• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Minggu, 28 April 2024

Opini

Khutwah PMII Wajib Berpedoman pada Khittah Nahdliyah

Khutwah PMII Wajib Berpedoman pada Khittah Nahdliyah
Khutwah PMII Wajib Berpedoman pada Khittah Nahdliyah. (Foto: NU Online)
Khutwah PMII Wajib Berpedoman pada Khittah Nahdliyah. (Foto: NU Online)

Oleh Heri Kuswara

Merujuk pada ide dasar berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yaitu adanya hasrat kuat para mahasiswa Nahdliyin untuk membentuk suatu wadah (organisasi) mahasiswa yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja), jelaslah bahwa PMII adalah bagian yang tak terpisahkan dari Nahdlatul Ulama (NU). 


PMII merupakan Garda Muda Intelektual Nahdlatul Ulama, jika dibolehkan saya menyebutnya, PMII adalah salah satu anak kandung Nahdlatul Ulama. PMII beranggotakan masyarakat intelektual muda dan komunitas ilmiah Nahdliyin, oleh karenanya yang tergabung kedalam PMII adalah mereka yang usianya di generasi Y (Generasi Millennials) dan Generasi Z (Generasi Alpha). 


Kedua generasi ini adalah generasi yang sangat progresif, cerdas dan kreatif dalam literasi digital (digital literacy) bahkan banyak pengamat mengatakan kedua generasi ini adalah generasi penguasa literasi digital. Tidak heran, jika Ketua Umum PB PMII,  Sahabat Abdullah Syukri (Gus Abe) dalam Orasi Pengukuhannya Sebagai Ketua Umum PB PMII Pada tanggal 26 Juni 2021, berbicara tentang Transformasi Organisasi diberbagi bidang (Internal dan Ekternal).  


Dalam Transformasi Teknologi misalnya menghadirkan Pltaform Digital e-pmii dan Digital Movement dalam mewujudkan kader-kader PMII menjadi Key Opinion Leader (KOL) dalam sebuah Command Center.


Ide dasar lahirnya PMII, bagi penulis merupakan khittah yang harus dipedomani dan dijadikan landasan dalam bermanhaj oleh sahabat-sahabat PMII. Khittah yang berideologi Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) ini, selaras dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) PMII, juga terkonfirmasi pada proses kaderisasi formal dan non formal PMII, yakni senantiasa menjadikan Ideologi Ahlusunnah Waljama’ah sebagai salah satu materi pokok dan penting dalam setiap rangkaian kaderisasinya. 


Atas dasar itulah, sebagai garda terdepan intelektual muda NU, setiap  nafas dan denyut nadinya, PMII harus bermanhaj Fikrah Nahdliyyah yakni: (1). Bidang aqidah/teologi bermanhaj pada pemikiran Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. (2). Bidang fiqh/hukum Islam, bermazhab secara qauli dan manhaji kepada salah satu al-Madzahib al-‘Arba’ah (Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali). Dan (3) Bidang tasawuf, NU mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali. 


Dalam mewujudkan Khittah Nahdliyah, diperlukan khutwah yaitu berupa langkah-langkah dinamis yang sesuai dengan situasi, lingkungan dan kondisi yang dihadapi demi kemaslahatan ummat (masyarakat). begitupun PMII dalam melaksanakan transformasinya diberbagai bidang, tentu dengan khutwah yang sejalan dengan khittah Nahdliyah. 


Sebagai Pergerakan Intelektual yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama, PMII mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan mabadi khaira ummah agar tercipta  islahul ummah dalam berbagai aspek kehidupan. Kenapa demikian?, karena PMII adalah ruang dan media strategis dalam mewujudkan islahul ummah. 


Transformasi yang dilakukan PMII harus berpegang teguh pada Haraqah mabadi khaira ummah yaitu Al-shidq, Al-amanah wa al-wafa’ bi al-ahd, At-ta’awun, Al-‘adâlah dan Al-Istiqâmah serta empat prinsip haraqah nahdliyah yaitu toleran, welas asih, lembut dan suka rela.


Dalam setiah pergerakannya, PMII harus sejalan dengan Khasais Fikrah Nahdliyah yakni tathowwuriyah (berkembang), tawassutiyah (moderat) dan manhajiyah (metodologis), serta selaras dengan Kredo Nahdliyah yakni  “al-muhafadhotu 'ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah ('Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”, lebih lanjut Romo Yai Ma’ruf melengkapi kredo NU tersebut dengan konsep al-ishlah ila ma huwal ashlah tsummal ashlah fal ashlah, yaitu sebagai upaya perbaikan ke arah yang lebih baik lagi dan seterusnya (continual improvement). 


Untuk mewujudukan Khittah & Kutwah Nahdliyah,  Romo Yai Ma’ruf  memaknai  keberIslaman ala NU harus menjadi warna di dunia global. Hal ini selaras dengan yang dikemukakan Rais ‘Aam PBNU, Romo Yai Miftah dengan menancapkan cita-cita Nahdlatul Ulama untuk “Men-‘dladl’-kan dunia yaitu menjadikan NU kedepan sebagai pusat peradaban islam dunia. 


Ketua Umum  PBNU (KH Yahya Cholil Staquf)  Menterjemahkan cita-cita Nahdlatul Ulama tersebut  dengan Menetapkan Arah Perjuangan Nahdlatul Ulama dengan mengusung semangat Tema “Merawat Jagat. Membangun Peradaban”. Atas dasar itulah, Transformasi yang akan, sedang dan telah dilakukan PMII, sewajibnya berpedoman pada arah dan cita-cita perjuangan Nahdlatul Ulama. 


Hadirnya sebuah tipologi, ciri khas umat Islam di Nusantara, yang dikenal dengan istilah Islam Nusantara, dengan tokoh sentralnya Romo Yai Said (Prof Dr. KH Said Aqil Siroj, MA/Mustasyar PBNU) menurut penulis adalah sebuah Khutwah Brilian yang harus diimplementasikan PMII dalam melakukan transformasi organisasi baik internal maupun ekternal. 


Islam Nusantara merupakan konsep berislam yang bercorak Ahlu al-Sunnah Wa al-Jamā’ah yang berlandaskan empat prinsip nahdliyah yaitu tawāsuth (moderat), tawāzun (seimbang), taāwun (kasih sayang) dan i’tidal (lurus, adil). Islam Nusantara hadir sebagai upaya membangun dan menguatkan tiga persaudaraan yakni ukhwah Islāmiyyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhwah Wathānyyah (persaudaraan sesama warga negara) dan ukhwah Insāniyyah (persaudaraan sesama manusia) menjadi baik dan damai.


Bahwa Transformasi Adalah Sunnatullah Yang Pasti Terjadi Dan Akan Terus Terjadi. Yang Patut Dipermasalahkan Adalah Bagaimana Mensikapi Transformasi Tersebut.  Di Sinilah Posisi PMII dalam memahami khittah dan khutwah NU, Khutwah itu sebuah keharusan, namun khutwah tanpa berpedoman pada Khittah adalah sebuah ketersesatan. 


Oleh karenanya bentuk Transformasi apapun yang dilakukan PMII dalam menjawab perkembangan dan tantangan  jaman, sewajibnya berpijak pada khittah nahdliyah. Begitupun dalam menjalankan haraqah mabadi khaira ummah, PMII harus senantiasa berpedoman pada Khasais Fikrah dan Kredo Nahdliyah. Dengan Demikian, Transformasi yang dilakukan PMII akan menjadi salah satu penentu terwujudnya cita-cita dan arah perjuangan Nahdlatul Ulama. 


Penulis Pernah Aktif di PMII Bekasi Th 1994-1996, PMII Jakpus 1998-2000) yang sekarang aktif sebagai Sekretaris Pimpinan Pusat Pergunu sekaligus Wakil Ketua LPTNU Jabar


Opini Terbaru