• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Risalah

Belajar dari Kasus Arteria, Pemahaman atas Keragaman Budaya itu Niscaya

Belajar dari Kasus Arteria, Pemahaman atas Keragaman Budaya itu Niscaya
Peta kuna yang memperlihatkan pertemuan batas Kerajaan Sunda dan Kerajaan Jawa (Dok. sea.lib.niu.edu)
Peta kuna yang memperlihatkan pertemuan batas Kerajaan Sunda dan Kerajaan Jawa (Dok. sea.lib.niu.edu)

Orang pusat kembali membuat gara-gara yang membuat resah masyarakat di daerah. Tindakan ceroboh seorang tokoh di pusat kekuasaan, membuat etnik terbesar kedua di Indonesia jadi bergolak. Bagi si tokoh, mungkin hal itu hanya kekenesan politik, tanpa menyadari dampaknya di kalangan bawah. Alih-alih menyadari kekeliruannya, tokoh di pusat itu malah lebih suka bersembunyi di balik argumen yang semakin tidak jelas. Di sinilah pentingnya para pemangku kekuasaan untuk lebih arif. Suatu hal yang menurutnya sepele, bisa berdampak luas dan menimbulkan akibat yang tak pernah diduga di tingkat akar rumput.

 

Kali ini Anggota Komisi III DPR RI Arteria Dahlan yang membuat ulah. Dalam Rapat Kerja dengan Kejaksaan Agung (17/01), ia meminta agar Jaksa Agung mengganti Kajati Jawa Barat karena menggunakan bahasa Sunda dalam rapat. Kebetulan Kajati Jabar dimaksud tengah dijabat oleh orang  Sunda pula, Asep Mulyana. Mengganti adalah bahasa lain untuk mencopot. Di tengah keterbukaan media saat ini, saat rapat terbuka itu disiarkan media, otomatis ucapan Arteria dipahami sebagai penghinaan terhadap budaya Sunda.
 

Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS), Angkatan Muda Siliwangi (AMS), Paguyuban Pasundan (PP), Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis), langsung bereaksi keras atas ucapan anggota DPR RI itu. Tuntutan mereka sama, segera ganti Arteria Dahlan, karena dinilai telah menghina bahasa Sunda, sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya Sunda. 
 

Tweet Gubernur Ridwan Kamil (18/01) bisa menggambarkan betapa mengganggunya ucapan anggota dewan tersebut.

 

“Searifnya Bang Arteria Dahlan meminta maaf kepada masyarakat Sunda. Negeri ini sudah lelah dengan pertengkaran. Nusantara ini kaya karen perbedaan, termasuk bahasa. Jika tidak nyaman silakan sampaikan keberatan, namun minta pemecatan jabatan menurut saya itu berlebihan. Mari jaga persatuan.”

 

Dalam nada sama, Ketua PWNU Jawa Barat KH Juhadi Muhammad (19/01) juga menyesalkan ucapan Arteria di forum resmi itu. 

“Kasus ini memperlihatkan masih perlunya pemahaman tentang keragaman budaya Nusantara bagi para pemangku kekuasaan. Pemahaman yang dangkal seperti itu hanya akan membayahakan fondasi persatuan dan kesatuan bangsa kita.”

 

Ulah Arteria ini tentu menjadi pelajaran pahit bagi partai pengusungnya. Publik Sunda akan menanti apa yang akan dilakukan partai atas ulah kadernya itu. Sikap tegas partai melihat reaksi keras masyarakat Sunda, tentu sangat dinantikan.

 

Namun, dari kasus ini dapat pula diambil hikmah bahwa orang Sunda ternyata bisa satu suara. Ketika budaya Sunda diganggu, semua terpanggil untuk membela dan mempertahankan. Inilah peluang besar bagi siapapun yang ingin mengelola potensi orang Sunda untuk mempercepat tercapainya kesejahteraan rakyat di Jawa Barat. Syarat utamanya adalah memiliki pemahaman atas budaya secara baik. Selalu memberi ruang, bukan menyalahkan. Senantiasa membuka dialog, bukan menyudutkan.
 

Hurip Sunda!
 

Iip Yahya


Editor:

Risalah Terbaru