماً وَأَدَباً وَشِعْراً وَفَصَاحَةً وَعِفَّةً وَجَزَالَةً وَحَصَافَةً  

“Tak ada seorang pun di Andalusia pada zaman itu, yang mampu mengungguli Aisyah al-Qurthubiyyah, dalam banyak aspek; pengetahuan, sastra, puisi, kefasihan bertutur dan keluhuran pribadinya.” 

 

Sementara penulis buku Al-Marghib (Sejarah Maroko), menyebutnya sebagai Innaha Min ‘Ajaib Zamaniha wa Gharaib Awaniha (dia perempuan paling mempesona dan paling “ajaib/aneh”, out of the box, pada zamannya.

 

Menjomblo

 

Sampai akhir hayatnya Aisyah tetap melajang, tidak menikah, jomblo. Pertanyaan yang selalu muncul adalah "Mengapa memilih tidak Menikah?". Tak ada informasi untuk menjawab pertanyaan ini. Para analis hanya menduga-duga; mungkinkah karena tidak ada laki-laki yang pantas? Mungkikah karena ia bingung memilih satu dari sekian banyak laki-laki yang melamarnya? Tetapi banyak orang menduga bahwa ia tidak menikah karena: 

 

لِانْشِغَالِهَا بِالْعِلْمِ وَالتَّعَلُّمِ اَوْ لِكَوْنِهَا آثَرَتْ الْمُطَالَعَةَ فِى بُطُونِ الدَّفَاتِرِ عَلَى مُطَالَعَةِ وُجُودِ الْخُطَّابِ

 

“Lebih sibuk dengan ilmu pengetahuan dan belajar, membaca dan meneliti daripada mengamati wajah-wajah para pelamarnya.”

 

Ada pula yang menduga : 

 

وأَنَّ لَذَّةَ الْمعرِفَةِ أغْنَتْهَا عَنْ لَذَّةِ الزَّوَاجِ وَالْاِرْتِبَاطِ

 

“Menggumuli ilmu pengetahuan jauh lebih nikmat daripada kenikmatan menikah dan terikat.”
Diambil dari buku "Ulama dan Intelektual Yang Memilih Menjomblo"


Sejarah Terbaru