• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Rabu, 15 Mei 2024

Opini

Pesantren dan Upaya Fasilitas Kesehatan

Pesantren dan Upaya Fasilitas Kesehatan
Ilustrasi: NU Online
Ilustrasi: NU Online

Oleh Abdul Muiz Syaerozie

Cuaca sedang tidak bersahabat. Banyak orang mudah jatuh sakit. Diperparah lagi dengan situasi mengganasnya Covid-19. Kita memang dituntut ekstra untuk menjaga diri agar tidak jatuh sakit.

Sementara tiap malam, via televisi saya menonton perhelatan sepak bola terbesar di benua Eropa. Penontonnya berkerumun, tidak jaga jarak, bahkan banyak yang tak pakai masker.

Ada beberapa kemungkinan menanggapi fenomena ini. Pertama, mungkin suporter sepak bola di piala Eropa tidak bisa dikendalikan oleh aparat setempat sehingga mereka abai terhadap protokoler kesehatan. Padahal masyarakat Eropa sering dipromosikan sebagai masyarakat yang memiliki kesadaran yang tinggi tentang pola hidup sehat.

Kedua, mungkin juga para penonton di laga Euro 2021 itu telah melalui proses yang sangat ketat. Mereka, dizinkan masuk ke stadion jika sudah di swab, divaksin, sampai cek medis oleh tim kedokteran.

Ketiga, boleh jadi di negara yang sedang menggelar perhelatan akbar sepak bola itu, Covid-19 tidak begitu menggemparkan. Covid-19 dianggap penyakit biasa (endemik) yang tidak mengancam keselamatan jiwa manusia. Dan tafsir kemungkinan ini kelihatannya tampak jauh dari kebenaran.

Keempat, ada kemungkinan cuaca di tempat pelaksanaan piala Eropa sedang baik sehingga tidak mengancam banyak orang mudah jatuh sakit. Dengan demikian, fasilitas kesehatan tidak akan dibuat kalang kabut.

Namun fakta di Indonesia justru berbeda. Kita tidak bisa memungkiri bahwa, tiap hari selalu saja ada berita lelayu (orang meninggal). Di media sosial, di speaker-speaker masjid dikabarkan bahwa saudara-saudara kita, kawan-kawan kita, sahabat-sahabat kita, bahkan orang yang kita kenal tanpa disangka-sangka telah mendahului ke hadirat Allah SWT.

Kita juga sering disodori informasi, baik melalui WAG, Facebook, Instagram dll, tentang rumah sakit yang tak lagi mampu menampung jumlah pasien. Orang-orang yang sakit dievakuasi ke rumah sakit, namum tak tertangani dengan cepat dan baik hingga akhirnya pasien meninggal dunia.

Kita menyadari betul bahwa fasilitas kesehatan yaitu -rumah sakit, klinik, balai pengobatan- di negara kita masih sangat minim. Jumlah tenaga medis juga tidak seimbang dengan banyaknya jumlah penduduk. 

Akibatnya, ketika musim pancaroba seperti sekarang ini, pelayanan kesehatan ketental-tental. Orang numpuk di rumah sakit, bercampur dengan penderita Covid-19. Walhasil, yang mula-mula sakit biasa, dalam kondisi imunitas tubuh yang lemah, tertular pula virus Covid-19. Akhirnya, penyakit lama kembali kambuh.

Oleh karena itu, setidaknya ke depan kita butuh empat langkah. Pertama, perbanyak fasilitas kesehatan seperti rumah sakit klinik dan lain-lain. Strategi ini akan lebih efektif jika pesantren-pesantren yang menjadi ujung tombak masyarakat didorong untuk ikut mendirikan rumah sakit, klinik dan lain sebagainya. 

Kedua, kuota beasiswa di bidang ilmu kedokteran, farmasi, bidan dan yang berhubungan diperbanyak jumlahnya. Ini penting untuk menyiapkan SDM di bidang kesehatan. Harapannya jumlah tenaga medis bisa seimbang dengan jumlah penduduk. 

Ketiga, gencar kampanye pola hidup sehat di tengah masyarakat kita. Dan keempat, perbanyak perguruan tinggi di bidang ilmu kesehatan. 

Nah, yang nomor 4 ini, sebenarnya banyak pesantren yang ingin mendirikan sekolah tinggi ilmu kesehatan, tetapi persyaratan biayanya sangat besar. Mana ada pesantren sugih duit.

Jadi ingat dulu, yang ikut perang banyak dari para santri dan kiai. Giliran yang boleh jadi tentara nasional hanya orang-orang yang punya ijazah sekolah militer Jepang dan Belanda saja. Cuma sedikit -untuk tidak dikatakan tidak ada - santri dan kiai ikut sekolah ala jepang dan Belanda. 

Penulis adalah Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Cirebon
 


Opini Terbaru