• logo nu online
Home Nasional Warta Sejarah Khutbah Taushiyah Kuluwung Ubudiyah Daerah Keislaman Syariah Obituari Risalah Doa Tokoh Tauhid Profil Hikmah Opini Wawancara PWNU Ngalogat Ekonomi Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Opini

Ayo Cerdaskan Umat

Ayo Cerdaskan Umat
Ayo Cerdaskan Umat. Ilustrasi: NUJO).
Ayo Cerdaskan Umat. Ilustrasi: NUJO).

Ada hal yang harus kita syukuri, konsensus bersama para pendahulu (founding fathers) yang telah bersepakat untuk menjadikan demokrasi sebagai sistem politik dengan bentuk NKRI. Ini adalah ijtihad mereka.


Amal jariyah mereka ini harus kita jaga dan lestarikan dengan terus memperbaiki kekurangan agar semua kesetaraan hak tetap terjaga. Jangan sekali-kali berpikir untuk merubahnya. Itu sama saja memutus amal jariyah mereka. Dan tentu saja itu sama saja dengan makar. Hasil warisan mereka itu menempatkan seluruh warga dalam kesetaraan, baik secara suku maupun agama. Semua punya kesempatan yang sama. Dan semua bisa menjalankan agamanya tanpa perlu ketakutan.  


Hingga saat ini, tidak ada dari agama manapun yang ketakutan menjalankan ibadahnya di Indonesia. Terutama muslim yang mayoritas; pengajian tidak dibatasi, perayaan agama masih marak, mimbar-mimbar dakwah masih bebas. Berjanggut panjang masih boleh, bercelana cingkrang tidak dilarang, berpakaian syar'i pun bebas.


Rukun iman dan rukun Islam bisa dijalani dengan baik, tanpa tekanan. Bahkan pemerintah memfasilitasi kegiatan ibadah. 


Lalu, tiba-tiba ada yang menyuarakan Islamophobia. Tidakkah mereka melihat presiden kita sudah berhaji dan bahkan sempat masuk ka'bah dan makam Rasulullah. Dan wakil presiden pun seorang ulama besar. Dan tidak ada kebijakan yang memojokkan Islam atau 'menyerang' terhadap Islam.


Bangsa ini harus hati-hati dari agitasi politik kelompok yang ingin meraih keuntungan  dengan praktek playing victim. Seolah mereka jadi korban, ditekan, tak bebas padahal mereka dengan bebasnya bersuara. Mereka menyebut Islamophobia, padahal mereka sendiri tahu begitu bebasnya menjalankan ibadah. 


Bisa jadi, ketika kalah, orang bisa saja jadi kalap, lalu kemudian apa saja yang dijangkaunya dia ambil dan dia jadikan alat atau senjata untuk menyerang lawan sekenanya. Termasuk ketika kelompok yang merasa dirinya lebih islami, yang berkeinginan semua harus sesuai paham keagamaannya, ketika kalah atau tak sesuai dengan keinginannya kemudian menjadikan Islamophobia sebagai serangan.  


Tidak ada itu Islamophobia. Hentikan jualan emosi umat untuk merah simpati. Ayo cerdaskan umat, jangan mau dibohongi terus.


Nadirsyah Hosen, Rais Syuriah PCINU Australia-New Zealand dan Dosen Senior Monash Law School


Opini Terbaru