• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Opini

Hari Bumi 2024: Planet vs Plastik 

Hari Bumi 2024: Planet vs Plastik 
Earth day. (Ilustrasi: NU Online/freepik)
Earth day. (Ilustrasi: NU Online/freepik)

Pada 22 April 2024, tampaknya sebagian besar rakyat Indonesia memusatkan perhatian mereka pada pembacaan hasil keputusan Mahkamah Konstitusi tentang gugatan hasil Pemilihan Presiden 2024 sehingga mereka melupakan pentingnya hari ini bagi bumi dan kemanusiaan. Tanggal 22 April adalah Hari Bumi (Earth Day) internasional yang tahun ini bertemakan “Planet vs Plastik”. 


Hari Bumi kali ini adalah momen sangat penting untuk merenungkan kebutuhan mendesak untuk mengatasi salah satu tantangan lingkungan paling mendesak zaman kita ini: pencemaran plastik. Pencemaran plastik menuntut perhatian yang lebih serius dan upaya bersama dari individu, komunitas, dan pemerintah.


Data Pencemaran Plastik

Pencemaran plastik telah menjadi wabah, menyebabkan kerusakan luar biasa pada ekosistem planet, kehidupan liar, dan kesehatan manusia. Dari kedalaman lautan hingga puncak gunung, limbah plastik telah merasuki setiap sudut Bumi, meninggalkan jejak kehancuran lingkungan di belakangnya. Plastik sekali pakai, khususnya, telah muncul sebagai ancaman yang merajalela, menyumbat aliran air, merusak kehidupan laut, dan mencemari tanah dan udara.


Dari sisi produksi, secara global, lebih dari 350 juta ton metrik plastik diproduksi setiap tahun, dengan tingkat produksi yang terus meningkat tiap tahunnya. Asia, termasuk negara-negara seperti Indonesia, China, dan India, menyumbang bagian signifikan dari produksi plastik dunia yang didorong oleh industrialisasi dan urbanisasi yang cepat.


Dari segi konsumsi, plastik sekali pakai, termasuk tas, botol, dan kemasan makanan, merupakan bagian signifikan dari konsumsi plastik di seluruh dunia. Di Indonesia, konsumsi plastik per kapita untuk kemasan melebihi rata-rata global, berkontribusi pada krisis limbah plastik yang semakin meningkat di negara ini.


Dampak Pencemaran Plastik 

Meskipun ada upaya untuk meningkatkan sistem pengelolaan sampah plastik, sebagian besar sampah plastik berakhir di lingkungan, terutama di lautan dan aliran air sungai. Indonesia menempati peringkat sebagai salah satu kontributor terbesar di dunia terhadap pencemaran plastik laut di mana sungai menjadi jalur utama bagi sampah plastik untuk mencapai laut.


Pencemaran plastik ini mengancam serius ekosistem laut. Jutaan hewan laut dan burung laut mati setiap tahun akibat menelan atau terjebak dalam serpihan plastik. Terumbu karang, habitat laut yang vital, juga terancam karena limbah plastik menyumbat koloni karang dan mengganggu keseimbangan ekologi laut.


Pencemaran plastik tidak hanya mempengaruhi lingkungan laut tetapi juga ekosistem darat, termasuk hutan, sungai, dan daerah perkotaan. Di Indonesia, limbah plastik mencemari sumber air, memperparah banjir, dan mengancam keanekaragaman hayati di daerah yang sensitif secara ekologis seperti hutan hujan dan hutan mangrove.


Selain itu, dampak pencemaran plastik meluas dari dunia alami ke kesehatan manusia. Mikroplastik, partikel kecil yang berasal dari kerusakan barang plastik yang lebih besar, telah ditemukan di air minum, makanan laut, dan bahkan udara yang kita hirup. Mikroplastik ini dapat mengandung bahan kimia berbahaya dan racun, mengancam kesehatan manusia, termasuk gangguan endokrin dan efek karsinogenik.


Memerangi Pencemaran Plastik

EARTHDAY.ORG, gerakan lingkungan internasional yang bekerja dengan ratusan ribu aktivis di 192 negara, berkomitmen untuk mengakhiri plastik demi kesehatan manusia dan planet dan menuntut penurunan 60% dalam produksi semua plastik pada tahun 2040.


Tema “Planet vs Plastik” memanggil semua pihak untuk menyebarkan kesadaran global tentang risiko plastik, secara cepat menghentikan semua plastik sekali pakai, mendesak adanya Perjanjian PBB yang kuat tentang pencemaran plastik, dan menuntut diakhirinya fast fashion.


Hari Bumi ini adalah panggilan bagi semua pihak untuk bertindak mewujudkan langkah-langkah konkret untuk mengurangi pencemaran plastik dan mempromosikan ekonomi sirkular.


Sebagai individu, kita dapat memulai dengan meminimalkan penggunaan plastik sekali pakai, memilih bahan alternatif yang dapat digunakan kembali, dan melakukan pembuangan limbah yang bertanggung jawab. Komunitas dapat mengorganisir pembersihan lingkungan, inisiatif daur ulang, dan kampanye kesadaran untuk melibatkan dan memberdayakan warga dalam melawan pencemaran plastik.


Cara yang paling efektif untuk melawan pencemaran plastik adalah dengan mengurangi (reduction) konsumsi plastik dan ketergantungan pada plastik sekali pakai. Warga dapat membangun kebiasaan-kebiasaan yang ramah lingkungan seperti menggunakan tas, botol, dan wadah yang dapat digunakan kembali, dan menghindari kemasan yang tidak perlu.


Semua pihak juga dapat bertindak dengan melakukan budaya penggunaan kembali (reuse) untuk meminimalkan limbah plastik. Bisnis dan konsumen dapat mencoba solusi inovatif seperti stasiun pengisian ulang  dan redesain produk yang dapat memperpanjang umur pakai produk plastik dan mengurangi konsumsi secara keseluruhan.
Manajemen limbah yang tepat dan infrastruktur daur ulang (recycle) merupakan komponen sangat penting dari upaya untuk melawan pencemaran plastik. Pemerintah, bisnis, dan komunitas harus berinvestasi dalam fasilitas daur ulang, sistem pengumpulan, dan kampanye edukasi publik untuk mempromosikan pembuangan limbah yang bertanggung jawab. 


Selain itu, pemerintah harus memainkan peran penting dalam menyusun dan menegakkan kebijakan (policy action) yang mengatur produksi plastik, mempromosikan alternatif yang ramah lingkungan, dan berinvestasi dalam infrastruktur pengelolaan limbah yang berkelanjutan. Indonesia, dengan sumber daya yang melimpah dan ekonomi yang berkembang pesat, memiliki kesempatan untuk menjadi contoh dan muncul sebagai mercusuar kepemimpinan lingkungan di dunia.


Hanya Planet Bumi yang Kita Punya

Saat kita memperingati Hari Bumi 2024 dengan tema "Planet vs Plastik," jelas bahwa tindakan kolektif sangat penting untuk melindungi planet kita dan menjamin masa depan yang berkelanjutan bagi semua. Dengan memahami data tentang penggunaan plastik, mengakui dampaknya yang mendalam terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, dan menerapkan strategi yang efektif untuk melawan pencemaran tersebut, kita dapat menciptakan jalan menuju planet yang lebih bersih dan lebih sehat.


Pada Hari Bumi ini, selayaknya kita bersatu dalam komitmen kita untuk mengurangi pencemaran plastik, melindungi ekosistem berharga kita, dan melestarikan keindahan alam planet kita untuk generasi mendatang. Saat kita menghadapi tantangan yang menakutkan yang dihadapi oleh pencemaran plastik, saatnya kita mengambil inspirasi dari semangat kolektif Hari Bumi dan komitmen bersama untuk melindungi planet kita untuk generasi mendatang. 
Secara bersama, kita melawan pencemaran plastik, mengembalikan kesehatan ekosistem kita, dan membuka jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan bagi kita sekarang pada hari ini dan generasi mendatang di hari esok dan lusa. 


Pada Hari Bumi ini dan seterusnya, kita berdiri bersama dalam tekad kita untuk melindungi planet kita yang berharga ini dan melestarikan keindahan alamnya untuk kita semua dan generasi mendatang. Mengapa? Karena sejauh ini Bumi inilah satu-satunya planet yang bisa manusia tinggali. 


Asep Muhamad Iqbal, Centre for Asian Social Science Research, FISIP, UIN Bandung


Opini Terbaru