• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Kamis, 2 Mei 2024

Opini

Palestina, Piala U-17 dan Pilpres 2024

Palestina, Piala U-17 dan Pilpres 2024
Palestina, Piala U-17 dan Pilpres 2024
Palestina, Piala U-17 dan Pilpres 2024

Saat ini, kita terfokuskan pada tiga peristiwa besar yang sedang berlangsung. Pertama adalah konflik Palestina dan Israel yang telah menyita perhatian seluruh dunia terkait kekejaman yang berlangsung. Kedua, pelaksanaan Piala Dunia U-17 yang melibatkan peserta dari puluhan negara di dunia. Terakhir adalah pemilihan presiden tahun 2024 yang menentukan wajah bangsa ini lima tahun ke depan. Ketiga peristiwa tersebut menjadikan anak muda sebagai titik fokus.


Anak-anak muda sebagai Korban
Konflik Israel Palestina telah berlangsung lebih dari sebulan. Peristiwa paling mematikan yang pernah terjadi sejak awal abad ke 21 ini berawal dari serangan kelompok bersenjata Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023. Tercatat lebih dari satu ribu orang menjadi korban dalam serangan mendadak tersebut. Israel yang memang tercatat sebagai negara yang paling banyak membunuh warga Palestina sepanjang sejarah kelahirannya sejak tahun 1940-an membalas secara membabi buta. Lebih dari 11.000 korban tewas dan puluhan bahkan ratusan ribu lainnya terdampak. Jumlah korban pastinya akan terus bertambah seiring dengan belum berakhirnya konflik berdarah sekaligus mematikan ini. Ironisnya, mayoritas korban adalah anak-anak dan remaja. Lebih dari itu, baik pasukan Hamas maupun Israel nyatanya juga didominasi oleh anak-anak muda.


Dari sudut pandang usia, konflik Israel Palestina adalah konflik dengan korban utamanya adalah anak muda. Tidak mengherankan jika konflik ini dilihat sebagai bentuk genosida. Hal itu tidak saja dilihat dari kuantitas korban, kekuatan yang jomplang antara dua kubu yang bertikai, akan tetapi dari kelompok umur berapa yang menjadi korban. Masa depan kehidupan bangsa Palestina benar-benar dihancurkan seiring “pembasmian” anak-anak mudanya.


Piala Dunia sebagai Panggung Anak Muda
Di saat kita menangisi apa yang menimpa anak muda di Palestina, kita disuguhkan pergelaran Piala Dunia U-17 dari 10 Nopember sampai 2 Desember 2023. Indonesia dipilih sebagai tuan rumah menggantikan Peru yang mengundurkan diri pada April 2023. Ini adalah Piala Dunia U-17 pertama paska wabah covid 19.


Bagi Indonesia, Piala Dunia ini sangat berarti karena inilah untuk kedua kalinya, anak-anak muda Indonesia tampil di pentas dunia setelah sebelumnya tampil pada perhelatan Piala Dunia U-20 tahun 1979. Sebenarnya, Indonesia sebelumnya ditunjuk sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2023. Penolakan kehadiran tim Israel mendorong FIFA membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah. Pada Piala Dunia U-17 kali ini, sebanyak 24 negara berhasil mengirimkan timnya untuk berlaga di pentas akbar ini. Rakyat Indonesia tentunya sangat antusias menyaksikan anak-anak mudanya tampil dengan percaya diri menghadapi tim-tim elit dunia. 


Pilpres 2024 dengan Isyu Utama Anak Muda
Tepat tanggal 13 Nopember 2023 yang lalu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat menetapkan tiga pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden untuk Pemilu tahun 2024. Pada saat yang sama ketiga pasangan tersebut ditetapkan nomor urutnya berdasarkan undian. Hasilnya pasangan Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar menempati nomor 1. Sementara dua pasangan lainnya Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Rakha dan Ganjar Pranowo dan Muh. Mahfud MD berturut-turut menempati nomor 2 dan 3.


Hal yang paling banyak menarik perhatian dari Pilpres kali ini adalah tampilnya Gibran Rakabuming Rakha. Selain sebagai seorang anak Presiden petahana, Joko Widodo, Gibran yang baru berusia 36 tahun juga tercatat sebagai calon paling muda sepanjang sejarah penyelenggaraan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia.


Tampilnya Gibran bisa dipandang sebagai sesuatu yang segar dalam konteks usia di panggung politik setingkat Pilpres. Selama ini panggung politik paling prestisius ini diisi oleh generasi yang relatif “tua”, bahkan dalam kasus tertentu sudah terlalu “tua”. Namun penampilan ini nyatanya diiringi oleh beragam kontroversi termasuk tuduhan telah merusak tatatan negara melalui keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) no 90 tahun 2023.


Tentu saja proses ini akan menjadi catatan tersendiri dalam sejarah perjalanan politik kepemimpinan Indonesia. Untuk saat ini, bisa jadi peristiwa ini adalah noktah hitam yang sedikit banyak mendeligitimasi penyelanggaraan Pilpres 2024. Akan tetapi kita tidak tahu bagaimana wajah politik Indonesia ke depan seiring dengan fenomena bonus demografis yang akan dihadapi bangsa Indonesia kurang lebih satu dekade ke depan.   


Di Tangan Anak Muda, Masa Depan Digantungkan
Tiga peristiwa di atas menyuguhkan realitas yang sangat kontras sekaligus ironis bagi anak-anak muda. Betapa tidak, kita menyaksikan dengan pilu dan pesimistis mayat-mayat anak muda Palestina dan juga Israel bergelimpangan dengan kondisi yang mengerikan. Di sisi lain, ada suguhan optimisme akan masa depan ketika anak-anak muda begitu bersemangat bermandikan keringat bertarung layaknya gladiator menunjukkan sekaligus membuktikan kesiapan dan kehebatan mentalitas mereka berada di bawah sorotan kamera dan mata dunia dalam panggung Piala Dunia U-17. Mereka tidak membutuhkan privilege untuk bisa tampil penuh percaya diri. Pada saat yang sama, panggung politik nasional melahirkan dilema bagi anak muda. Mereka yang telah berjibaku dari bawah guna membangun track record yang baik seperti “dicuri” startnya oleh langkah segelintir politisi muda dengan berbagai modal privilege orang tua atau kerabatnya.


Namun jika boleh jujur dikatakan bahwa tampilnya Gibran plus adik ipar dan adik bungsunya hanyalah puncak gunung es dari fenomena nepotisme di panggung politik kita. Banyak anak muda yang tampil dari satu pemilu ke pemilu lainnya. Hampir setiap selesai perhelatan pemilu, berbagai media menyoroti siapa anggota parlemen termuda yang terpilih. Ironisnya mayoritas mereka berasal dari keluarga elit yang sudah mapan dan malang melintang di dunia politik tanah air.


Belajar dari berbagai peristiwa di atas dengan segala serba serbinya, anak muda tetaplah anak muda dimana di atas pundak mereka masa depan kehidupan dunia ini akan digantungkan. Peribahasa Arab menyatakan “pemuda saat ini adalah pemimpin di masa depan”. Wallahu a’lam


Didin Nurul Rosidin, Direktur Pesantren Terpadu Al-Mutawally Kuningan, Wakil Rais Syuriah PCNU Kuningan
dan Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon


Opini Terbaru