Oleh Jani Noor
Ada banyak alasan untuk memilih mengabdikan diri di Nahdlatul Ulama (NU). Dorongan kuat seseorang memilih NU biasanya lahir dari faktor keluarga. Seseorang yang terlahir dari keluarga NU, memiliki kecendrungan lebih kuat untuk mengabdikan diri di NU.
Ajengan Bubung Nizar S.Pdi adalah salah satunya. Pria kelahiran Tasikmalaya, 15 Juni 1984 ini memilih NU sebagai jalan pengabdiannya. Saat ini Nizar tercatat sebagai Ketua Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Kota Tasikmalaya, salah satu organisasi sayap PC GP Ansor yang fokus di bidang dakwah.
Nizar adalah da’i muda yang cepat beradaptasi dengan perkembangan teknologi komunikasi. Ia cukup aktif di media sosial dan rajin menyapa jamaahnya. Sesekali ia menampilkan solawatan atau melantunkan syair yang kontekstual dengan kondisi di masyarakat. Misalnya ajakan untuk kampanye damai dalam Pilpres atau Pilkada. Suara da’i muda ini terbilang merdu saat membawakan lagu atau melantukan solawat Nabi.
Langkah yang diambil alumni Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya untuk memilih mengabdi di NU, ini bukan tanpa alasan. Nizar terlahir dari lingkungan keluarga besar NU, yaitu Pondok Pesantren Al Mukhtariyah Rancamacan, Mangkubumi, Kota Tasikmalaya.
"Ayah saya, KH. Encoh Mukhtaman adalah ketua IPNU pertama di Tasikmalaya. Sejak lahir, saya sudah dididik nilai-nilai ke-NU-an oleh beliau," kata Nizar.
Meski terlahir dari keluarga NU tulen, tidak lantas menjadikan pria lulusan STAI Tasikmalaya ini jumawa. Sebagai seorang nahdliyyin, Nizar sadar betul jika harus mumpuni dari segi keilmuan. Khususnya yang berkaitan dengan ilmu agama Islam.
Pasalnya, kata Nizar, sebagai organisasi yang didirikan oleh para alim ulama yang dimotori hadtaus Syaikh Hasyim Asy'ari, NU menanamkan banyak hal dalam berbagai disiplin keilmuan. Tidak hanya masalah akidah Islam ala ahlus sunnah wal jamaah saja.
"Jika kita cermati ideologi dan harokah NU ini, menanamkan banyak hal tentang kehidupan," ungkapnya.
Di dalamnya, kata Nizar, ada berbagai macam nilai kehati-hatian dalam segala bentuk. Mulai dari yang menyangkut masalah furuiyah, akidah, muamalah, jinayah bahkan nilai patriotisme dan kenegaraan, juga ada di tubuh NU.
Keseluruhannya itu, kata Nizar, dirumuskan oleh para kyai dan alim ulama yang jumhur dan mumpuni di bidang keilmuannya masing-masing.
"Nilai-nilai ini yang kemudian berusaha saya tanamkan dalam diri saya," ujarnya.
Alhasil dengan seluruh alasan itulah yang membuatnya kian merasa yakin untuk memilih NU sebagai jalan pengabdiannya. Lewat organisasi yang dipimpinnya, MDS Rijalul Ansor, ia ingin turut serta menjadi bagian yang menghidupkan NU di Kota Tasikmalaya.
Penulis adalah jurnalis tinggal di Kota Tasikmalaya.
Terpopuler
1
Barak Militer Vs Pesantren
2
Jejak Perjuangan KH Muhammad asal Garut: Dari Membangun Pesantren hingga Menjaga NU
3
Pesantren Karangmangu Bertaraf Nasional, Cetak Puluhan Khatimin dari Berbagai Daerah
4
Dialog Refleksi Harlah ke-70, IPPNU Tasikmalaya Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Pendidikan dan Kepemimpinan
5
IPPNU Kota Banjar Kunjungi Dinas Sosial, Bahas Kasus Sosial dan Penguatan Ketahanan Keluarga
6
BPBD Jabar Siap Tangani Bencana Alam di Bandung Barat, Karawang, dan Bekasi
Terkini
Lihat Semua