Opini

Menyoal 'Cadar' Band Sukatani

Sabtu, 8 Maret 2025 | 20:35 WIB

Menyoal 'Cadar' Band Sukatani

Band Sukatani. (Foto: IG @sukatani.band).

Mendapatkan ribuan tanggapan hingga lebih dari komentar di media sosial NU Online Jabar mengenai Membaca Simbol Tulisan Arab pada Band Sukatani yang dirilis pada Senin (3/3/2025) lalu, membuat semakin penasaran saya untuk lebih mengkaji band punk asal Purbalingga, Jawa Tengah, Sukatani.


Tampaknya, publik respek akan band yang semua lirik dari lagu-lagunya itu berisikan narasi kritikan. Jika sebelumnya, yang dikaji adalah persoalan tulisan Arab pada kata Sukatani, kali ini saya akan mencoba mengkaji cadar atau penutup kepala yang dipakai kedua personil band Sukatani tersebut.


Entah mengapa, ketika melihat penutup kepala yang dipakai dua personil band Sukatani, pikiran ini langsung merujuk pada sebuah penutup kepala sejenis burqa, niqab, maupun cadar yang lazim digunakan oleh muslim perempuan Arab yang dimana Islam menjadi hukum formalnya, seperti misalnya di Arab Saudi, Afganistan, dan yang lainnya. 


Ataukah karena nama bandnya bertuliskan Arab, sehingga dalam benak saya, bahwa penutup kepala itu langsung merujuk pada sebuah cadar, burqa, maupun niqab. Entahlah, yang jelas penutup kepala yang dipakai itu memiliki pesan tersendiri dan sarat makna yang mendalam. 


Memang dalam aliran musik bernuansa keras, penampilan yang nyentrik, dan tak lazim sering menjadi pilihan tertentu. Selain untuk menjadi ciri khas, penampilan yang nyentrik dan tak lazim  juga dipilih agar sebuah band tertentu mudah dikenal dan lain dari pada yang lain. 


Atas penutup kepala yang dipakai personil band Sukatani, saya memandangnya sebagai bagian ambigu penampilan. Mengapa ambigu, karena jika dilihat dari kesehariannya, kedua personil itu dilihat dari identitas namanya adalah nama yang sedikit Islami, Muhammad Syifa Al Lufti untuk personil pria dan Novi Citra Indriyati untuk personil perempuan. Ambigu penampilan juga dicirikan dengan nama panggung kedua personil band Sukatani, Twister Angel dan Alectroguy. 


Identitas cadar yang dipakai kedua personil band Sukatani juga mengingatkan saya pada sebuah teori Dramaturgiss Ervin Goffman, dimana realitas di depan panggung (front stage) sering kali jauh berbeda dengan kenyataan di belakang panggung (back stage). Kenyataan demikian semakin jelas manakala salah satu personil band Sukatani, Novi Citra Indriyati adalah seorang guru di sekolah Islami dimana dalam kehidupan kesehariannya, ia memakai jilbab. 


Tampaknya, pemakaian cadar oleh kedua personil band Sukatani itu menandakan bahwa, sekali lagi, Islam bersahabat dengan seni. Tidak ada yang salah dengan seni, selagi seni itu bermanfaat. Pemakaian cadar juga, terutama bagi Novi Citra Indriyati menegaskan seolah meskipun ia sebagai pelaku seni tidak serta merta menggadaikan identitas keislamannya, terlebih misi band ini adalah menyuarakan suara-suara kaum tertindas, marginal. 


Jadi, teruslah berkarya untuk band Sukatani. 


Rudi Sirojudin Abas, salah seorang peneliti kelahiran Garut yang juga penikmat seni