• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Opini

Beramal Saleh di Bulan Ramadhan yang Suci

Beramal Saleh di Bulan Ramadhan yang Suci
Ilustrasi (NU Online)
Ilustrasi (NU Online)

Oleh KH Sa’dulloh 

Ramadhan telah tiba, ruang paling berharga yang disediakan oleh Allah swt untuk para hamba guna meningkatkan kadar ketaqwaannya. karena segala amal pada bulan ini akan diimbal dengan berlipat ganda. namun demikian tidak semua hamba merasa akan keistimewaan ini, kecuali mereka yang sadar akan tumpukan dosa-dosa yang telah dilakukan.

Secara historitas bahwa amaliah kaum Muslimin dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan tidak sedikit jumlahnya. Mulai dari mengumpulkan harta benda sebagai bekal untuk berpuasa selama sebulan penuh, bersilaturrahim dengan keluarga, kerabat maupun handai tolan untuk saling bermaaf-maafan, ada juga yang menyambutnya dengan menanamkan sikap moril yang mendalam untuk termotivasi melakukan rangkaian amal ibadah di dalamnya, bahkan ada juga dari para sahabat, tabi`in, dan para ulama menyambut kedatangannya dengan bermuhasabah atau evaluasi diri tentang amal perbuatan yang telah dilakukan selama 11 bulan yang lalu dan masih banyak lagi teknis-teknis lainnya.  

Sebagai wujud motivasi kita untuk mengevaluasi perbuatan yang telah lalu maka kita harus menjawab narasi pertanyaan berikut ini. Pernahkah kita menghitung dosa yang kita lakukan dalam satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, bahkan sepanjang usia kita? Andaikan saja kita bersedia menyediakan kotak kosong, lalu kita masukkan semua dosa-dosa yang kita lakukan,kira-kira, apa yang terjadi? kita dapat menduga kuat bahwa kotak tersebut tak berbentuk kotak lagi, karena tak mampu menahan muatan dosa yang telah kita lakukan. Bukankah shalat kita masih " bolong-bolong "?.Bukankah shalat kita sering terlambat, dikerjakan mau habis waktunya dan tidak khusyuk? . Bukankah kita pernah menahan hak faqir miskin? Bukankah kita pernah, bahkan sering berbohong,  mengingkari janji, bersumpah dengan sumpah yang palsu, bersikap munafik, mencerca manusia, mengejeknya, menuduhnya, berburuk sangka padanya, iri hati, hasad, mengobarkan rasa benci membenci ,dan dendam pada seseorang?

Bukankah kita pernah merasa diri paling benar, paling pintar dari orang lain, ta'adjub, riya, sombong, marah yang tak pada tempatnya, angkuh, congkak, merasa paling hebat, dan tinggi dari orang lain? Bukankah karena lidah kita, tangan kita, badan, kaki kita, mata dan hati kita pernah menyakiti manusia lainnya?

Bukankah kita pernah menyelipkan kertas amplop pada petugas administrasi demi untuk kelancaran urusan kita, bermanis muka, lain di mulut, lain di hati, bersikap munafik pada pejabat dan penguasa, menyandarkan urusan padanya, agar kita dipandang pegawai yang baik dan banyak kerja, pada hakikatnya banyak yang tidak kita kerjakan, malah kita asyik berdiri di depan komputer, chatting, Facebook, Twitter, main game, dan melihat website atau situs-situs yang tidak baik melalui jaringan internet, menghabiskan waktu memakan harta yang tidak berhak kita makan, tanpa kita menyadarinya, bahwa hal itu bukan hak kita. Bukankah kita pernah menerima uang yang tak jelas statusnya, sehingga pendapatan kita berlipat ganda? Bukankah kita sering tak mau menolong orang yang  meminta bantuan pada kita, menolong saudara kita yang  dalam kesulitan, walaupun kita sanggup menolongnya?

Bulan Ramadhan yang kita hadapi merupakan momentum yang sangat berharga untuk merubah dan membenah diri. Bulan Ramadhan adalah situasi yang amat ampuh untuk menjawab aneka pertanyaan di atas jika memang terbukti ada dalam masing-masing kepribadian kita karena bulan inilah bulan yang penuh ampunan, bulan yang penuh dihiasi dengan keridhaan, kasing sayang, dan lain sebagainya. Lalu yang harus kita lakukan adalah bertaubat seraya memohon ampun dan magfirah-Nya, mengharap ridhanya, merengkuh kasih dan sayangnya, berserah diri sepenuhnya. Seperti yang telah difirmankan  Allah SWT dalam surat Az-Zumar (39 : 53).

Katakanlah wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya (kecuali syirik ). Sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Indah benar ayat ini. Allah menyapa kita dengan  panggilan yang bernada teguran, namun tidak diikuti kalimat yang berbau murka. Justru Allah mengingatkan kita untuk tidak berputus asa dari rahmat Allah. Allah pun menjanjikan kita untuk mengampuni dosa-dosa kita. Lebih-lebih kita memohon ampun pada bulan suci Ramadhan yang suci ini.. Karena itu, kosongkanlah lagi kotak-kotak yang penuh dengan dosa tadi dengan taubat pada-Nya. Kita kembalikan kotak itu seperti keadaannya semula, kita kembalikan jiwa kita kepada jiwa yang fitri dan bersih.

Jika kita punya emas serta mutiara, lalu tiba-tiba hilang, bukankah kita menjadi sedih? Bagaimana pula jika emas mutiara itu tiba-tiba kembali,bukankah kita merasa bahagia? begitu juga dengan dosa kita. Bukankah kita merasa bahagia jika jiwa yang banyak bergumul dosa lalu tiba-tiba kembali bersih sebening air yang kosong dari noda.  Rasulullah SAW bersabda: ketahuilah Allah akan lebih senang lagi melihat hamba-Nya yang berlumuran dosa kembali bertaubat kepada-Nya.

Perumpamaan orang yang bergumul dosa layaknya pesawat yang sesat jalan, dan mungkin telah tenggelam di dasar lautan samudra, mengapa kita tak berusaha berjalan kembali menuju Allah, dan menangis  di "kaki kebesaran-Nya ", mengakui kesalahan kita, dan  memohon ampunan-Nya. Mudah-mudahan Allah memberikan kita kekuatan dan kesadaran yang mendalam untuk merenungkan perbuatan kita selama sebelas bulan yang lalu untuk lebih memotivasi kita dalam melaksanakan rangkaian amal ibadah Ramadhan dengan sikap tulus ikhlas yang dibingkai dengan sikap senang dan gembira pada tahun kali ini amin. Dan marilah kita jadikan Ramadhan kali ini sebagai Ramadhan yang terakhir, Agar kita terus termotivasi dalam melakukan amal ibadah wajibah dan sunnah.      


 


Opini Terbaru